Fikes UMP-PHS University California selenggarakan webinar bahas perkembangan COVID-19
Palangka Raya (ANTARA) - Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya bekerja sama dengan Pasific Health Science University California USA menyelenggarakan webinar internasional bertajuk perkembangan vaksin COVID-19 terkini.
Dekan Fikes UM Palangkaraya, Nurhalina,SKM,M.Epid yang menjadi panelis kedua pada webinar yang melibatkan beberapa lembaga seperti Uinm, ICMI NTB, kabari news, RS PMC Jombang, ACCP itu kepada ANTARA di Palangka Raya, Rabu, menyebutkan bahwa webinar internasional itu menjadi strategis pada penerapan era new normal berbasis penilaian epidemiologi.
Kegiatan difasilatasi oleh Mr.John dari kabarinews Sanfransisco USA dan dipandu oleh Deni Mustopa, M.Pd dosen Uin dengan narasumber utama Prof. DR. Taruna Ikrar, M.Pharm, peneliti obat dan vaksin di ASGTC USA.
Baca juga: Rektor UM Palangkaraya: Ibadah kurban bentuk tanda syukur ditengah pandemi COVID-19
Prof Taruna yang juga Dekan PHS University California menyebutkan bahwa semua harus optimis bisa melewati wabah ini, seperti beberapa ratus tahun sebelumnya umat manusia pernah melewati wabah penyakit infeksi seperti kolera, polio, campak dan lain-lain.
Dengan upaya vaksinasi dan pengembangan herd immunity umat manusia bisa mengeliminasi penyakit-penyakit tersebut. Apalagi di era saat ini dengan kemajuan tekhnologi farmakologi modern tentunya ada banyak upaya pengembangan vaksin yang telah dilakukan untuk mengendalikan wabah COVID-19.
Dalam beberapa bulan ada 155 kandidat vaksin yang telah dikembangkan, 27 di antaranya telah dilakukan uji klinis pada manusia. Ada 11 di antaranya telah masuk tahap uji klinis yang kedua.
Pada kesempatan tersebut Prof. Taruna juga menjelaskan bahwa beberapa tehnik yang telah dikembangkan diantaranya adalah pertama melemahkan virus SAR COV-2, kedua Recombinant (protein subunits) vaccine.
Baca juga: Tiga jalur beasiswa di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
Ketiga yakni Plasma convalescent of Sars Cov-2-infection, yang mana metode ini telah digunakan di USA sebagai pengobatan standar COVID-19 sedangkan di Indonesia masih dalam tahap uji klinis keempat vaksin berbasis personalized atau yang dikenal dengan istilah dendritic cells vaccines, yangmana metode ini kerapkali digunakan sebagai alternatif pengobatan kanker.
Prof Taruna menyebutkan bahwa metode dendritic cells yang dikembangkan beliau saat ini memiliki perbedaan dengan varian kandidat vaksin COVID-19 lainnya. Prinsipnya dalam Metode ini antibody dikembangkan di luar tubuh penderita selama dua sampai tiga hari, setelah dendritic selnya berkembang maka akan disuntikan lagi kepada penderita.
"Alhamdulillah vaksin ini sudah masuk dalam uji klinis tahap tiga beliau juga berikhtiar akan membawa metode ini di Indonesia melalui koordinasi dengan Kementrian kesehatan RI sehingga Indonesia bisa memiliki vaksin sendiri, tidak tergantung dengan negara lain atau perusahaan internasional farmasi dengan demikian harga vaksin bisa terjangkau bahkan gratis sehingga dapat mendorong untuk eradikasi COVID-19 di Indonesia," katanya.
Baca juga: UM Palangkaraya luncurkan layanan 'assesment' daring
Juga hadir dalam dialog tersebut panelis pertama yaitu dr.Gali Endradita (direktur RS PMC Jombang) beliau mengungkapkan bahwa RS di Indonesia pada umumnya belum siap sepenuhnya menghadapi wabah penyakit infeksi sehingga tidak mengherankan jika banyak tenaga medis yang tertular covid-19 dan tidak sedikit yang meninggal.
Dia berharap vaksin segera ditemukan karena RS tidak bisa sepenuhnya dijadikan satu-satunya tumpuan untuk menangani wabah karena kapasitas, sarana prasarana dan SDM yang terbatas.
Selain itu dia juga berharap ada kejelasan regulasi vaksin dari pemerintah terutama yang berkaitan dengan harga vaksin, harapannya vaksin tidak dijadikan komoditas bisnis baru, yang mana banyak pihak menuding Rumah Sakit mengambil keuntungan besar dalam penanganan COVID -19 terutama dalam pemasaran vaksin.
"Padahal kami tenaga kesehatan sepenuhnya menjunjung tinggi etika profesi dan sumpah profesi dalam menjalankan tugas dan kewajiban," katanya.
