Paus Orca ditemukan mati terdampar di Banyuwangi
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangani kejadian Paus Orca yang ditemukan mati terdampar di perairan Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur.
Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan kejadian pada 3 April 2021 itu dilaporkan warga kepada KKP melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL).
"Terdamparnya Orca di perairan Banyuwangi ini perlu mendapat perhatian karena merupakan fenomena langka, mengingat lokasi terdamparnya bukan merupakan jalur migrasi dari paus pembunuh, sehingga ini perlu investigasi lebih lanjut," kata Tb Haeru Rahayu.
Baca juga: Ternyata ini faktor penyebab paus terdampar
Ia mengemukakan pihaknya sudah mengirim petugas ke lokasi, dugaan sementara penyebab paus terdampar adalah terpisahnya individu tersebut dari kawanannya, karena paus pembunuh bukan perenang soliter, tetapi dalam kawanan.
Selain faktor navigasi, menurut dia, kesehatan paus juga bisa menjadi salah satu penyebab terpisahnya paus dari kawanannya, namun semua ini perlu dibuktikan dengan nekropsi atau pembedahan.
Tb Haeru juga menyampaikan bahwa paus termasuk mamalia laut yang dilindungi secara nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan rencana aksi nasional (RAN) konservasi bagi semua jenis mamalia laut tersebut melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Tahun 2018-2022.
Sementara Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso menyampaikan bahwa tim BPSPL dari wilayah kerja Banyuwangi sudah bergerak dibantu oleh tim kedokteran hewan dari Universitas Airlangga (Unair) untuk melakukan pengecekan dan selanjutnya akan dilakukan nekropsi.
Paus jantan yang memiliki panjang 6,1 meter dan bobot perkiraan lebih dari 10 ton ini dikuburkan sesuai dengan prosedur penanganan mamalia terdampar. Sebelumnya KKP bersama tim kedokteran Unair mengambil sampel paus untuk dilakukan uji laboratorium untuk mendapat jawaban terdamparnya paus pembunuh di perairan Banyuwangi.
Baca juga: Warga beramai-ramai potong paus terdampar untuk dikonsumsi
Upaya BPSPL Denpasar dalam menangani paus ini juga dibantu oleh Fakultas Kedokteran Hewan Unair dan didukung oleh PSDKP Banyuwangi, BKSDA Banyuwangi, Satpolairud Polresta Banyuwangi, dan warga Dusun Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.
Sebelumnya, KKP menggandeng beberapa lembaga dan sejumlah pakar kelautan dalam rangka mendalami sejumlah kasus penyebab mamalia laut terdampar massal di berbagai daerah di Indonesia.
Tb. Haeru Rahayu memaparkan, perairan Indonesia merupakan salah satu jalur migrasi mamalia laut (paus, lumba-lumba, duyung) dunia. Dari 90 jenis mamalia laut yang ada di dunia, 35 jenisnya ada di Indonesia.
“Salah satu ancaman terhadap mamalia laut di Indonesia adalah banyaknya mamalia laut yang terdampar di wilayah perairan Indonesia dari waktu ke waktu," katanya.
Data KKP Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) mencatat pada tahun 2015 terjadi peristiwa terdampar 103 ekor mamalia laut, kemudian tahun 2016 tercatat sebanyak 255 ekor, tahun 2017 ditemukan sebanyak 143 ekor, tahun 2018 sebanyak 154 ekor, tahun 2019 sebanyak 142 ekor, dan tahun 2020 sebanyak 107 ekor.
Sedangkan pada tahun 2021 hingga Februari, telah tercatat 66 individu mamalia laut yang terdampar, termasuk kasus terdamparnya 52 ekor paus pilot di Desa Patereman, Modung, Bangkalan, Madura, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Satelit pelacak ungkap misteri paus biru
Baca juga: Warga temukan bola hitam terdampar di tepi pantai
Baca juga: Bangkai lumba-lumba ditemukan terdampar di Pantai Ujung Genteng
Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan kejadian pada 3 April 2021 itu dilaporkan warga kepada KKP melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL).
