Wamen LHK: Populasi orang utan di Taman Nasional Sebangau meningkat
Palangka Raya (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Alue Dohong mengatakan, populasi orang utan di Taman Nasional Sebangau (TNS), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami peningkatan.
"Data analisis kelangsungan hidup populasi dan habitat atau (PHVA) pada 2016 populasi orang utan di TNS diperkirakan ada 6.080 individu dan saat ini diperkirakan antara 8.772 hingga 8.973 orang utan," kata Alue di Palangka Raya, Kamis.
Menurut dia, kenaikan populasi orang utan di kawasan taman nasional seluas 543,871 hektare lebih ini menjadi indikator positif bahwa kondisi alam dan ekosistemnya TNS semakin membaik.
"Kenaikan jumlah populasi orang utan itu juga mengindikasikan bahwa kondisi alam di Taman Nasional Sebangau menjadi tempat yang baik untuk berkembang biak orang utan," katanya.
Dia mengatakan, orang utan memiliki peran penting sebagai agen penyebar benih hutan. Makan mamalia ini hampir 73 buah merupakan buah berbiji dari pohon hutan.
Alue menerangkan, dari apa yang dimakan, kotorannya akan tersebar seiring perjalanan yang dilakukan. Kemudian biji yang turut dikeluarkan tumbuh kembali menjadi pohon.
"Kemudian orang utan ini juga berperan dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan serta juga menjadi pelindung bagi spesies lain yang hidupnya bergantung pada ekosistem hutan," katanya.
Baca juga: Dicadangkan jadi taman satwa di Kotim, berikut keanekaragaman hayati Pulau Hanibung
Pernyataan itu diungkapkan Wamen LHK di sela acara Seminar Nasional tentang Populasi Orangutan Liar di Taman Nasional Sebangau yang digelar di Universitas Palangka Raya (UPR).
Acara yang merupakan kerja sama Balai Taman Nasional Sebangau (BTNS) dan Yayasan Borneo Nature Indonesia (YBNI) serta pihak terkait lain ini merupakan rangkaian acara Sebangau's Biodiversity Fest. Acara ini digelar selama dua hari yang dimeriahkan juga dengan agenda pameran foto, diskusi ilmiah dan kuliah umum.
Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Ruswanto mengatakan, secara bertahap pihaknya berhasil memulihkan ekosistem di kawasan taman nasional. Upaya itu diantaranya seperti penanaman kembali, membuat dan memperbaiki sekat kanal.
Kawasan Taman Nasional Sebangau ini masuk pada tiga wilayah di Kalteng, yakni Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau.
”Selama ini, kebakaran hutan dan perburuan orang utan menjadi ancaman. Tapi, bisa dibilang karhutla itu yang paling mengancam saat ini,” kata Ruswanto.
Pihaknya pun akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya menjaga ekosistem di kawasan Taman Nasional Sebangau, termasuk juga dalam upaya pemetaan kondisi alam di dalamnya.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan kawasan konservasi tampung satwa dilindungi
Baca juga: BKSDA Sampit pastikan orang utan telah keluar dari kawasan bandara
Baca juga: BKSDA-BOS lepasliarkan delapan orang utan hasil rehabilitasi
"Data analisis kelangsungan hidup populasi dan habitat atau (PHVA) pada 2016 populasi orang utan di TNS diperkirakan ada 6.080 individu dan saat ini diperkirakan antara 8.772 hingga 8.973 orang utan," kata Alue di Palangka Raya, Kamis.
Menurut dia, kenaikan populasi orang utan di kawasan taman nasional seluas 543,871 hektare lebih ini menjadi indikator positif bahwa kondisi alam dan ekosistemnya TNS semakin membaik.
"Kenaikan jumlah populasi orang utan itu juga mengindikasikan bahwa kondisi alam di Taman Nasional Sebangau menjadi tempat yang baik untuk berkembang biak orang utan," katanya.
Dia mengatakan, orang utan memiliki peran penting sebagai agen penyebar benih hutan. Makan mamalia ini hampir 73 buah merupakan buah berbiji dari pohon hutan.
Alue menerangkan, dari apa yang dimakan, kotorannya akan tersebar seiring perjalanan yang dilakukan. Kemudian biji yang turut dikeluarkan tumbuh kembali menjadi pohon.
"Kemudian orang utan ini juga berperan dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan serta juga menjadi pelindung bagi spesies lain yang hidupnya bergantung pada ekosistem hutan," katanya.
Baca juga: Dicadangkan jadi taman satwa di Kotim, berikut keanekaragaman hayati Pulau Hanibung
Pernyataan itu diungkapkan Wamen LHK di sela acara Seminar Nasional tentang Populasi Orangutan Liar di Taman Nasional Sebangau yang digelar di Universitas Palangka Raya (UPR).
Acara yang merupakan kerja sama Balai Taman Nasional Sebangau (BTNS) dan Yayasan Borneo Nature Indonesia (YBNI) serta pihak terkait lain ini merupakan rangkaian acara Sebangau's Biodiversity Fest. Acara ini digelar selama dua hari yang dimeriahkan juga dengan agenda pameran foto, diskusi ilmiah dan kuliah umum.
Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Ruswanto mengatakan, secara bertahap pihaknya berhasil memulihkan ekosistem di kawasan taman nasional. Upaya itu diantaranya seperti penanaman kembali, membuat dan memperbaiki sekat kanal.
Kawasan Taman Nasional Sebangau ini masuk pada tiga wilayah di Kalteng, yakni Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau.
”Selama ini, kebakaran hutan dan perburuan orang utan menjadi ancaman. Tapi, bisa dibilang karhutla itu yang paling mengancam saat ini,” kata Ruswanto.
Pihaknya pun akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya menjaga ekosistem di kawasan Taman Nasional Sebangau, termasuk juga dalam upaya pemetaan kondisi alam di dalamnya.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan kawasan konservasi tampung satwa dilindungi
Baca juga: BKSDA Sampit pastikan orang utan telah keluar dari kawasan bandara
Baca juga: BKSDA-BOS lepasliarkan delapan orang utan hasil rehabilitasi