Kuala Kurun (Antaranews Kalteng) - Desa Tumbang Habaon Kecamatan Tewah mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Fery Penyeberangan Habaon Hapakat sejak Juli 2016 lalu. Dalam sehari minimal fery penyeberangan ini meraup laba Rp 100.000.
Ketua BUMDes Fery Penyeberangan Habaon Hapakat, Mumpung mengatakan, fery penyeberangan ini melayani masyarakat yang ingin menyeberangi Sungai Kahayan dari Desa Tumbang Habaon menuju Desa Sandung Tambun Kecamatan Tewah atau sebaliknya.
Dahulu kala, sebelum adanya fery penyeberangan, masyarakat hanya menggunakan klotok. Jika menggunakan klotok, jarak dan biayanya cukup besar. Selain itu, jika menggunakan klotok otomatis kendaraan bermotor khususnya mobil tidak dapat menyeberang.
Dengan demikian, mendorong Desa Tumbang Habaon untuk membentuk BUMDes di bidang pelayanan fery penyeberangan.
"Kehadiran fery penyeberangan ini tentu saja sangat bermanfaat bagi masyarakat kedua desa atau masyarakat umum yang ingin menyeberang di kedua desa," terangnya saat dibincangi wartawan di Desa Tumbang Habaon.
Ia mengatakan, dalam pengelolaannya, pengelolaan fery penyeberangan dilakukan oleh sejumlah masyarakat setempat. Fery penyeberangan ini beroperasi dari pagi hingga sore hari. Pada hari biasa, pemasukan dari fery penyeberangan ini dapat mencapat Rp 100 ribu.
Namun, jika sedang ramai, seperti ada acara pernikahan, maka pemasukan juga akan melonjak drastis dan pernah mencapai Rp 1 juta. Hanya saja, jika debit air sungai Kahayan naik maka fery penyeberangan tidak dapat beroperasi.
"Untuk tarifnya, motor dikenakan tarif Rp 10.000, mobil kosong Rp 50.000, dan mobil isi Rp 75.000," katanya.
Ia mengakui bahwa masih ada beberapa hal yang harus dibenahi lagi terkait fery penyeberangan, di antaranya adalah akses jalan menuju fery, serta upaya penambahan kapasitas fery.
"Rencananya akan kami perbesar, sehingga bisa melayani truck. Nantinya akan kami bicarakan dengan Kepala Desa," demikian Mumpung.