"Terdamparnya Orca di perairan Banyuwangi ini perlu mendapat perhatian karena merupakan fenomena langka, mengingat lokasi terdamparnya bukan merupakan jalur migrasi dari paus pembunuh, sehingga ini perlu investigasi lebih lanjut," kata Tb Haeru Rahayu.
Baca juga: Ternyata ini faktor penyebab paus terdampar
Ia mengemukakan pihaknya sudah mengirim petugas ke lokasi, dugaan sementara penyebab paus terdampar adalah terpisahnya individu tersebut dari kawanannya, karena paus pembunuh bukan perenang soliter, tetapi dalam kawanan.
Selain faktor navigasi, menurut dia, kesehatan paus juga bisa menjadi salah satu penyebab terpisahnya paus dari kawanannya, namun semua ini perlu dibuktikan dengan nekropsi atau pembedahan.
Tb Haeru juga menyampaikan bahwa paus termasuk mamalia laut yang dilindungi secara nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan rencana aksi nasional (RAN) konservasi bagi semua jenis mamalia laut tersebut melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Tahun 2018-2022.
Sementara Kepala BPSPL Denpasar Permana Yudiarso menyampaikan bahwa tim BPSPL dari wilayah kerja Banyuwangi sudah bergerak dibantu oleh tim kedokteran hewan dari Universitas Airlangga (Unair) untuk melakukan pengecekan dan selanjutnya akan dilakukan nekropsi.
Paus jantan yang memiliki panjang 6,1 meter dan bobot perkiraan lebih dari 10 ton ini dikuburkan sesuai dengan prosedur penanganan mamalia terdampar. Sebelumnya KKP bersama tim kedokteran Unair mengambil sampel paus untuk dilakukan uji laboratorium untuk mendapat jawaban terdamparnya paus pembunuh di perairan Banyuwangi.
Baca juga: Warga beramai-ramai potong paus terdampar untuk dikonsumsi
Upaya BPSPL Denpasar dalam menangani paus ini juga dibantu oleh Fakultas Kedokteran Hewan Unair dan didukung oleh PSDKP Banyuwangi, BKSDA Banyuwangi, Satpolairud Polresta Banyuwangi, dan warga Dusun Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.
Sebelumnya, KKP menggandeng beberapa lembaga dan sejumlah pakar kelautan dalam rangka mendalami sejumlah kasus penyebab mamalia laut terdampar massal di berbagai daerah di Indonesia.
Tb. Haeru Rahayu memaparkan, perairan Indonesia merupakan salah satu jalur migrasi mamalia laut (paus, lumba-lumba, duyung) dunia. Dari 90 jenis mamalia laut yang ada di dunia, 35 jenisnya ada di Indonesia.
“Salah satu ancaman terhadap mamalia laut di Indonesia adalah banyaknya mamalia laut yang terdampar di wilayah perairan Indonesia dari waktu ke waktu," katanya.
Data KKP Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) mencatat pada tahun 2015 terjadi peristiwa terdampar 103 ekor mamalia laut, kemudian tahun 2016 tercatat sebanyak 255 ekor, tahun 2017 ditemukan sebanyak 143 ekor, tahun 2018 sebanyak 154 ekor, tahun 2019 sebanyak 142 ekor, dan tahun 2020 sebanyak 107 ekor.
Sedangkan pada tahun 2021 hingga Februari, telah tercatat 66 individu mamalia laut yang terdampar, termasuk kasus terdamparnya 52 ekor paus pilot di Desa Patereman, Modung, Bangkalan, Madura, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Satelit pelacak ungkap misteri paus biru
Baca juga: Warga temukan bola hitam terdampar di tepi pantai
Baca juga: Bangkai lumba-lumba ditemukan terdampar di Pantai Ujung Genteng