Depok (ANTARA) - Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S(K) menjelaskan kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu fokus, memperburuk suasana hati, dan bahkan dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit degeneratif.
"Kita dapat mengetahui apakah tidur kita sudah baik atau belum dilihat dari dua sisi, yaitu sisi kualitas dan kuantitas," kata dr. Pukovisa dalam keterangannya, Senin.
Menurut dia bahwa kualitas tidur yang baik terutama bagi lansia sangatlah bermanfaat bagi kesehatan otak dan saraf agar dapat berfungsi optimal.
Salah satu permasalahan yang banyak dikeluhkan terutama oleh lansia adalah tentang kesulitan tidur. Padahal tidur diperlukan agar kesehatan otak dan syaraf berfungsi normal.
Baca juga: Wisma Atlet siapkan ribuan tempat tidur untuk antisipasi kasus baru
Gangguan tidur ini juga diperburuk dengan adanya kondisi pandemi COVID-19 yang membuat sebagian orang merasa khawatir dan gelisah, yang pada akhirnya merusak kualitas tidur.
Ia mengatakan ciri kualitas tidur yang baik yaitu pertama mudah untuk memulai tidur, kedua tidak mudah terbangun di malam hari, ketiga tidak terbangun lebih awal, dan keempat merasa segar ketika bangun tidur.
Sementara dari sisi kuantitas, terdapat beberapa indikator waktu normal tidur. Waktu tidur lansia memang menjadi lebih sedikit dibandingkan anak-anak, remaja atau dewasa.
Baca juga: Tips agar bisa tidur lelap saat Ramadhan
"Waktu tidur lansia yang normal yaitu sekitar 6-7 jam sehari. Selain itu, pola tidur juga akan berubah seiring dengan pertambahan usia karena adanya penurunan fungsi jam internal dalam tubuh," ujarnya.
Dokter Pukovisa mengatakan bahwa gangguan tidur dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya ada sindrom kaki gelisah (RLS), kurangnya aktivitas fisik, terlalu lama tidur siang, adanya rasa sedih karena ada anggota keluarga yang meninggal dunia, terlalu lama menatap layar ponsel sebelum tidur, atau sedang dirawat inap di rumah sakit.
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi, misalnya ada suara volume tinggi yang mengganggu, cahaya kamar yang terlalu terang, serta tempat tidur tidak nyaman. Konsumsi obat-obatan tertentu serta mengonsumsi kafein juga sangat mempengaruhi pola tidur seseorang. Masalah medis seperti depresi, alzheimer, parkinson, kondisi menopause, dan nyeri sendi otot juga dapat menyebabkan gangguan tidur.
Dokter Pukovisa menyebutkan beberapa tanda awal gangguan tidur seperti kelelahan, gangguan konsentrasi, mudah tersinggung, mengantuk di siang hari, serta adanya perubahan perilaku.
"Bila gejala-gejala ini terus bertahan lebih dari 1 bulan atau sudah mempengaruhi aktivitas sehari-hari, sebaiknya untuk segera berkonsultasi ke dokter. Gejala awal gangguan tidur juga dapat diatasi dengan melakukan sleep hygiene sebelum tidur, yaitu dengan mengatur kondisi kamar tidur tetap sejuk dan tenang, mandi air hangat dan sikat gigi sebelum tidur," jelasnya.
Baca juga: Bayi dibedong hanya saat tidur
Baca juga: Cara membuat anak mudah tidur di malam hari
Baca juga: Langkah-langkah jadikan tidur sehat dan berkualitas
Berita Terkait
DPRD apresiasi kualitas sinergi dengan Pemkot Palangka Raya
Selasa, 17 Desember 2024 21:43 Wib
DPRD minta Pemkot Palangka Raya pertahankan kualitas pelayanan publik
Senin, 16 Desember 2024 13:10 Wib
Ombudsman nyatakan DPMPTSP Kalteng miliki kualitas tertinggi layanan publik
Minggu, 15 Desember 2024 7:49 Wib
Palangka Raya tingkatkan kualitas pengelolaan data lewat lomba inovasi
Rabu, 11 Desember 2024 6:46 Wib
Disperkim Kobar tingkatkan kualitas rumah layak huni melalui program RTLH
Senin, 9 Desember 2024 17:17 Wib
Pacu kualitas SDM, Pemkab Lamandau berikan beasiswa untuk ratusan mahasiswa
Senin, 9 Desember 2024 14:31 Wib
DPRD Kalteng minta setiap desa programkan peningkatan kualitas SDM
Jumat, 6 Desember 2024 17:04 Wib
Disdik Palangka Raya komitmen pelestarian bahasa daerah di sekolah
Minggu, 1 Desember 2024 15:33 Wib