Chicago (ANTARA) - Harga emas tergelincir sedikit pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), tertekan dolar dan imbal hasil obligasi AS yang menguat dan memicu aksi ambil untung setelah mencetak kenaikan tujuh hari berturut-turut dan meningkat sekitar 2,8 persen pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar dalam enam bulan.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot 1,9 dolar AS atau 0,1 persen, menjadi ditutup pada 1.866,60 dolar AS per ounce. Sebaliknya di pasar spot harga emas terangkat 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.866,03 dolar AS per ounce pada pukul 19.02 GMT.
Akhir pekan lalu, Jumat (12/11/2021), harga emas berjangka terdongkrak 4,6 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.868,50 dolar AS per ounce, setelah melonjak 15,6 dolar AS atau 0,84 persen menjadi 1.863,90 dolar AS pada Kamis (11/11/2021), dan bertambah 17,5 dolar AS atau 0,96 persen menjadi 1.848,30 dolar AS pada Rabu (10/11/2021).
Ada beberapa aksi ambil untung secara rutin oleh pedagang berjangka jangka pendek tetapi tren kenaikan emas masih ada, kata Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Harga emas telah naik sekitar 100 dolar AS selama tujuh sesi terakhir, kenaikan beruntun terpanjang sejak Mei, karena daya tariknya sebagai lindung nilai inflasi telah didorong oleh lonjakan harga-harga konsumen AS dan ketika bank-bank sentral utama mempertahankan sikap dovish mereka terhadap suku bunga.
Harga emas tertekan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan naik mendekati level tertinggi tiga minggu, sementara indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya naik 0,3 persen ke level tertinggi 16-bulan.
Emas juga berada di bawah tekanan tambahan ketika indeks kondisi bisnis manufaktur Empire State Fed New York naik 11,1 poin menjadi 30,9 pada November.
Analis Saxo Bank, Ole Hansen memperingatkan, "Jika harga emas gagal menembus di atas 1.870 dolar AS hari ini, maka ada risiko yang dapat mendorongnya kembali ke area 1.830 dolar AS-1.835 dolar AS, karena hal itu dapat mengecewakan beberapa investor."
Presiden Minneapolis Federal Reserve (Fed) Bank mengatakan pada Minggu (14/11/2021) bahwa dia memperkirakan inflasi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan tetapi mengatakan bank sentral AS tidak boleh bereaksi berlebihan terhadap inflasi yang meningkat karena kemungkinan bersifat sementara.
"Normalisasi kebijakan Federal Reserve, suku bunga yang lebih tinggi, penguatan dolar AS, dan tekanan inflasi kemungkinan memudar pada 2022 akan berdampak harga emas yang lebih lemah," kata analis UBS dalam sebuah catatan.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 24,1 sen atau 0,95 persen, menjadi ditutup pada 25,105 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 7,7 dolar AS atau 0,71 persen, menjadi ditutup pada 1.096,90 dolar AS per ounce.