Jakarta (ANTARA) - Pakar ekonomi kesehatan Universitas Indonesia Prof Hasbullah Thabrany mengatakan rokok elektronik tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang berbeda dengan rokok biasa karena keduanya menimbulkan persoalan yang serupa.
Dalam diskusi kelompok terpumpun mengenai pengawasan produk tembakau dan tinjauan kebijakan rokok elektronik yang diadakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, Selasa, Hasbullah mengatakan bahwa rokok elektronik bukanlah solusi bagi permasalahan-permasalahan yang timbul akibat rokok biasa.
Ia mengatakan bahwa meski diklaim lebih sehat, rokok elektronik bukanlah pilihan kesehatan karena hanya merupakan bagian dari diversifikasi produk industri rokok.
Menurut dia, lebih baik pemerintah melarang peredaran rokok elektronik.
"Apakah yakin rokok elektronik akan bisa dikendalikan? Kalau tidak yakin bisa, lebih baik dari awal dilarang total," tuturnya.
Hasbullah juga mengatakan bahwa industri rokok berusaha mempertahankan bisnis dengan meragamkan produk, seperti menghadirkan rokok elektronik, dan memperluas pasar dengan membidik anak-anak.
"Anak-anak perokok saat ini semakin banyak. Mereka adalah tambang emas bagi industri rokok. Anak-anak lama-lama akan kecanduan," katanya.
Berita Terkait
Dinas Perkimtan Barut terima sertifikat elektronik tanah perkantoran
Rabu, 16 Oktober 2024 16:27 Wib
Kali pertama ATR/BPN Penajam terbitkan surat tanah elektronik di IKN
Sabtu, 12 Oktober 2024 22:23 Wib
Diskominfo Katingan perkuat penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Kamis, 3 Oktober 2024 16:23 Wib
Perangkat daerah di Kapuas diminta optimalkan penerapan SPBE
Rabu, 2 Oktober 2024 9:32 Wib
Geledah rumah Mendes, KPK sita uang tunai dan barang bukti elektronik
Selasa, 10 September 2024 20:18 Wib