Sampit (ANTARA) - Banjir yang merendam Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada Senin (4/12) kemarin turut merendam banyak lahan pertanian hortikultura setempat dan membuat tanaman rusak, hingga petani pun merugi.
"Dampaknya kalau terlalu lama terendam akar tanamannya bisa busuk. Contohnya, tanaman sawi banyak yang rusak dan tidak bisa diselamatkan lagi,” kata Munir, salah seorang petani di Sampit, Selasa.
Kondisi demikian, bisa dilihat di lahan pertanian di Jalan Teratai IV Barat. Bahkan, sampai selasa pagi, beberapa lahan masih terendam, sehingga mengancam tanaman milik warga. Sebab, rata-rata tanaman yang tergenangi banjir tersebut tanaman yang masih berumur muda.
Terlebih tanaman yang kurang kokoh seperti sawi dipastikan tanaman tersebut gagal panen, karena menjadi salah satu tanaman yang mengalami kerusakan cukup parah. Sedangkan, tanaman jagung masih bisa bertahan paling tidak dua hingga tiga hari, asalkan tidak ada hujan lagi yang mengguyur wilayah tersebut.
"Kalau jagung agak bertahan, walaupun terendam tiga hari masih bisa bertahan, tapi kalau lebih dari itu bisa rusak juga,” tuturnya.
Munir memperkirakan, kerugian yang ditanggungnya akibat kejadian tersebut mencapai Rp2 juta, karena harga sayur sekarang sedang tinggi, apalagi jagung yang modal awalnya saja mencapai Rp900 ribu.
Petani lainnya, Zakir menambahkan kedalaman banjir yang sempat merendam lahan pertaniannya mencapai 30 sentimeter, meski sekarang sudah berangsur surut.
Baca juga: Disdik Kotim berikan apresiasi ke guru berprestasi dan sekolah penggerak
Kondisi ini membuat para petani harus bekerja ekstra guna menyelamatkan tanaman mereka agar tidak semakin banyak yang rusak.
Sejak pagi Zakir sibuk menabur kapur ke tanaman dan lahan pertaniannya, bertujuan untuk mengurangi tingkat keasaman tanah pasca terendam banjir.
"Kalau habis hujan itu biasanya ditaburi kapur fungsinya supaya tidak kuning. Kalau tidak dikasih kapur setelah hujan tanaman kuning, dan harus dibuang kalau sudah kuning. Selain kapur, dikasih pupuk urea juga," terangnya.
Ia menambahkan, banjir yang terjadi kali ini terbilang paling parah. Namun petani cukup tertolong karena selokan yang sudah dilebarkan oleh pemerintah daerah, sehingga air cepat surut.
Meski begitu, ia menduga banjir terjadi karena drainase di wilayah tersebut yang masih kurang maksimal, ditambah lagi karena lokasi lahannya yang berada di dataran rendah.
Dengan cuaca yang tidak menentu seperti saat ini, dan mulai masuknya musim penghujan, para petani berusaha untuk tetap merawat tanaman sebaik-baiknya.
Baca juga: Peduli Pendidikan, PT Sukajadi Sawit Mekar bagikan 490 paket perlengkapan sekolah
Baca juga: Ardi Saputra lengkapi Fraksi Golkar di DPRD Kotim
Baca juga: Gudang logistik pemilu di Kotim dilengkapi CCTV terkoneksi ke Polres