Warga Tionghoa di Sampit bersih-bersih sambut Tahun Baru Imlek

id Warga Tionghoa di Sampit bersih-bersih sambut Tahun Baru Imlek, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, china, imlek

Warga Tionghoa di Sampit bersih-bersih sambut Tahun Baru Imlek

Warga Tionghoa di Sampit bergotong royong membersihkan lingkungan vihara dan rupang jelang Imlek, Minggu (26/1/2025). ANTARA/HO.

Sampit (ANTARA) - Menyambut Tahun Baru Imlek 2576 kongzili yang jatuh pada 29 Januari 2025, warga keturunan Tionghoa di Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah bergotong royong membersihkan vihara dan rupang atau patung dewa-dewi.

“Kegiatan bersih-bersih ini dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek, dengan tujuan supaya nanti pada Hari Imlek semuanya dengan suasana dan kondisi yang bersih,” kata Samanera Erwin di Sampit, Minggu.

Kegiatan bersih-bersih, terutama mencuci rupang merupakan salah satu tradisi warga Tionghoa di Sampit, khususnya yang beragama Buddha. Seperti yang bisa dilihat di Vihara Avalokitesvara Jalan Kopi Selatan Nomor 53 pada Minggu pagi.

Tokoh agama Buddha ini menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suasana dan kondisi yang bersih dalam menyambut Tahun Baru Imlek dengan harapan semua berkah dan rezeki bisa mengalir dengan lancar.

Semua bagian di vihara tersebut dibersihkan, baik itu lantai, dinding, hiasan, lampu dan lainnya. Bahkan, dinding yang kusam di cat ulang dan tata letak tanaman di perbaharui untuk memberikan nuansa baru dan menyegarkan.

Kemudian yang terpenting adalah mencuci atau membasuh rupang, mulai dari rupang utama yaitu Buddha Gautama, lalu Bodhisattva dan rupang dewa-dewi lainnya.

“Untuk membasuh rupang ini kami menggunakan air bunga, karena rupang ini identik dengan apa yang kami hormati, objek pemujaan kami. Sebelumnya, disembahyangi dulu baru kami lakukan pembersihan,” jelasnya.

Baca juga: Pemkab Kotim gencarkan kegiatan fisik di awal tahun

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan penting bagi etnis Tionghoa. Bukan hanya umat Buddha, banyak umat dari agama lainnya yang masih keturunan Tionghoa ikut merayakan Imlek.

Samanera Erwin melanjutkan, ibadah khusus dalam merayakan Imlek ini dikembalikan kepada masing-masing individu. Namun, biasanya H-1 hingga hari H Imlek umat Buddha di Vihara Avalokitesvara akan datang masing-masing untuk beribadah, tidak bersama-sama.

Sementara untuk ibadah yang dilaksanakan bersama-sama biasanya dilaksanakan setelah Hari Raya Imlek yang rencananya akan dilaksanakan pada 9 Februari 2025, disebut Ritual Po Un atau doa keselamatan.

“Kalau untuk perayaan Imlek bersamanya pada 4 Februari nanti, itupun hanya kelompok tertentu yang mengadakan. Vihara Avalokitesvara sendiri rencananya pada 8 Februari karena kebetulan bertepatan dengan ulang tahun vihara, jadi digabung perayaannya,” lanjutnya.

Terlepas dari cara perayaan, makna Imlek menurut sudut pandangnya adalah mencerminkan pergantian musim, sebab di Tiongkok terdapat empat musim, yakni musim semi, panas, gugur dan dingin.

Imlek biasanya bertepatan pada pergantian musim dingin ke musim semi. Jika dikaitkan dengan ajaran Buddha, musim semi adalah semacam awal yang baru, musim ketika tanaman kembali tumbuh dan bunga-bunga bermekaran.

Artinya pada momentum itu manusia diharapkan menjadi sosok yang baru, segala kenangan pahit-manis pada tahun lalu biar menjadi sebuah pembelajaran ketika menyambut tahun baru.

“Agar ketika tahun baru ini, kita sambut dengan bahagia dan harapan tentunya sehingga kita menjadi manusia yang dalam tanda kutip adalah manusia yang baru,” demikian Samanera Erwin.

Baca juga: Alasan Bupati Kotim gencar upayakan pengembangan bandara

Baca juga: BPBD Kotim optimalkan aplikasi informasi dan pelaporan bencana

Baca juga: Pemkab Kotim libatkan penyelam tradisional evakuasi kapal wisata