Mengemas wastra Kalimantan Tengah menjadi produk budaya unggulan

id Bank indonesia, bi, bi perwakilan kalteng, wastra indonesia, benang bintik, batik khas dayak kalteng, kalteng, kalimanta Oleh Muhammad Arif Hidayat

Mengemas wastra Kalimantan Tengah menjadi produk budaya unggulan

​​​​​​​Foto Arsip - Pagelaran busana Pesona Wastra Borneo The Glamorous Of Benang Bintik, Palangka Raya, (14/7/2023). (ANTARA/Muhammad Arif Hidayat)

Palangka Raya (ANTARA) - Wastra merupakan istilah lain yang digunakan untuk menyebut kain tradisional Indonesia dan biasanya mempunyai makna maupun simbol tersendiri.

Indonesia memiliki sejumlah wastra, yang di antaranya, bahkan dikenal hingga penjuru dunia, seperti kain batik, tenun, songket, serta lainnya.

Setiap daerah di Indonesia memiliki wastranya masing-masing dengan berbagai macam sebutan. Wastra menjadi salah satu produk budaya unggul dan luhur yang dihasilkan serta diwariskan dari generasi ke generasi.

Kalimantan Tengah, salah satu provinsi di Pulau Kalimantan, juga memiliki wastranya sendiri yang biasa dikenal dengan sebutan benang bintik.

Benang bintik yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai batik khas Dayak Kalimantan Tengah, tergolong ke dalam berbagai motif khas, seperti motif Batang Garing, motif Balanga, serta ragam motif lainnya.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, pemerintah maupun berbagai pemangku kepentingan mulai serius mengembangkan wastra sebagai salah satu produk budaya unggulan, tak terkecuali di Kalimantan Tengah.

Bank Indonesia (BI) menjadi salah satu pihak yang cukup berperan aktif mendorong pengembangan benang bintik di Kalimantan Tengah berkolaborasi dengan pemerintah daerah, hingga komunitas. Peran BI dan pemerintah daerah menunjukkan hadirnya negara dalam upaya bersama untuk melestarikan warisan budaya untuk kemakmuran masyarakat di suatu daerah.

Berbagai program dan kegiatan dalam pengembangan benang bintik di Kalimantan Tengah masif dilakukan dan diharapkan mampu berkontribusi positif dalam pertumbuhan ekonomi.
Foto Arsip - Pagelaran busana Pesona Wastra Borneo The Glamorous Of Benang Bintik, Palangka Raya, (14/7/2023). (ANTARA/Muhammad Arif Hidayat)
 

Gernas BBI dan BBWI

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBI dan BBWI), menjadi salah satu momentum strategis yang dimaksimalkan Bank Indonesia, di antaranya agar benang bintik dari Kalimantan Tengah semakin dikenal di pasar nasional maupun global.

Beberapa waktu lalu, Kalimantan Tengah mendapat kesempatan menjadi tuan rumah kegiatan Harvesting Gernas BBI dan BBWI 2023 dengan mengusung tagline “Hayu Maja Kan Kalteng”, sebuah ajakan dalam bahasa Dayak yang berarti "Ayo berkunjung ke Kalimantan Tengah (Kalteng)".

Gernas BBI dan BBWI yang diselenggarakan 13-16 Juli berlangsung semarak dan dipusatkan di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah, yakni Kota Palangka Raya.

Dalam agenda nasional tersebut, benang bintik mendapat ruang yang sangat luas untuk semakin dikenal dan diperhatikan berbagai pihak, melalui rangkaian kegiatan, seperti lomba dan pergelaran busana Pesta Benang Balinga, pergelaran busana Pesona Wastra Borneo the Glamorous of Benang Bintik, hingga kegiatan Happy Shopping.

Juga tersedia berbagai stan di area lokasi kegiatan, yakni kawasan GPU Tambun Bungai yang dibagi menjadi beberapa area, mulai dari area khusus wastra, kriya, kuliner, serta lainnya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Tengah, Taufik Saleh mengatakan, rangkaian kegiatan yang telah terlaksana itu bertujuan mendukung optimalisasi potensi kreativitas dalam industri fesyen (mode) wastra khas Kalimantan Tengah.

Melalui kegiatan ini diharapkan ada peningkatan produk-produk unggulan (wastra) agar mampu bersaing di pasar global, sekaligus menjadi tren fesyen dunia, sehingga mampu meningkatkan perekonomian.

Selain itu dengan mengoptimalkan rangkaian kegiatan tersebut, diharap mampu mendukung karya kreativitas dan inovasi dalam industri fesyen wastra khas Kalimantan Tengah untuk menarik para wisatawan datang berkunjung, termasuk mendukung potensi dan kemampuan dari generasi muda di Kalimantan Tengah di bidang fesyen maupun wastra.

Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia memandang, selain sebagai warisan budaya, wastra juga memiliki potensi ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan perajin maupun UMKM.

Adapun yang menjadi tantangan bersama adalah bagaimana memberikan nilai tambah serta mampu mem-branding wastra yang dimiliki daerah, agar mampu menjadi produk budaya unggul yang kian diminati serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi maupun peningkatan kesejahteraan.

Hingga pada akhirnya perajin dan pelaku UMKM dapat terus tumbuh, serta memperluas pemasaran dari produk yang mereka miliki.

Bank Indonesia sebagai bagian dari unsur pelaksana negara berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan dan pengolahan wastra melalui kurasi serta kolaborasi dengan berbagai pihak.

Dalam hal ini, Bank Indonesia terus berupaya serta mengajak pemerintah daerah maupun pihak terkait lainnya mengoptimalkan pengembangan wastra agar dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru di Kalimantan Tengah.

Sementara itu, selama gelaran Gernas BBI-BBWI "Hayu Maja Kan Kalteng" Pesona Wastra Kriya Kuliner Kalteng, perputaran ekonomi yang terjadi juga cukup menggembirakan.

Bank Indonesia mencatat jumlah penjualan dan bussiness matching mencapai hingga Rp4,4 miliar lebih, yakni dengan nilai transaksi mencapai Rp3,1 miliar lebih dan bussiness matching Rp1,3 miliar lebih, sedangkan jumlah pengunjung sebanyak 13.606 orang, serta penjualan mencapai 14.783 produk.

Dalam penjualan produk ini, nilai transaksi yang berhasil dicatatkan dari kategori wastra/kain/fashion cukup menggembirakan, yaitu mencapai hingga Rp727 juta lebih dengan total penjualan sebanyak 3.444 produk.

Wastra mencatatkan nilai transaksi tertinggi dibandingkan kriya atau kerajinan yaitu Rp325 juta lebih untuk 1.542 produk, serta kuliner Rp276 juta lebih untuk 1.309 produk.

Indonesia kaya dengan warisan wastra yang beragam. Inilah salah satu harapan masa depan bangsa untuk bangkit dan maju di tengah persaingan global dengan memelihara dan melestarikan warisan budaya yang memiliki banyak makna, khususnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.