Berikut alasan COVID-19 di Indonesia sedikit dibanding AS
...dari enam besar negara dengan penduduk tertinggi dunia, Indonesia merupakan yang kedua paling sedikit kasus COVID-19 setelah China.
Jakarta (ANTARA) - Pakar epidemiologi dari University Of North Carollina Chapel Hill Juhaeri Muchtar menjelaskan ada beberapa kemungkinan alasan mengapa kasus COVID-19 di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan kasus di negara dengan penduduk besar seperti Amerika Serikat dan India.
Juhaeri dalam webinar tentang keamanan selama pandemi yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni IPB yang dipantau di Jakarta, Sabtu, menerangkan dari enam besar negara dengan penduduk tertinggi dunia, Indonesia merupakan yang kedua paling sedikit kasus COVID-19 setelah China.
"China, India, Amerika, Indonesia, Rusia, Brasil, dari enam besar negara dengan penduduk tinggi semuanya punya kasus terbesar di dunia kecuali Indonesia dan China," kata dia.
Di Amerika Serikat, kata Juhaeri, memiliki insiden rate yang hampir sama dengan Brasil, India, dan Rusia yaitu sebanyak 230 orang terinfeksi virus COVID-19 pada setiap 100 ribu penduduknya. Sementara insiden rate di Indonesia yaitu dari 100 ribu penduduk terdapat 12 orang yang terinfeksi COVID-19 atau lebih rendah 20 kali lipatnya dibandingkan Amerika Serikat.
Menurut Juhaeri, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kasus di Indonesia lebih sedikit dibandingkan negara dengan penduduk besar lainnya. Beberapa kemungkinan yang bisa disimpulkan adalah penanganan seperti pengetesan, pelacakan kasus, dan penanganan kasus COVID-19 disertai dengan pembatasan sosial di Indonesia lebih baik dibandingkan AS, India, Brasil, dan Rusia.
Selain itu, kemungkinan lainnya adalah sistem imun pada masyarakat Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang seperti negara di Benua Amerika dan Benua Asia lainnya. Atau, sistem deteksi dan pengetesan kasus COVID-19 di Indonesia belum selengkap dan setara dengan AS, India, Rusia, Brasil.
Dari simpulan tiga dugaan yang butuh penelitian lanjutan yang disebutkan oleh Juhaeri tersebut, dia menilai saat ini kemungkinan paling besar dikarenakan kemampuan tes di Indonesia belum seperti di AS dan negara lainnya sehingga kasusnya terlihat lebih kecil.
"Kita harus hati-hati, yang 234 ribu kasus itu mungkin masih under estimasi atau di bawah nilai sebetulnya," kata Juhaeri.
Dia menyebutkan apabila insiden rate kasus COVID-19 di Indonesia disamakan dengan kasus di AS, maka kasus COVID-19 bisa mencapai 6,3 juta kasus. Kasus COVID-19 di Amerika Serikat saat ini sekitar 7,7 juta orang dengan 213 ribu kematian.
Juhaeri dalam webinar tentang keamanan selama pandemi yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni IPB yang dipantau di Jakarta, Sabtu, menerangkan dari enam besar negara dengan penduduk tertinggi dunia, Indonesia merupakan yang kedua paling sedikit kasus COVID-19 setelah China.
"China, India, Amerika, Indonesia, Rusia, Brasil, dari enam besar negara dengan penduduk tinggi semuanya punya kasus terbesar di dunia kecuali Indonesia dan China," kata dia.
Di Amerika Serikat, kata Juhaeri, memiliki insiden rate yang hampir sama dengan Brasil, India, dan Rusia yaitu sebanyak 230 orang terinfeksi virus COVID-19 pada setiap 100 ribu penduduknya. Sementara insiden rate di Indonesia yaitu dari 100 ribu penduduk terdapat 12 orang yang terinfeksi COVID-19 atau lebih rendah 20 kali lipatnya dibandingkan Amerika Serikat.
Menurut Juhaeri, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kasus di Indonesia lebih sedikit dibandingkan negara dengan penduduk besar lainnya. Beberapa kemungkinan yang bisa disimpulkan adalah penanganan seperti pengetesan, pelacakan kasus, dan penanganan kasus COVID-19 disertai dengan pembatasan sosial di Indonesia lebih baik dibandingkan AS, India, Brasil, dan Rusia.
Selain itu, kemungkinan lainnya adalah sistem imun pada masyarakat Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang seperti negara di Benua Amerika dan Benua Asia lainnya. Atau, sistem deteksi dan pengetesan kasus COVID-19 di Indonesia belum selengkap dan setara dengan AS, India, Rusia, Brasil.
Dari simpulan tiga dugaan yang butuh penelitian lanjutan yang disebutkan oleh Juhaeri tersebut, dia menilai saat ini kemungkinan paling besar dikarenakan kemampuan tes di Indonesia belum seperti di AS dan negara lainnya sehingga kasusnya terlihat lebih kecil.
"Kita harus hati-hati, yang 234 ribu kasus itu mungkin masih under estimasi atau di bawah nilai sebetulnya," kata Juhaeri.
Dia menyebutkan apabila insiden rate kasus COVID-19 di Indonesia disamakan dengan kasus di AS, maka kasus COVID-19 bisa mencapai 6,3 juta kasus. Kasus COVID-19 di Amerika Serikat saat ini sekitar 7,7 juta orang dengan 213 ribu kematian.