Kejutan dari Prilly dalam bisnis fesyen

id Prilly latuconsina, bisnis fesyen, fashion

Kejutan dari Prilly dalam bisnis fesyen

Prilly Latuconsina (kanan) saat berbicara di program Muda Berdaya besutan Shopee dan Semua Murid Semua Guru (SMSG), Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (24/8/2019). (ANTARA News/ Nanien Yuniar)

Palembang (ANTARA) - Aktris Prilly Latuconsina menyiapkan kejutan untuk para pencinta fesyen lewat upaya mengubah citra merek (rebranding) lini busana miliknya.

Pemeran "Danur" ini sebelumnya sudah menjajaki bisnis busana lewat merek Illy Wears, namun belum puas dengan hasil yang sudah ia capai.

Berbekal hasil analisis yang ia baca di platform penjualan Illy Wears, aktris 22 tahun ini menentukan arah baru agar bisnisnya lebih sukses dan menjangkau pasar lebih luas.

"Women empowerment, aku pengin bikin produk yang bisa dipakai semua cewek. Yang berhijab atau tidak, bisa percaya diri pakainya, tagline-nya adalah bisa embrace their own beauty," tutur Prilly di sela acara "Muda Berdaya" Shopee dan Semua Murid Semua Guru di Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (24/8).

Membandingkan dengan koleksi sebelumnya, Prilly bukannya tidak menyediakan baju-baju yang bisa dipakai oleh para perempuan berkerudung. Ada yang bisa dikenakan kaum Hawa yang berjilbab, namun jumlahnya terbatas.

Rancangan yang terbaru ia yakini bisa lebih menjangkau banyak kalangan.

Salah satu bagian baru dari rebranding ini adalah tersedianya aksesori pemanis busana seperti anting, kalung dan jepitan. Sebelumnya Prilly hanya fokus meluncurkan koleksi pakaian.

"Bulan depan atau bulan aku ulang tahun, Oktober," ungkap gadis kelahiran 15 Oktober 1996 itu mengenai rencana peluncuran.

Prilly yang namanya melejit sejak membintangi sinetron "Ganteng Ganteng Serigala", terlibat penuh dalam proses penggodokan brandtersebut. Soal desain, Prilly juga menuangkan ide-idenya meski mengaku bukan orang yang pandai menggambar seperti perancang profesional.

Dia bekerja sama dengan desainer yang bertugas mewujudkan apa ide-ide yang muncul dari kepalanya menjadi pakaian.

Baca juga: Aji mumpung dalam berbisnis? Ini kata Prilly Latuconsina

Selain bisnis pakaian, Prilly juga menjalankan usaha kue dan roti, restoran serta jamu pelangsing. Fokusnya kini diarahkan ke bisnis pakaian karena sebagian usahanya sudah bisa berjalan dengan tim serta kolega lain.

"Yang fokus sendirian clothing line dengan Shopee ini, karena izin hak paten aku sendiri yang urus, kampanye marketing aku juga," tutur dia.

Kesibukan yang padat sebagai wirausaha adalah cara Prilly untuk memperkaya ilmu dan mengasah kreativitas. Dia berharap perjuangan yang ia tabur saat ini bisa dituai hasilnya kelak.

"Kalau bisa bikin bisnis banyak, jadi tabungan untuk masa tua," katanya.

Pentingnya pendidikan

Bukan cuma bisnis dan pekerjaan, Prilly pun aktif sebagai mahasiswa di London School of Public Relations (LSPR). Dia sedang menjalani semester lima di jurusan yang fokus pada hubungan masyarakat.

Beruntung, apa yang ia pelajari sejalan dengan aktivitasnya di dunia hiburan maupun bisnis. Tugas-tugas akhirnya juga bisa dikaitkan dengan usaha yang dia jalani. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

"Di kampus aku belajar public relations, membaca market, bagaimana menyusun strategi membangun image brand, agar reputasi brandbaik. Itu bisa diterapkan baik untuk diriku sebagai artis, juga produk-produkku," jelas Prilly.

Itulah yang membuatnya senang menjalani kehidupan di kampus serta rajin mengerjakan tugas yang jadi lebih mudah karena sudah dipraktikkan di dunia nyata.

Masa menjadi mahasiswa ini ia manfaatkan untuk melatih kedisiplinan serta menjalin jejaring dengan banyak orang, siapa tahu ada yang berpotensi menjadi kolega bisnis pada masa mendatang.

Wirausaha muda itu kini sudah punya 40 karyawan yang sebagian besar bekerja di restoran Nona Judes miliknya. Untuk bisnis busana, dia hanya punya dua karyawan yang bertugas mengurusi media sosial serta manajer produksi.

"Kalau packing, aku ada mbak di rumah bantu packing," imbuh dia.

Bicara soal bisnis-bisnis makanan, ia mengaku tidak mau menjadi pewaralaba untuk memastikan semua kualitas produknya terjaga.

"Aku enggak ada franchise. Semua di bawah manajemenku. Aku enggak suka melepas brand, aku ketat soal quality control untuk memastikan tetap sama. Kalau franchise (ada kemungkinan kualitas) akan berbeda," katanya pada ANTARA.

Belajar dari kesalahan

Pahit dan manis berbisnis sudah dia rasakan meski usianya masih tergolong belia. Rugi, ditipu sehingga kehilangan uang dalam nominal besar sampai mendapati karyawan tidak sesuai dengan harapannya.

"Semua kujadikan pelajaran untuk tidak melepas (pengawasan), harus selalu rapat dengan karyawan, investor dan partner bisnis supaya semua terjaga hubungannya dan tidak terjadi hal yang diinginkan."

Jatuh bangun saat berbisnis itu hal biasa, bahkan sudah ia perkirakan sejak awal. Yang penting, lanjut Prilly, adalah memetik pelajaran dari kesalahan dan bangkit kembali.

"Jangan menyerah. Satu masalah enggak boleh langsung down, apalagi aku dari awal punya mindset bikin usaha enggak mungkin enggak rugi. Enggak mungkin enggak ada masalah karena kita berhubungan dengan banyak orang."