Sampit (ANTARA) - Pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah diingatkan mewaspadai potensi banjir lebih parah pada puncak musim hujan yang diprakirakan terjadi dua kali yakni Desember 2022 dan April 2023.
"Kami memprakirakan puncak musim hujan akan terjadi dalam dua fase yakni pada bulan Desember dan bulan April. Masyarakat di wilayah rawan banjir, diminta untuk lebih waspada," kata Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit, Mulyono Leonardo di Sampit, Senin.
Mulyono menjelaskan, sejak awal September lalu Kotawaringin Timur telah memasuki musim penghujan. Dampaknya, dalam sebulan terakhir hingga saat ini banyak Desa, khususnya di wilayah utara yang terendam banjir.
Masyarakat diimbau untuk terus waspada karena intensitas hujan cukup tinggi. Berdasarkan prakiraan BMKG, musim penghujan periode ini akan terjadi hingga lebih dari enam bulan ke depan.
Berdasarkan kondisi atmosfer yang ada/ saat ini tengah berada pada masa fenomena cuaca la nina. Dalam kondisi ini memang berpotensi terjadi penambahan curah hujan sehingga harus diwaspadai.
Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai diminta untuk lebih waspada terhadap fenomena penambahan curah hujan yang terjadi. Terlebih bagi wilayah-wilayah rawan banjir atau yang saat ini sedang mengalami musibah banjir.
"BMKG memperkirakan potensi banjir yang terjadi di wilayah utara Kotawaringin Timur masuk dalam level tinggi. Peringatan tersebut telah disampaikan kepada pemerintah daerah," demikian Mulyono Leonardo.
Baca juga: KPU Kotim verifikasi faktual sembilan parpol nonparlemen
Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Rihel menyampaikan bahwa banjir saat ini terus meluas. Banjir yang sebelumnya melanda 24 desa di enam kecamatan, kini meluas menjadi 27 desa yang tersebar di delapan kecamatan.
"Ketinggian air rata-rata 60 sampai satu meter lebih. Untuk banjir di Kecamatan Telawang dan Muara Ubar itu ada pengaruh hujan dan air pasang laut naik," kata Rihel.
Banjir di Kecamatan Mentaya Hulu ada sembilan desa yakni meliputi Desa Tangkarobah, Pendadurian, Pahirangan, Baampah, Kawan Batu, Tangar, Kelurahan Kuala Kuayan, Tanjung Jariangau dan Bawan.
Banjir di Kecamatan Parenggean melanda Kelurahan Parenggean dan Bejarau. Banjir di Kecamatan Telaga Antang melanda delapan desa yaitu Tumbang Boloi, Tumbang Bajanei, Luwuk Kowan, Rantau Tampang, Mangkup, Rantau Katang, Tumbang Sangai dan Tukang Langit.
Banjir di Kecamatan Tualan Hulu melanda Desa Sebungsu. Banjir di Kecamatan Kota Besi melanda Desa Hanjalipan dan banjir di Kecamatan Bukit Santuai melanda Desa Tumbang Penyahuan.
Sementara itu banjir di Kecamatan Telawang melanda empat desa yaitu Biru Maju, Tanah Putih, Kenyala dan Sebabi. Banjir di Kecamatan Cempaga Hulu melanda Desa Sungai Ubar Mandiri.
"Banjir di Kecamatan Tualan Hulu tinggal yang terendam rumah di Desa Sebungsu. Biasanya tunggu satu atau dua hari banjirnya akan turun ke Desa Bejarau wilayah Parenggean. Untuk itu kami meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan," demikian Rihel.
Baca juga: Legislator Kotim gencar serukan remaja hindari LGBT
Baca juga: RAPBD Kotim 2023 disampaikan ke DPRD, berikut komposisinya
Baca juga: Banjir di Kotim kembali meluas, pemerintah desa siapkan evakuasi