LIPI sebut anak muda kembali bekerja berpotensi tingkatkan penularan COVID

id lipi,anak muda,bekerja,berpotensi penularan ,covid-19

LIPI sebut anak muda kembali bekerja berpotensi tingkatkan penularan COVID

Logo - lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). ANTARA/HO-lipi.go.id/pri. (ANTARA/HO-lipi.go.id)

Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rusli Cahyadi mengatakan rencana pemerintah untuk mengizinkan pekerja berusia 45 tahun ke bawah kembali bekerja  berpotensi meningkatkan penularan COVID-19. 

Rusli kepada ANTARA di Jakarta, Selasa, mengatakan  memang data yang masih dinamis menunjukkan bahwa mereka yang lebih muda lebih resisten terhadap virus Corona. Akan tetapi berdasarkan statistik orang tua yang tinggal bersama dengan orang lain yang lebih muda sangat besar di Indonesia.

"Lansia di Indonesia pada umumnya tinggal serumah dengan anak-anak mereka atau bahkan tiga generasi. Dengan kondisi ini, potensi mereka yang asymptomatic akan menularkan ke mereka yang tua atau lansia akan sangat besar," kata Rusli.

Baca juga: Warga usia 45 tahun ke bawah boleh bekerja, kata gugus tugas

Menurut dia, mereka yang berusia di bawah 45 tahun  berpotensi menjadi pembawa virus COVID-19 tanpa menunjukkan gejala atau asimtomatik.

Rusli mengatakan bercermin dari kasus Italia, di mana terdapat jumlah orang terinfeksi COVID-19 sangat besar karena kultur mereka yang sangat dekat dengan kakek-nenek.

"Kontak fisik antara anak-anak muda yang doyan nongkrong di kafe (cafe culture), sehingga menjadi carrier korona, dengan kakek-nenek merekalah yang menyebabkan jumlah korban sangat tinggi di Italia," ujar dia.

Baca juga: Menpan-RB perpanjang masa kerja dari rumah ASN hingga akhir Mei

Menurut Rusli, di Indonesia para orang tua atau lansia biasanya tinggal serumah dengan anak-anak mereka, berbagi ruangan, kamar mandi, dapur dan bahkan tidak jarang kamar tidur. "Ini adalah potensi besar penularan dan peningkatan korban".

"Kayaknya pemerintah punya masalah yang lebih besar dan lebih penting untuk diselesaikan ketimbang penyebaran Corona. Kemungkinan peningkatan jumlah orang yang akan tertular, sakit, dan meninggal karena virus ini rupa-rupanya kurang penting dibandingkan dengan (apapun) masalah tersebut," ujar dia.