Nanga Bulik (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah mengusung 'Singgol Bapangkal' dalam rangka mengintervensi prevalensi stunting atau gangguan pertumbuhan di wilayah setempat.
Kepala DP3AP2KB Lamandau Ahmat Alfiyan Aribowo di Nanga Bulik, Kamis, mengatakan, Singgol Bapangkal merupakan akronim Sinergi Pengolahan Bahan Pangan Lokal untuk Penurunan Stunting di Kabupaten Lamandau.
"Singgol Bapangkal ini adalah inisiatif strategis bertujuan mengurangi prevalensi stunting di Lamandau melalui sinergi pengolahan sumber daya pangan lokal," terang Alfiyan.
Sinergi ini merupakan kolaborasi kegiatan lintas perangkat daerah di Lamandau, selain DP3AP2KB juga melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas ketahanan Pangan, TP PKK, Kecamatan maupun desa/kelurahan.
Kemudian juga memberikan manfaat berupa terbukanya peluang bagi pelaku usaha mikro lokal bidang makanan dan bahan makanan skala desa untuk ikut terlibat dalam penyediaan bahan pangan lokal di Lamandau.
"Manfaat bagi nasyarakat, yakni tersedia menu makanan dan variasi makanan bagi bumil dan balita yang bisa dimanfaatkan dari sekitar desa, untuk pemenuhan gizi dan pada akhirnya mampu menurunkan stunting," jelasnya.
Kemudian dia menyampaikan, dalam implementasi sinergi pengolahan bahan pangan lokal untuk penurunan stunting dilakukan pembentukan tim efektif dan pembentukan tim pengolah bahan pangan lokal.
Lalu terlaksananya koordinasi dan sosialisasi pemangku kepentingan eksternal, lokakarya pengolahan bahan pangan lokal, implementasi singgol bapangkal di desa, promosi kegiatan inovasi melalui media masa, hingga monitoring evaluasi kegiatan.