Biden pada kesempatan itu berbicara di depan puluhan anggota Kongres, termasuk dari kalangan Partai Republik, serta para pemimpin perusahaan dan anggota Kabinet.
Dengan diwarnai panas terik pada siang hari, Biden menyampaikan pidato sebelum menandatangani undang-undang senilai 53 miliar dolar AS (sekitar Rp788,61 triliun) untuk menopang industri semikonduktor AS.
Ia beberapa kali terpaksa menghentikan pidatonya untuk membalikkan badan dan batuk --dengan ditutupi tangannya, atau minum air.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden masih positif COVID-19
Situasi itu menarik perhatian para pendukung maupun kalangan yang mencelanya di media sosial.
Biden, yang berusia 79 tahun, baru-baru ini terkena COVID-19 untuk kedua kalinya. Ia dikarantina selama lebih dari dua pekan di Gedung Putih sampai Minggu (14/8).
"Hasil tes COVID Presiden kemarin dan pagi ini negatif," kata kantor pers Gedung Putih, tak lama setelah Biden selesai menyampaikan pidato.
Biden pernah sakit asma, kata Ashish Jha, koordinator urusan COVID-19, kepada para wartawan pada Juli.
Selain itu, kata Jha, Biden punya "penyakit saluran pernapasan reaktif", yang membuatnya rentan mengalami "sedikit bronkospasme" atau batuk.
Sang presiden AS mengandalkan inhaler (obat hirup) albuterol untuk meredakan batuk serta sebelumnya menggunakan suatu inhaler kalau sedang sakit flu.
"Apa yang sedang beliau alami sekarang adalah efek berkepanjangan COVID-19," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada para wartawan, Selasa.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS berikan paket bantuan keamanan tambahan senilai 270 juta dolar untuk Ukraina
Baca juga: Joe Biden beri tahu putra mahkota Saudi terkait pembunuhan Jamal Khashoggi
Baca juga: Biden rilis foto perdana gugusan galaksi jauh dengan gambar paling jelas