Pemkab Barito Utara berupaya turunkan stunting dengan dua intervensi

id stunting barut,penurunan stunting,barito utara,kalteng,guru besar fakultas kedokteran ulm

Pemkab Barito Utara berupaya turunkan stunting dengan dua intervensi

Guru Besar Fakultas Kedokteran ULM Banjarmasin, Prof Dr Husaini menyampaikan bahan diskusi tentang stunting dan permasalahannya yang dihadiri Kadis Kesehatan Barito Utara Siswandoyo di Muara Teweh, Jumat (10/6/2022).ANTARA/Dokumen Pribadi

Muara Teweh (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, berupaya melakukan penurunan angka stunting atau balita gagal tumbuh di daerah setempat dengan dua intervensi.

"Dua intervensi ini meliputi intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung," kata Kepala Dinas Kesehatan Barito Utara Siswandoyo pada kegiatan sharing dan diskusi tentang stunting serta permasalahannya di Muara Teweh, Jumat.

Sharing dan diskusi itu dihadiri Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (ULM) Prof Dr Husaini dan Kepala Bidang lingkup Dinas Kesehatan serta dari lintas sektor dan lintas program penanganan stunting di daerah ini.

Menurut Siswandoyo intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti asupan makanan, infeksisttus gizi ibu, penyakit menular dan kesehatan lingkungan. 

“Intervensi spesifik ini umumnya diberikan oleh sektor kesehatan,” katanya.

Dia mengatakan intervensi gizi sensitif mencakup peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak. 

"Kemudian, peningkatan akses pangan bergizi. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Kementerian Kesehatan,"kata dia.

Data hasil pemantauan status gizi pada 2019, kata Siswandoyo, menunjukan angka stunting di Barito Utara sebesar 26,57 persen dan untuk 2021 berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) angka stunting di Barito Utara sebesar 28,3 persen.

Siswandoyo juga mengatakan, Kabupaten Barito Utara terus berupaya dalam mengoptimalkan program-program untuk penurunan stunting tersebut termasuk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui upaya intervensi gizi spesifik, penyediaan data angka stunting dan cakupan pelayanan kesehatan melalui aplikasi e-PPGBM.

Baca juga: Pemkab Barito Utara bertekad tekan angka stunting

“Termasuk kegiatan yang kita laksanakan pada hari ini bersama perguruan tinggi selaku partner kerja dalam penurunan stunting ini. Hari ini kita akan mendengarkan sharing dan diskusi tentang stunting dan permasalahannya untuk memperkaya wawasan dalam upaya penurunan stunting khususnya dalam penyusunan regulasi daerah terkait stunting dan komunikasi perubahan perilaku di Barito Utara,” kata Siswandoyo.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof Dr Husaini dalam kegiatan tersebut menjelaskan solusi pemecahan masalah stunting pertama yaitu tingkatkan kegiatan berbasis keluarga di Kampung Keluarga Berkualitas (K2B). Kedua, revitalisasi posyandu, ketiga, intervensi gizi spesifik dan sensitif, keempat intervensi penurunan stunting yang harus ada di desa dan kelima peta siklus keluarga.

Upaya percepatan penurunan stunting, katanya, intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Untuk intervensi gizi spesifik, pertama PMT untuk mengatasi KEK pada bumil, TTD untuk anemia bumil, konsumsi garam berzodium, ASI eklusif, pemberian ASI sampai usia dua tahun didampingi dengan MP Asi adekuat imunisasi.

"Kemudian, suplementasi zink, fortifikasi zat besi ke dalam makanan, obat cacing, vitamin A, tata laksana gizi buruk, penanggulangan malaria, pencegahan dan pengobatan diare dan cuci tangan dengan benar," ucapnya.

Untuk intervensi gizi sensitif, pertama air bersih, sanitasi, fortifikasi-ketahanan pangan, akses kepada layanan kesehatan dan KB, JKN, Jampersal, Jamsos lainnya, pendidikan pola asuh orang tua, PAUD HI-SDIDTK, pendidikan gizi masyarakat, edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja, serta program padat karya tunai.

Baca juga: Daerah ini prioritaskan penggunaan DD untuk pencegahan stunting

Baca juga: Dinkes Barito Utara orientasi konseling PMBA petugas puskesmas