Pemkab Kotim pastikan kirim bantuan untuk korban banjir
Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Halikinnor memastikan pemerintah daerah segera mengirim bantuan untuk masyarakat yang menjadi korban banjir yang saat ini melanda delapan kecamatan.
"Hari ini tim BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sudah turun ke lokasi berkoordinasi dengan kecamatan. Saya harapkan besok (Selasa) bantuan sudah bisa disalurkan. Bantuannya berupa sembako," kata Halikinnor di Sampit, Senin.
Halikinnor mengakui saat ini curah hujan cukup tinggi sehingga memicu banjir di sejumlah kawasan, baik di hulu maupun kota. Perkembangan terakhir, banjir di beberapa tempat mulai surut, namun ada pula tempat lain yang baru dilanda banjir.
Pemerintah daerah melalui BPBD terus memantau perkembangan di lapangan. Tim juga masih mempertimbangkan apakah perlu mendirikan dapur umum di lokasi-lokasi banjir parah atau cukup memberikan bantuan sembako langsung kepada masyarakat.
Saat ini banjir di Kotawaringin Timur dinyatakan dengan status siaga. Halikinnor berharap banjir tidak bertambah parah sehingga harus ditetapkan menjadi status darurat banjir.
"Kalau banyak rumah tenggelam maka statusnya ditetapkan menjadi darurat. Seperti beberapa waktu lalu sempat status darurat. Ini terus kita evaluasi. Tidak sembarang juga meningkatkan status menjadi darurat," ujar Halikinnor.
Disinggung upaya penanganan jangka panjang, Halikinnor menyebut pemerintah daerah sedang mengkaji rencana pembuatan "shelter" atau tempat penampungan di kawasan-kawasan yang sering dilanda banjir parah.
Tujuannya agar tempat itu nantinya bisa menampung jika warga terpaksa mengungsi akibat banjir parah merendam rumah mereka. Tempat penampungan akan dilengkapi dapur umum sehingga warga akan terjamin kebutuhannya selama berada di tempat tersebut.
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab percepat rekonstruksi fungsi drainase atasi banjir
Ini menjadi salah satu opsi penanganan banjir karena masyarakat enggan direlokasi ke dataran tinggi atau tempat yang aman dari banjir. Namun untuk jangka panjang, relokasi permukiman diharapkan bisa dilakukan dengan diawal pembangunan infrastruktur di lokasi baru.
"Contoh di Desa Hanjalipan pernah dibangun 93 rumah tapi sampai sekarang tidak warga mau pindah menempatinya. Mereka kebanyakan nelayan, mereka khawatir perahu tenggelam. Makanya perlu infrastruktur dulu. Kita akan bangun infrastruktur supaya masyarakat mau pindah ke darat. Juga dukungan terhadap usaha perkebunan, perikanan dan peternakan bagi warga," ujar Halikinnor.
Sementara itu data BPBD Kotawaringin Timur pada Senin pukul 15.00 WIB, banjir terjadi di delapan kecamatan yaitu Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Cempaga Hulu, Kota Besi, Parenggean, Mentawa Baru Ketapang, Baamang dan Cempaga. Laporan terbaru kondisi banjir yaitu dari Kecamatan Mentaya Hulu dan Kota Besi.
Banjir menimbulkan dampak terhadap 2.306 rumah, 3.626 kepala keluarga dengan 11.272 jiwa, namun belum ada yang sampai mengungsi meski sudah puluhan rumah terendam banjir.
Selain itu banjir yang merendam 24 desa/kelurahan itu juga mengganggu aktivitas 15 sekolah, 8 fasilitas kesehatan dan 16 rumah ibadah.
Baca juga: Pemkab Kotim gandeng perbankan wujudkan Smart City
"Hari ini tim BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sudah turun ke lokasi berkoordinasi dengan kecamatan. Saya harapkan besok (Selasa) bantuan sudah bisa disalurkan. Bantuannya berupa sembako," kata Halikinnor di Sampit, Senin.
Halikinnor mengakui saat ini curah hujan cukup tinggi sehingga memicu banjir di sejumlah kawasan, baik di hulu maupun kota. Perkembangan terakhir, banjir di beberapa tempat mulai surut, namun ada pula tempat lain yang baru dilanda banjir.
Pemerintah daerah melalui BPBD terus memantau perkembangan di lapangan. Tim juga masih mempertimbangkan apakah perlu mendirikan dapur umum di lokasi-lokasi banjir parah atau cukup memberikan bantuan sembako langsung kepada masyarakat.
Saat ini banjir di Kotawaringin Timur dinyatakan dengan status siaga. Halikinnor berharap banjir tidak bertambah parah sehingga harus ditetapkan menjadi status darurat banjir.
"Kalau banyak rumah tenggelam maka statusnya ditetapkan menjadi darurat. Seperti beberapa waktu lalu sempat status darurat. Ini terus kita evaluasi. Tidak sembarang juga meningkatkan status menjadi darurat," ujar Halikinnor.
Disinggung upaya penanganan jangka panjang, Halikinnor menyebut pemerintah daerah sedang mengkaji rencana pembuatan "shelter" atau tempat penampungan di kawasan-kawasan yang sering dilanda banjir parah.
Tujuannya agar tempat itu nantinya bisa menampung jika warga terpaksa mengungsi akibat banjir parah merendam rumah mereka. Tempat penampungan akan dilengkapi dapur umum sehingga warga akan terjamin kebutuhannya selama berada di tempat tersebut.
Baca juga: DPRD Kotim minta pemkab percepat rekonstruksi fungsi drainase atasi banjir
Ini menjadi salah satu opsi penanganan banjir karena masyarakat enggan direlokasi ke dataran tinggi atau tempat yang aman dari banjir. Namun untuk jangka panjang, relokasi permukiman diharapkan bisa dilakukan dengan diawal pembangunan infrastruktur di lokasi baru.
"Contoh di Desa Hanjalipan pernah dibangun 93 rumah tapi sampai sekarang tidak warga mau pindah menempatinya. Mereka kebanyakan nelayan, mereka khawatir perahu tenggelam. Makanya perlu infrastruktur dulu. Kita akan bangun infrastruktur supaya masyarakat mau pindah ke darat. Juga dukungan terhadap usaha perkebunan, perikanan dan peternakan bagi warga," ujar Halikinnor.
Sementara itu data BPBD Kotawaringin Timur pada Senin pukul 15.00 WIB, banjir terjadi di delapan kecamatan yaitu Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Cempaga Hulu, Kota Besi, Parenggean, Mentawa Baru Ketapang, Baamang dan Cempaga. Laporan terbaru kondisi banjir yaitu dari Kecamatan Mentaya Hulu dan Kota Besi.
Banjir menimbulkan dampak terhadap 2.306 rumah, 3.626 kepala keluarga dengan 11.272 jiwa, namun belum ada yang sampai mengungsi meski sudah puluhan rumah terendam banjir.
Selain itu banjir yang merendam 24 desa/kelurahan itu juga mengganggu aktivitas 15 sekolah, 8 fasilitas kesehatan dan 16 rumah ibadah.
Baca juga: Pemkab Kotim gandeng perbankan wujudkan Smart City