Jakarta (ANTARA) - Ini kisah tentang seorang peserta program vaksinasi tertua di Indonesia Eddy Yoshawirja yang berhasil sembuh dari SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 pada usianya yang saat ini menginjak 100 tahun.
"Vaksin COVID-19 ini sangat menolong, vaksin ini adalah penyelamat ayah saya saat terkena COVID-19," kata sang anak Benny Yoshawirja saat hadir mendampingi Eddy Yoshawirja secara virtual dalam Forum Diskusi yang diselenggarakan KPCPEN dan dipantau dari Jakarta, Jumat.
Benny mengatakan sang ayah sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena terkonfirmasi positif COVID-19 pada 22-25 Juni 2021 berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tim laboratorium di salah satu rumah sakit swasta.
Awal mula sang ayah terkonfirmasi positif COVID-19 diketahui keluarga berdasarkan gejala batuk yang dideteksi seorang dokter RS Borromeus, Bandung, Jawa Barat, saat berkunjung untuk memantau perawatan rutin Eddy di rumah.
"Kebetulan ada dokter yang setiap dua bulan sekali datang ke rumah, lalu melihat kondisi ayah saya kurang sehat dan batuk," katanya.
Saat itu juga pihak keluarga sepakat untuk membawa Eddy menjalani tes swab di rumah sakit. Tidak lama berselang, tim medis rumah sakit mengonfirmasi kepada keluarga bahwa hasil tes cepat menyatakan Eddy reaktif COVID-19.
Benny mengatakan sang ayah langsung menjalani perawatan intensif dengan cara diinfus serta menggunakan alat bantu pernapasan di ruang gawat darurat.
"Kita bawa ke rumah sakit dan langsung diinfus selama dua hari. Tapi yang namanya orang tua terkadang suka tidak betah memakai alat bantu pernapasan. Kadang kalau malam masih suka minta dilepas," katanya.
Menurut Benny saturasi oksigen sang ayah selalu stabil di atas angka 90 serta tidak memiliki gejala COVID-19 yang berat. Atas dasar pertimbangan itu, keluarga memutuskan untuk merawat Eddy di rumah.
"Kami ada pertemuan dengan keluarga dan kami semua diswab dan dinyatakan aman (tidak tertular COVID-19)," katanya.
Sekitar dua pekan menjalani isolasi mandiri, kata Benny, sang ayah mulai menunjukkan kondisi kesehatan yang semakin membaik. "Kami lihat kondisi kesehatannya mulai normal, berarti vaksin sudah efektif. Per tanggal 2 Juli, kita cek darah lagi, hasilnya normal," katanya.
Perlindungan vaksin
Benny mengatakan virus Corona yang sempat bersarang di tubuh Eddy diduga kuat ditularkan oleh seorang perawat yang selama ini menjalani tugas rutin di rumah.
"Ayah saya ini dirawat oleh tiga orang perawat selama 24 jam. Perawat ini selalu keluar masuk di rumah. Setelah kita cek, ternyata ada salah satu perawat yang tidak sadar dia sakit (COVID-19) setelah merawat ayah saya," katanya.
Menurut Benny kesembuhan sang ayah tidak terlepas dari peran vaksin COVID-19 yang diterima Eddy beberapa bulan sebelum ia tertular COVID-19.
"Saya bersyukur bahwa sebelumnya kami sekeluarga telah mempertimbangkan bahwa ayah harus divaksin untuk pencegahan COVID-19," ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa sang ayah tidak merasakan gejala apapun setelah divaksin dan ia sendiri yang mendaftarkan ayahnya untuk divaksin.
Benny juga mengungkapkan bahwa pada saat proses screening di sentra vaksinasi, ayahnya sempat dinyatakan tidak lolos karena ada riwayat sakit ginjal.
Namun kondisi itu tidak mematahkan semangat keluarga untuk memberikan vaksin kepada Eddy. "Kami pun berkonsultasi dengan dokter umum dan internis, sampai akhirnya ayah saya dinyatakan boleh divaksin," katanya.
Benny merasa lega karena sang ayah sudah divaksin dan berterima kasih karena pemerintah telah memberikan prioritas kepada warga lansia untuk menerima vaksin.
la juga mengimbau agar masyarakat tidak ragu untuk mendaftarkan, mengantarkan dan menemani anggota keluarga lansia mereka untuk vaksinasi.
Vaksinasi lansia
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan perlu peran proaktif keluarga sebagai "support system" untuk membangun 'kekebalan keluarga' dalam menuntaskan target vaksinasi lansia dan mencapai kekebalan komunal.
Sejak awal program vaksinasi COVID-19 dimulai secara nasional, kata Nadia, kelompok lansia ditetapkan sebagai target penerima vaksin yang diprioritaskan, karena kelompok ini paling rentan dan memiliki risiko terinfeksi COVID-19 lebih tinggi.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 12 Agustus 2021, dari total 21.553.118 target penerima vaksin COVID-19 kelompok lansia, baru 4.979.210 (23,10 %) yang mendapat vaksin dosis pertama, sedangkan dosis kedua 3.383.747 (15,70%).
Lambatnya pencapaian target vaksinasi kelompok lansia disebabkan oleh beberapa faktor terkait akses, dukungan dan juga masih adanya penolakan vaksin pada lansia.
"Banyak lansia tidak mau atau memilih untuk tidak divaksinasi karena sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang vaksin, sehingga takut akan kemungkinan efek samping," katanya.
Selain itu, Nadia juga mengungkapkan banyak lansia tidak memiliki akses untuk mendapatkan vaksin, yang disebabkan oleh ketidaktahuan tentang cara mendaftarkan diri, mendapatkan informasi, atau mendatangi lokasi vaksinasi.
"Vaksinasi sangatlah penting untuk mengurangi jumlah rawat inap dan gejala parah akibat COVID-19," katanya.
Stok vaksin yang memadai sangat penting untuk mendukung pemerintah daerah mempercepat vaksinasi. PT Bio Farma telah mendistribusikan 19,3 juta dosis vaksin COVID-19 selama hampir dua pekan terakhir menuju seluruh provinsi.
Hingga Kamis (12/8), total vaksin yang sudah didistribusikan mencapai 106,2 juta dosis. Bio Farma terus mendistribusikan vaksin COVID-19 ke 34 provinsi dari berbagai macam platform, baik dari yang diolah sendiri di Bio Farma, maupun dari produsen lain melalui COVAX Facility, donasi internasional maupun perjanjian bilateral.
Klaster keluarga kini menjadi salah satu perhatian utama pada penularan virus corona di masa pandemi Covid-19. Penularan virus dalam klaster keluarga akan berdampak buruk bagi kelompok usia rentan, seperti lansia.
Karena itu, perlu peran proaktif keluarga sebagai pendukung untuk membentuk kekebalan imunitas yang diawali dari lingkungan terkecil agar penularan virus corona dapat dicegah sejak dini.