Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Joko Waluyo mengajak seluruh lapisan masyarakat membangun kesadaran secara kolektif, terhadap pemerataan akses kecakapan digital bagi para penyandang disabilitas.
"Penyandang disabilitas juga perlu dipenuhi sarana dan prasarana serta kurikulum berbasis digital," kata Joko saat menjadi narasumber webinar Gerakan Nasional Literasi Digital bertema Kiat Melawan Hoax di era pandemi COVID-19 yang dilaksanakan di Kobar, Kamis.
Menurut dia, akselerasi sumber daya penyandang disabilitas cakap digital sudah mulai dilakukan, yakni melalui penyediaan dan adaptasi alat bantu digital based, pemberian penghargaan dan dukungan dari Kementerian BUMN beserta CSR perusahaan, serta adanya kolaborasi multi disipliner dari Kementerian Kominfo maupun Grab Indonesia.
Dia mengatakan tantangan era digital seperti sekarang ini, relatif berbeda dan berat bagi para penyandang disabilitas. Di mana, teknologi digital dianggap memudahkan pekerjaan banyak orang, sedangkan bagi penyandang disabilitas masih manual serta analog.
Akses teknologi maupun informasi secara digital bagi penyandang disabilitas pun masih terbatas, relatif membahayakan dan memerlukan pendampingan, ketergantungan tinggi, menghambat sosialisasi dan interasi.
"Era digital ini pun sebenarnya kurang aman bagi penyandang disabilitas karena privasi individu mudah diakses, serta sangat rawan mendapat bullying ataupun penindasan," beber Joko.
Baca juga: Masyarakat harus semakin bertanggungjawab dan terampil di era digital
Meski banyak tantangan, namun Kepala SLB Negeri 2 Pangkalan Bun itu bersyukur telah banyak adaptasi kepada penyandang disabilitas. Mulai dari pendukung fisik melalui bentuk keyboard dan mouse dari pabrik merek Air Obic, Evolution Mouse-Trak, serta lainnya.
Kemudian kepada penyandang disabilitas low vision maupun total blind sudah tersedia media conference/media sosial berbasis audio, laptop/desktop terinstal screen reader, smartphone talkback, aplikasi google talk, dan Alexa buatan Amazon.
"Termasuk penyandang disabilitas pendengaran, telah tersedia media conference/medsos berbasis laptop/smartphone terinstall google translate, aplikasi chitchat (michat)," demikian Joko.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital yang dilaksanakan di Kobar itu turut menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Dosen Ilmu Komunikasi UNY Yogyakarta Fikri Disyacitta, Guru SMAN 1 Pangkalan Bun Heri Mursito, Radio Broadcaster dan Podcaster Eiza Maghfira.
Baca juga: Ketergantungan berlebihan membuat teknologi digital jadi boomerang
Baca juga: TIK ubah perang konvensional jadi modren dan menggunakan media massa