Jakarta (ANTARA) - Sementara sejumlah peneliti dan perusahaan memusatkan upaya pada pengembangan vaksin untuk virus corona baru (COVID-19), perusahaan biotek Moderna, BioNTech, dan CureVac mencapai kemajuan pesat dalam penelitian mereka.
Ketiga perusahaan biotek itu mengkhususkan diri dalam penelitian terapi messenger RNA (mRNA). Terapi ini menginstruksikan tubuh pasien untuk menghasilkan respons kekebalan terhadap berbagai penyakit dan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih cepat daripada vaksin tradisional.
Moderna meluncurkan percobaan klinis manusia pertama untuk vaksin coronavirus potensial awal pekan ini, menurut Moderna dalam pernyataan resmi di lamannya.
"Studi ini adalah langkah pertama dalam pengembangan klinis vaksin mRNA terhadap SARS-CoV-2, dan kami berharap dapat memberikan informasi penting tentang keamanan dan imunogenisitas,” kata Tal Zaks, M.D., Ph.D., Kepala Petugas Medis di Moderna.
Baca juga: Orang tua diminta tidak tularkan kecemasan pada anak
Sementara itu, BioNTech dan titan farmasi Pfizer sepakat untuk bersama mengembangkan vaksin virus corona.
Pfizer Inc. dan BioNTech mengumumkan bahwa perusahaan telah menyetujui letter of intent pengembangan bersama dan distribusi vaksin virus corona berbasis mRNA potensial yang bertujuan untuk mencegah infeksi COVID-19.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan potensi program vaksin COVID-19 mRNA BioNTech yang potensial, BNT162, yang diharapkan untuk memasuki pengujian klinis pada akhir April 2020.
“Kami bangga bahwa hubungan kami yang berkelanjutan dan sukses dengan BioNTech memberi perusahaan kami ketahanan untuk memobilisasi sumber daya kolektif kami dengan kecepatan luar biasa dalam menghadapi tantangan di seluruh dunia ini,” kata Mikael Dolsten, Kepala Staf Ilmiah dan Presiden, Penelitian, Pengembangan & Medis Glogal, Pfizer.
Baca juga: Australia terus bersiap menuju Olimpiade
Bersamaan dengan itu, perusahaan biotek CureVac bertujuan untuk mulai menguji kemungkinan vaksin virus corona pada individu di bulan Juni mendatang.
Bioteknologi yang berbasis di Jerman itu juga menyoroti kemampuannya untuk memproduksi secara massal vaksin dalam masa darurat jika diperlukan.
"Alam telah menemukan mekanisme untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh kita melawan penyakit menular. Dengan teknologi RNA messenger unik kami, kami meniru alam dan memberikan informasi kepada tubuh kita bagaimana cara melawan virus."
"Kombinasi ilmu mRNA, pemahaman penyakit, formulasi dan keahlian produksi membuat CureVac pemain unik untuk melawan penyakit menular, tidak peduli apakah itu musiman atau pandemik," kata Mariola Fotin-Mleczek, Kepala Staf Teknologi CureVac.
Pencapaian ketiga perusahaan biotek itu menggarisbawahi potensi biotek mengembangkan vaksin dengan cepat.
Namun, mengingat biaya yang diperlukan hingga vaksin tersedia secara massal tidaklah sedikit, maka kemitraan secara luas sangat dibutuhkan.
Baca juga: Akankah corona ganggu proses Pilkada 2020?
Baca juga: Rutan daerah ini racik sendiri hand sanitizer cegah corona
Baca juga: Begini cara cegah virus corona terhadap orang tua
Berita Terkait
Ada 72 kasus COVID-19 di Lampung
Selasa, 23 Mei 2023 12:20 Wib
Berikut penjelasan RSUD Tamiang Layang terkait meninggalnya warga terkonfirmasi positif COVID-19
Sabtu, 3 September 2022 21:42 Wib
Obat oral COVID-19 Pfizer untuk penggunaan darurat kantongi izin BPOM
Selasa, 23 Agustus 2022 10:46 Wib
Gejala long COVID dialami satu dari delapan orang
Jumat, 5 Agustus 2022 14:49 Wib
Pemberian dosis penguat kedua untuk nakes dinilai sebagai langkah tepat
Minggu, 31 Juli 2022 21:13 Wib
IDI minta tes PCR sebagai syarat perjalanan kembali diberlakukan
Selasa, 21 Juni 2022 16:54 Wib
PAHO sebut virus corona 'tak akan lenyap dalam waktu dekat'
Kamis, 19 Mei 2022 16:31 Wib
Jimmy Kimmel kembali positif COVID-19 setelah dinyatakan pulih
Kamis, 19 Mei 2022 11:11 Wib