Aset wisata di Pantai Ujung Pandaran ini terpaksa segera dibongkar
Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah segera membongkar betang di objek wisata Pantai Ujung Pandaran akibat abrasi yang terus menghantam pantai ini.
"Daripada nanti roboh akibat tergerus abrasi, jadi rencananya akan segera dibongkar. Ini sudah dilaporkan dan disetujui pimpinan, jadi tinggal pelaksanaannya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur Fajrurrahman di Sampit, Selasa.
Abrasi terus mengikis Pantai Ujung Pandaran sehingga menimbulkan dampak parah dalam beberapa tahun terakhir. Nelayan setempat pun sudah direlokasi ke permukiman yang lebih banyak atas bantuan pemerintah pusat yang membangun 88 unit rumah untuk korban terdampak abrasi.
Pembangunan tanggul penahan gelombang yang masih terbatas, membuat sebagian titik belum aman dari abrasi, termasuk rumah betang dan sejumlah pondok penginapan yang dibangun pemerintah di objek wisata tersebut.
Fajrurrahman mengakui, titik-titik yang sebelumnya terkena abrasi seperti areal eks rumah warga dan kawasan sekitar pintu gerbang, kini sudah aman setelah dibangunnya tanggul penahan gelombang. Sedangkan titik-titik yang belum terlindungi tanggul tersebut, terus tergerus abrasi dan kondisinya semakin parah.
Dalam setahun terakhir, abrasi telah menggerus pohon, gazebo, bundaran dan jalan di pinggir pantai yang terletak di Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit. Bahkan abrasi sudah mencapai tangga bagian depan rumah panggung khas Suku Dayak tersebut.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berupaya menghambat laju abrasi dengan memasang batang kayu dari sejumlah pohon cemara yang tumbang. Harapannya agar batang-batang kayu itu dapat mengurangi kuatnya hantaman gelombang sehingga laju abrasi melambat.
Namun upaya itu hanya penanganan darurat, sementara dipastikan abrasi terus menggerus dan rumah betang yang terbuat dari kayu ulin itu diperkirakan tidak bisa diselamatkan. Sebelum abrasi merobohkan rumah betang itu, pemerintah daerah memutuskan untuk membongkar rumah yang biasanya digunakan untuk menerima tamu-tamu kehormatan yang sedang berwisata ke pantai itu.
"Kalau dibongkar, materialnya mungkin masih ada yang bisa dimanfaatkan lagi. Nanti kami juga melibatkan bagian aset dari BPKAD dan pihak terkait lainnya karena betang ini kan aset daerah. Nanti apakah material rumah betang itu akan dilelang atau seperti apa, mati itu kewenangan BPKAD," ujar Fajrurrahman.
Fajrurrahman berharap pemerintah pusat kembali membangun tanggul penahan gelombang agar pantai yang menjadi objek wisata andalan itu benar-benar aman dari abrasi. Ini untuk mendukung pembenahan dan peningkatan kawasan tersebut agar menjadi tujuan wisata favorit di provinsi ini, bahkan menjangkau wisatawan nasional.
Baca juga: Ini hasil pantauan tingkat kehadiran pegawai Pemkab Kotim usai Lebaran
Baca juga: Begini cara Kapolres Kotim beri perhatian kepada tahanan
"Daripada nanti roboh akibat tergerus abrasi, jadi rencananya akan segera dibongkar. Ini sudah dilaporkan dan disetujui pimpinan, jadi tinggal pelaksanaannya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur Fajrurrahman di Sampit, Selasa.
Abrasi terus mengikis Pantai Ujung Pandaran sehingga menimbulkan dampak parah dalam beberapa tahun terakhir. Nelayan setempat pun sudah direlokasi ke permukiman yang lebih banyak atas bantuan pemerintah pusat yang membangun 88 unit rumah untuk korban terdampak abrasi.
Pembangunan tanggul penahan gelombang yang masih terbatas, membuat sebagian titik belum aman dari abrasi, termasuk rumah betang dan sejumlah pondok penginapan yang dibangun pemerintah di objek wisata tersebut.
Fajrurrahman mengakui, titik-titik yang sebelumnya terkena abrasi seperti areal eks rumah warga dan kawasan sekitar pintu gerbang, kini sudah aman setelah dibangunnya tanggul penahan gelombang. Sedangkan titik-titik yang belum terlindungi tanggul tersebut, terus tergerus abrasi dan kondisinya semakin parah.
Dalam setahun terakhir, abrasi telah menggerus pohon, gazebo, bundaran dan jalan di pinggir pantai yang terletak di Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit. Bahkan abrasi sudah mencapai tangga bagian depan rumah panggung khas Suku Dayak tersebut.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berupaya menghambat laju abrasi dengan memasang batang kayu dari sejumlah pohon cemara yang tumbang. Harapannya agar batang-batang kayu itu dapat mengurangi kuatnya hantaman gelombang sehingga laju abrasi melambat.
Namun upaya itu hanya penanganan darurat, sementara dipastikan abrasi terus menggerus dan rumah betang yang terbuat dari kayu ulin itu diperkirakan tidak bisa diselamatkan. Sebelum abrasi merobohkan rumah betang itu, pemerintah daerah memutuskan untuk membongkar rumah yang biasanya digunakan untuk menerima tamu-tamu kehormatan yang sedang berwisata ke pantai itu.
"Kalau dibongkar, materialnya mungkin masih ada yang bisa dimanfaatkan lagi. Nanti kami juga melibatkan bagian aset dari BPKAD dan pihak terkait lainnya karena betang ini kan aset daerah. Nanti apakah material rumah betang itu akan dilelang atau seperti apa, mati itu kewenangan BPKAD," ujar Fajrurrahman.
Fajrurrahman berharap pemerintah pusat kembali membangun tanggul penahan gelombang agar pantai yang menjadi objek wisata andalan itu benar-benar aman dari abrasi. Ini untuk mendukung pembenahan dan peningkatan kawasan tersebut agar menjadi tujuan wisata favorit di provinsi ini, bahkan menjangkau wisatawan nasional.
Baca juga: Ini hasil pantauan tingkat kehadiran pegawai Pemkab Kotim usai Lebaran
Baca juga: Begini cara Kapolres Kotim beri perhatian kepada tahanan