Baca juga: UM Palangkaraya hentikan sementara perkuliahan tatap muka antisipasi Covid-19
Baca juga: UM Palangkaraya beri beasiswa bagi mahasiswa hafal lima juz Al Quran
Baca juga: Fikes UM Palangka Raya kembangkan 'digital learning' dan 'digital library'
Dekan Fikes UM Palangkaraya, Nurhalina,SKM,M.Epid yang menjadi panelis kedua pada webinar yang melibatkan beberapa lembaga seperti Uinm, ICMI NTB, kabari news, RS PMC Jombang, ACCP itu kepada ANTARA di Palangka Raya, Rabu, menyebutkan bahwa webinar internasional itu menjadi strategis pada penerapan era new normal berbasis penilaian epidemiologi.
Kegiatan difasilatasi oleh Mr.John dari kabarinews Sanfransisco USA dan dipandu oleh Deni Mustopa, M.Pd dosen Uin dengan narasumber utama Prof. DR. Taruna Ikrar, M.Pharm, peneliti obat dan vaksin di ASGTC USA.
Baca juga: Rektor UM Palangkaraya: Ibadah kurban bentuk tanda syukur ditengah pandemi COVID-19
Prof Taruna yang juga Dekan PHS University California menyebutkan bahwa semua harus optimis bisa melewati wabah ini, seperti beberapa ratus tahun sebelumnya umat manusia pernah melewati wabah penyakit infeksi seperti kolera, polio, campak dan lain-lain.
Dengan upaya vaksinasi dan pengembangan herd immunity umat manusia bisa mengeliminasi penyakit-penyakit tersebut. Apalagi di era saat ini dengan kemajuan tekhnologi farmakologi modern tentunya ada banyak upaya pengembangan vaksin yang telah dilakukan untuk mengendalikan wabah COVID-19.
Dalam beberapa bulan ada 155 kandidat vaksin yang telah dikembangkan, 27 di antaranya telah dilakukan uji klinis pada manusia. Ada 11 di antaranya telah masuk tahap uji klinis yang kedua.
Pada kesempatan tersebut Prof. Taruna juga menjelaskan bahwa beberapa tehnik yang telah dikembangkan diantaranya adalah pertama melemahkan virus SAR COV-2, kedua Recombinant (protein subunits) vaccine.
Baca juga: Tiga jalur beasiswa di Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
Ketiga yakni Plasma convalescent of Sars Cov-2-infection, yang mana metode ini telah digunakan di USA sebagai pengobatan standar COVID-19 sedangkan di Indonesia masih dalam tahap uji klinis keempat vaksin berbasis personalized atau yang dikenal dengan istilah dendritic cells vaccines, yangmana metode ini kerapkali digunakan sebagai alternatif pengobatan kanker.
Prof Taruna menyebutkan bahwa metode dendritic cells yang dikembangkan beliau saat ini memiliki perbedaan dengan varian kandidat vaksin COVID-19 lainnya. Prinsipnya dalam Metode ini antibody dikembangkan di luar tubuh penderita selama dua sampai tiga hari, setelah dendritic selnya berkembang maka akan disuntikan lagi kepada penderita.
"Alhamdulillah vaksin ini sudah masuk dalam uji klinis tahap tiga beliau juga berikhtiar akan membawa metode ini di Indonesia melalui koordinasi dengan Kementrian kesehatan RI sehingga Indonesia bisa memiliki vaksin sendiri, tidak tergantung dengan negara lain atau perusahaan internasional farmasi dengan demikian harga vaksin bisa terjangkau bahkan gratis sehingga dapat mendorong untuk eradikasi COVID-19 di Indonesia," katanya.
Baca juga: UM Palangkaraya luncurkan layanan 'assesment' daring
Juga hadir dalam dialog tersebut panelis pertama yaitu dr.Gali Endradita (direktur RS PMC Jombang) beliau mengungkapkan bahwa RS di Indonesia pada umumnya belum siap sepenuhnya menghadapi wabah penyakit infeksi sehingga tidak mengherankan jika banyak tenaga medis yang tertular covid-19 dan tidak sedikit yang meninggal.
Dia berharap vaksin segera ditemukan karena RS tidak bisa sepenuhnya dijadikan satu-satunya tumpuan untuk menangani wabah karena kapasitas, sarana prasarana dan SDM yang terbatas.
Selain itu dia juga berharap ada kejelasan regulasi vaksin dari pemerintah terutama yang berkaitan dengan harga vaksin, harapannya vaksin tidak dijadikan komoditas bisnis baru, yang mana banyak pihak menuding Rumah Sakit mengambil keuntungan besar dalam penanganan COVID -19 terutama dalam pemasaran vaksin.
"Padahal kami tenaga kesehatan sepenuhnya menjunjung tinggi etika profesi dan sumpah profesi dalam menjalankan tugas dan kewajiban," katanya.
Baca juga: UM Palangkaraya hentikan sementara perkuliahan tatap muka antisipasi Covid-19
Baca juga: UM Palangkaraya beri beasiswa bagi mahasiswa hafal lima juz Al Quran
Baca juga: Fikes UM Palangka Raya kembangkan 'digital learning' dan 'digital library'