Kotim berharap percepatan pembangunan tanggul selamatkan Pantai Ujung Pandaran
Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, berharap pembangunan lanjutan tanggul penahan gelombang di Pantai Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit bisa dipercepat untuk menyelamatkan objek wisata itu dari abrasi yang terus terjadi.
"Informasi yang kami terima, pada tahun 2021 ini rencananya ada kucuran dana dari APBN sekitar Rp18 miliar. Mudah-mudahan ini segera dilaksanakan karena kita berpacu dengan waktu untuk mencegah kerusakan yang lebih parah," kata Camat Teluk Sampit, Juliansyah di Sampit, Rabu.
Abrasi di Pantai Ujung Pandaran semakin parah. Selain menghantam sejumlah aset wisata milik pemerintah daerah, seperti jalan, gazebo, rumah betang dan pondok. Bahkan kini abrasi telah merusak jalan dan mushalla dekat kubah atau makam ulama di arah timur pantai tersebut.
Tahun 2019 lalu, pemerintah pusat membangun tanggul penahan gelombang di lokasi wisata yang dikelola pemerintah. Langkah itu efektif karena kawasan di belakang tanggal sudah aman dari abrasi.
Hal yang menjadi masalah saat ini adalah masih banyak titik yang belum terlindungi tanggul sehingga terus tergerus oleh abrasi yang diakibatkan kuatnya gelombang dari Laut Jawa yang sampai ke pantai tersebut.
Saat ini sebuah kubah atau makam seorang ulama yang terletak di arah timur Pantai Ujung Pandaran, terancam tergerus abrasi. Kubah itu merupakan makam ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Baca juga: Ini alasan KPU Kotim tetap optimistis menang di MK
Ulama tersebut merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Bahkan mushalla yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, sebagian bangunannya sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi.
"Di sekitar Kubah memang tidak ada tanggul penahan ombak. Kalau tidak dibuat tanggul di sekitar kubah itu, memang dikhawatirkan beberapa tahun ke depan abrasi juga akan merusak kubah itu," sambung Juliansyah.
Juliansyah berharap pembangunan lanjutan tanggul tersebut segera dilakukan. Selain dari dana APBN oleh pemerintah pusat, dia juga berharap ada dukungan yang sama dari pemerintah provinsi sehingga semakin banyak titik pantai yang bisa dilindungi dari abrasi menggunakan tanggul penahan gelombang.
Baca juga: Rapat DPRD Kotim hasilkan solusi masalah jalan desa dilintasi truk sawit
"Informasi yang kami terima, pada tahun 2021 ini rencananya ada kucuran dana dari APBN sekitar Rp18 miliar. Mudah-mudahan ini segera dilaksanakan karena kita berpacu dengan waktu untuk mencegah kerusakan yang lebih parah," kata Camat Teluk Sampit, Juliansyah di Sampit, Rabu.
Abrasi di Pantai Ujung Pandaran semakin parah. Selain menghantam sejumlah aset wisata milik pemerintah daerah, seperti jalan, gazebo, rumah betang dan pondok. Bahkan kini abrasi telah merusak jalan dan mushalla dekat kubah atau makam ulama di arah timur pantai tersebut.
Tahun 2019 lalu, pemerintah pusat membangun tanggul penahan gelombang di lokasi wisata yang dikelola pemerintah. Langkah itu efektif karena kawasan di belakang tanggal sudah aman dari abrasi.
Hal yang menjadi masalah saat ini adalah masih banyak titik yang belum terlindungi tanggul sehingga terus tergerus oleh abrasi yang diakibatkan kuatnya gelombang dari Laut Jawa yang sampai ke pantai tersebut.
Saat ini sebuah kubah atau makam seorang ulama yang terletak di arah timur Pantai Ujung Pandaran, terancam tergerus abrasi. Kubah itu merupakan makam ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Baca juga: Ini alasan KPU Kotim tetap optimistis menang di MK
Ulama tersebut merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Bahkan mushalla yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, sebagian bangunannya sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi.
"Di sekitar Kubah memang tidak ada tanggul penahan ombak. Kalau tidak dibuat tanggul di sekitar kubah itu, memang dikhawatirkan beberapa tahun ke depan abrasi juga akan merusak kubah itu," sambung Juliansyah.
Juliansyah berharap pembangunan lanjutan tanggul tersebut segera dilakukan. Selain dari dana APBN oleh pemerintah pusat, dia juga berharap ada dukungan yang sama dari pemerintah provinsi sehingga semakin banyak titik pantai yang bisa dilindungi dari abrasi menggunakan tanggul penahan gelombang.
Baca juga: Rapat DPRD Kotim hasilkan solusi masalah jalan desa dilintasi truk sawit