Keren! 2 Siswi SMAN Sampit Torehkan Penghargaan Internasional

id kotawaringin timur, SMA Negeri 1 Sampit, Sabrina Salwa Sabila, Gusti Salsabila, International Conference of Young Scientists, kalimantan tengah

Keren! 2 Siswi SMAN Sampit Torehkan Penghargaan Internasional

Sabrina Salwa Sabila dan Gusti Salsabila, dua siswi SMAN 1 Sampit yang meraih penghargaan khusus dalam lomba peneliti muda di Jerman. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antara Kalteng) - Dua peneliti muda yang merupakan siswi SMA Negeri 1 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Sabrina Salwa Sabila dan Gusti Salsabila, menorehkan prestasi membanggakan Indonesia dalam lomba peneliti muda di Jerman 2017.

"Prestasi ini menunjukkan bahwa anak-anak di daerah juga bisa bersaing, tidak hanya di tingkat nasional tapi juga di event internasional walaupun sarana dan fasilitas serba terbatas," kata Kepala SMA Negeri 1 Sampit, Muhammad Darma Setiawan di Sampit, Selasa.

Sabrina dan Salsabila tergabung dalam delapan peneliti belia dari kontingen tim nasional Indonesia yang berlomba di ajang International Conference of Young Scientists atau ICYS yang mengikuti lomba di Stuttgart, Jerman pada 16-18 April lalu. Mereka menampilkan enam riset dan akhirnya meraih satu emas, dua perak dan dua spesial award.

Sabrina dan Salsabila meraih penghargaan khusus Life Sciences atas riset mereka yang berjudul "Kalapapa Dayak`s Ancient Plant as a Potential Natural Cure for Tonsil", yakni meneliti obat tradisional Dayak berupa kulit kayu halaban untuk radang amandel.

Peserta ICYS 2017 dari Belarusia, Brasil, Bulgaria, Kroasia, Repubik Ceko, Prancis, Georgia, Jerman, Yunani, Hungaria, India, Indonesia, Iran, Lithuania, Makedonia, Malaysia, Belanda, Polandia, Rumania, Rusia, Serbia, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Tunisia, Turki dan Ukrania.

Darma mengaku bangga atas prestasi yang ditorehkan kedua siswinya itu. Tidak hanya mengharumkan nama sekolah, prestasi itu juga membuat bangga Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dan Indonesia.

"Prestasi siswa ini juga bisa tercapai atas kerjasama dan dukungan semua pihak, yaitu orangtua, pemerintah daerah, komite sekolah, BUMN, perusahaan besar swasta, perkebunan sawit, alumni, Dinas Kesehatan, Labkesda, guru pembimbing dan lainnya," kata Darma Setiawan.

Sementara itu, Sabrina dan Salsabila yang sempat dibincangi sebelum keberangkatannya lalu, mengaku penasaran karena sejak dulu masyarakat Dayak menggunakan kulit kayu halaban untuk pengobatan radang amandel dengan cara meminum air rebusannya.

"Penelitian kami mengangkat potensi tanaman khas suku Dayak untuk kesehatan. Selama ini orang banyak mengaitkan tanaman Dayak dengan kekuatan mistis, tapi tidak banyak yang tahu bahwa ini banyak manfaatnya. Ini salah satu upaya mengangkat kearifan lokal ," kata Sabrina.

Penelitian yang dilakukan dua siswi Kelas XI IPA A ini mengangkat khasiat kulit kayu halaban (kalapapa). Penelitian ini berawal dari informasi salah satu guru di sekolah itu yang pernah mengetahui pengobatan tradisional itu.

Rasa penasaran itulah yang kemudian mendorong dua siswi ini, dibantu guru setempat, mulai meneliti manfaat kulit kayu halaban. Mereka akhirnya berhasil membuktikan bahwa pengobatan tradisional itu dapat dibuktikan secara ilmiah karena ternyata kulit kayu halaban berpotensi membunuh bakteri penyebab radang amandel.

Penelitian itu berhasil mengantarkan Sabrina dan Salsabila menjuarai lomba peneliti muda di tingkat Provinsi Kalimantan Tengah. Prestasi itu kemudian berlanjut saat lomba peneliti muda tingkat nasional di Jakarta dengan meraih medali perak, sekaligus mendapat kepercayaan mewakili Indonesia pada lomba peneliti muda di Jerman. Dan akhirnya, mereka membuat bangga Indonesia dengan prestasi yang berhasil mereka raih.