Pembangunan sekolah di Kotim mempertimbangkan kondisi banjir

id Pembangunan sekolah di Kotim mempertimbangkan kondisi banjir,Banjir,Kotim,Kotawaringin Timur,Kuala kuayan,Sampit

Pembangunan sekolah di Kotim mempertimbangkan kondisi banjir

Kondisi banjir di Kuala Kuayan Kecamatan Mentaya Hulu, pekan lalu. (Foto BPBD Kotim)

Sampit (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Halikinnor mengatakan, banjir yang sering terjadi di sejumlah kecamatan akan menjadi pertimbangan pemerintah dalam membangun atau meningkatkan bangunan sekolah.

"Jadi pertimbangan kami nanti ke depan, ketinggian air pada saat maksimal banjir itu. Bagaimana saat membangun berikutnya agar tidak terkena banjir," kata Halikinnor di Sampit, Jumat.

Pekan lalu banjir merendam ratusan rumah di 23 desa yang tersebar di lima kecamatan yaitu Parenggean, Mentaya Hulu, Bukit Santuai, Tualan Hulu dan Kotabesi. Banjir sangat mengganggu aktivitas masyarakat karena rumah dan jalan ikut terendam.

Banjir juga merendam sekolah, seperti yang terjadi di Kecamatan Bukit Santuai. Akibatnya, proses belajar dan mengajar sempat terganggu, meski kemudian banjir surut.

Menurut Halikinnor, jika ada pembangunan sekolah baru maka lokasinya harus dipastikan bebas dari banjir dalam jangka panjang. Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan banjir bertambah parah setiap tahunnya.

Bagi sekolah yang akan direnovasi, diupayakan lokasinya dipindah ke lokasi yang lebih aman dari banjir. Namun jika tidak memungkinkan maka solusinya adalah bangunan baru harus dibuat jauh lebih tinggi sehingga tidak terendam saat terjadi banjir akibat luapan sungai.

"Untuk sementara jika sekolah terendam banjir maka diupayakan agar belajar dan mengajar bisa tetap berlangsung, apakah meminjam tempat lain atau tetap di sekolah itu jika ada ruang yang tidak terendam," kata Halikinnor.

Pemerintah daerah juga berupaya mencarikan solusi terhadap permukiman yang menjadi langganan banjir. Jika masyarakat bersedia maka ada solusi untuk diusulkan relokasi ke lokasi yang lebih tinggi dan aman dari banjir.

Opsi relokasi harus melalui perencanaan matang dan diputuskan bersama, khususnya terkait kesiapan masyarakat. Jangan sampai pemerintah mengeluarkan banyak biaya namun ternyata masyarakat kemudian enggan menempati rumah di lokasi relokasi dengan berbagai alasan.

Halikinnor meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah beserta pemerintah kecamatan dan desa selalu mewaspadai bencana, khususnya banjir. Masyarakat juga diimbau waspada jika terjadi banjir agar tidak sampai ada korban jiwa.