Mahasiswa asal Palangka Raya di Harbin ceritakan kondisi di China
...dalam seminggu terakhir pihak kampus memperketat aturan sehingga asrama dikunci dan mahasiswa dilarang keluar kampus
Palangka Raya (ANTARA) - Mahasiswa asal Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, Ainun Hasanah yang sedang menimba ilmu di Harbin, salah satu kota di China memilih bertahan di tengah merebaknya wabah virus corona yang sudah meluas sampai ke negara lain.
Ainun Hasanah yang tengah belajar di Northeast Forestry University, jurusan Perencanaan Kota dan Desa kepada Antara Kalteng di Palangka Raya, Kamis mengaku masih merasa aman berada di asrama kampus tersebut.
"Disini saya merasa aman karena pihak kampus memberikan perhatian lebih pada mahasiswa internasional, jika ingin kembali ke Indonesia pun resiko diperjalanan cukup jadi pertimbangan karena harus berinteraksi dengan orang yang bisa saja terinfeksi virus corona," kata Ainun.
Baca juga: Ratusan pasien virus corona diajak berjoget bersama
Wanita berhijab itu mengatakan, saat ini kampusnya memberikan fasilitas untuk pembelian bahan makanan secara kolektif dan diantarkan ke asrama. Selain itu, pembelian bahan makanan dengan cara "online" atau daring juga diperbolehkan, dengan catatan tidak terlalu sering. Hal ini untuk meminimalkan interaksi dengan orang luar.
"Meski demikian, dalam seminggu terakhir pihak kampus memperketat aturan sehingga asrama dikunci dan mahasiswa dilarang keluar kampus," kata Ainun saat berkomunikasi dengan Antara melalui aplikasi WhatsApp.
Ia menambahkan, selain itu pihak kampus juga mewajibkan setiap mahasiswa mencuci tangan sebelum dan setelah menerima pesanan yang diantarkan ke asrama.
"Saat memasak makanan kami diwajibkan mengenakan masker dan maksimal hanya tiga orang yang boleh berada di dapur" tambah dia.
Menurut Ainun saat ini ada sebanyak 19 mahasiswa asal Indonesia yang masih bertahan di Harbin, China.
Baca juga: Orang-orang di China incar obat HIV karena putus asa hadapi virus corona
Di sisi lain, dia mengatakan saat ini Pemerintah Indonesia sudah memberikan bantuan berupa masker, namun belum didistribusikan ke di Northeast Forestry University tempatnya berstudi.
"Untuk bantuan masker belum kami terima karena masih tertahan di kampus lain. Sedangkan kami tidak diperbolehkan keluar asrama sehingga tidak bisa mengambil sendiri," kata Ainun.
Ia menyatakan sudah melapor ke PPIT untuk disampaikan ke KBRI terkait pengiriman bantuan masker.
"Info yang saya dapat KBRI segera menindaklanjuti pengiriman masker tersebut, selain masker kami juga berharap ada bantuan berupa stok bahan makanan dan obat-obatan berupa vitamin," tandasnya.
Baca juga: Garuda siap evakuasi WNI di luar Wuhan kembali ke Tanah Air
Menurut dia, suasana di Harbin yang berjarak 2.000 km lebih dari Wuhan menjadi sangat sepi, restoran juga banyak yang tutup. Warga keluar rumah hanya saat dalam keadaan mendesak.
"Evakuasi WNI hanya dilakukan di Wuhan, namun pihak KBRI menghimbau bagi WNI yang berada di luar Wuhan boleh berlibur tetapi hanya di Indonesia. Untuk itu, kami yang berada di Harbin sifatnya rekomendasi, kalau mau pulang ke Indonesia bisa, mau bertahan di sini pun tidak dilarang," jelasnya.
Ainun Hasanah yang tengah belajar di Northeast Forestry University, jurusan Perencanaan Kota dan Desa kepada Antara Kalteng di Palangka Raya, Kamis mengaku masih merasa aman berada di asrama kampus tersebut.
"Disini saya merasa aman karena pihak kampus memberikan perhatian lebih pada mahasiswa internasional, jika ingin kembali ke Indonesia pun resiko diperjalanan cukup jadi pertimbangan karena harus berinteraksi dengan orang yang bisa saja terinfeksi virus corona," kata Ainun.
Baca juga: Ratusan pasien virus corona diajak berjoget bersama
Wanita berhijab itu mengatakan, saat ini kampusnya memberikan fasilitas untuk pembelian bahan makanan secara kolektif dan diantarkan ke asrama. Selain itu, pembelian bahan makanan dengan cara "online" atau daring juga diperbolehkan, dengan catatan tidak terlalu sering. Hal ini untuk meminimalkan interaksi dengan orang luar.
"Meski demikian, dalam seminggu terakhir pihak kampus memperketat aturan sehingga asrama dikunci dan mahasiswa dilarang keluar kampus," kata Ainun saat berkomunikasi dengan Antara melalui aplikasi WhatsApp.
Ia menambahkan, selain itu pihak kampus juga mewajibkan setiap mahasiswa mencuci tangan sebelum dan setelah menerima pesanan yang diantarkan ke asrama.
"Saat memasak makanan kami diwajibkan mengenakan masker dan maksimal hanya tiga orang yang boleh berada di dapur" tambah dia.
Menurut Ainun saat ini ada sebanyak 19 mahasiswa asal Indonesia yang masih bertahan di Harbin, China.
Baca juga: Orang-orang di China incar obat HIV karena putus asa hadapi virus corona
Di sisi lain, dia mengatakan saat ini Pemerintah Indonesia sudah memberikan bantuan berupa masker, namun belum didistribusikan ke di Northeast Forestry University tempatnya berstudi.
"Untuk bantuan masker belum kami terima karena masih tertahan di kampus lain. Sedangkan kami tidak diperbolehkan keluar asrama sehingga tidak bisa mengambil sendiri," kata Ainun.
Ia menyatakan sudah melapor ke PPIT untuk disampaikan ke KBRI terkait pengiriman bantuan masker.
"Info yang saya dapat KBRI segera menindaklanjuti pengiriman masker tersebut, selain masker kami juga berharap ada bantuan berupa stok bahan makanan dan obat-obatan berupa vitamin," tandasnya.
Baca juga: Garuda siap evakuasi WNI di luar Wuhan kembali ke Tanah Air
Menurut dia, suasana di Harbin yang berjarak 2.000 km lebih dari Wuhan menjadi sangat sepi, restoran juga banyak yang tutup. Warga keluar rumah hanya saat dalam keadaan mendesak.
"Evakuasi WNI hanya dilakukan di Wuhan, namun pihak KBRI menghimbau bagi WNI yang berada di luar Wuhan boleh berlibur tetapi hanya di Indonesia. Untuk itu, kami yang berada di Harbin sifatnya rekomendasi, kalau mau pulang ke Indonesia bisa, mau bertahan di sini pun tidak dilarang," jelasnya.