Wapres Ma'ruf Amin sayangkan ada media abaikan kode etik demi 'click bait'
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menyayangkan masih ada media dan jurnalis yang mengabaikan kode etik jurnalistik dalam menampilkan berita demi meraih umpan klik atau "click bait".
"Kita sayangkan masih adanya media yang mengabaikan kode etik jurnalistik, bahkan mengamplifikasi informasi yang tidak benar demi meraih click bait," kata Wapres dalam acara Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bermunajat Mengetuk Pintu Langit secara virtual, Sabtu.
Berita yang mengabaikan kode etik jurnalistik tersebut biasanya hanya bertujuan untuk mendapatkan perhatian publik, namun isi beritanya tanpa didukung dengan verifikasi dan fakta, kata Wapres.
"Misalnya ada berita dengan judul yang membuat orang tertarik, padahal kontennya berbeda; sehingga ramai beredar tanpa didukung verifikasi dan fakta yang mumpuni," jelasnya.
Sebagai pilar keempat demokrasi, menurut Wapres, media berperan sangat krusial dalam penyampaian kritik membangun kepada pemerintah serta melakukan cek fakta untuk menekan peredaran berita bohong.
"Peran media juga sangat krusial dalam menyampaikan kritik yang membangun terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah, sekaligus dalam melakukan cek fakta di lapangan atas hoaks maupun disinformasi yang ada," tegasnya.
Khususnya pada masa pandemi saat ini, Wapres mengatakan jurnalis menjadi ujung tombak dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat tentang penanganan COVID-19.
"Mulai dari edukasi mengenai pentingnya disiplin terhadap protokol kesehatan, perkembangan COVID-19, pelaksanaan PPKM, pelaksanaan vaksinasi hingga dukungan pelayanan kesehatan maupun pemberitaan peristiwa lainnya," katanya.
Wapres mengapresiasi pekerja media yang selalu menerapkan etika profesi kewartawanan dalam menyampaikan berita kepada masyarakat.
"Saya sangat mengapresiasi rekan-rekan media yang selalu menerapkan kode etik jurnalistik dalam melakukan pemberitaan dengan baik, objektif, berimbang, benar, dan bertanggung jawab," ujar Wapres.
Wapres berharap cara pemberitaan berbasis kode etik jurnalistik tersebut terus dipertahankan demi persatuan bangsa dan kecerdasan masyarakat.
"Kita sayangkan masih adanya media yang mengabaikan kode etik jurnalistik, bahkan mengamplifikasi informasi yang tidak benar demi meraih click bait," kata Wapres dalam acara Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bermunajat Mengetuk Pintu Langit secara virtual, Sabtu.
Berita yang mengabaikan kode etik jurnalistik tersebut biasanya hanya bertujuan untuk mendapatkan perhatian publik, namun isi beritanya tanpa didukung dengan verifikasi dan fakta, kata Wapres.
"Misalnya ada berita dengan judul yang membuat orang tertarik, padahal kontennya berbeda; sehingga ramai beredar tanpa didukung verifikasi dan fakta yang mumpuni," jelasnya.
Sebagai pilar keempat demokrasi, menurut Wapres, media berperan sangat krusial dalam penyampaian kritik membangun kepada pemerintah serta melakukan cek fakta untuk menekan peredaran berita bohong.
"Peran media juga sangat krusial dalam menyampaikan kritik yang membangun terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah, sekaligus dalam melakukan cek fakta di lapangan atas hoaks maupun disinformasi yang ada," tegasnya.
Khususnya pada masa pandemi saat ini, Wapres mengatakan jurnalis menjadi ujung tombak dalam menyampaikan informasi penting kepada masyarakat tentang penanganan COVID-19.
"Mulai dari edukasi mengenai pentingnya disiplin terhadap protokol kesehatan, perkembangan COVID-19, pelaksanaan PPKM, pelaksanaan vaksinasi hingga dukungan pelayanan kesehatan maupun pemberitaan peristiwa lainnya," katanya.
Wapres mengapresiasi pekerja media yang selalu menerapkan etika profesi kewartawanan dalam menyampaikan berita kepada masyarakat.
"Saya sangat mengapresiasi rekan-rekan media yang selalu menerapkan kode etik jurnalistik dalam melakukan pemberitaan dengan baik, objektif, berimbang, benar, dan bertanggung jawab," ujar Wapres.
Wapres berharap cara pemberitaan berbasis kode etik jurnalistik tersebut terus dipertahankan demi persatuan bangsa dan kecerdasan masyarakat.