Penyandang disabilitas di Kotim butuh uluran tangan pemerintah dan dermawan

id Penyandang disabilitas,Kotim,Sampit,Kalteng,Bupati Kotim,Gubernur Kalteng

Penyandang disabilitas di Kotim butuh uluran tangan pemerintah dan dermawan

Seorang ibu penyandang disabilitas bernama Jamilah (30), warga Desa Pelantaran, RT 10/RW 5, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. ANTARA/HO

Sampit (ANTARA) - Di Desa Pelantaran, RT 10/RW 5, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, seorang ibu penyandang disabilitas bernama Jamilah (30) sedang berjuang menghadapi kerasnya kehidupan. Dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, Jamilah tetap berupaya menjalani hari-hari dengan penuh semangat untuk menghidupi keluarganya.

Namun, kondisi ekonomi yang kian sulit membuatnya kini terpaksa memohon uluran tangan dari pemerintah dan para dermawan.Jamilah, ibu dari seorang anak berusia 10 tahun itu, menceritakan betapa beratnya beban hidup yang dihadapi keluarganya.

Suaminya yang sedang sakit-sakitan tak lagi mampu bekerja, sehingga keluarga ini kehilangan sumber penghasilan tetap.

"Saya berharap ada perhatian dari Pak Gubernur Kalteng Agustiar Sabran dan Pak Bupati Kotim untuk membantu kehidupan kami. Saat ini, jangankan menyekolahkan anak, untuk makan dan kebutuhan sehari-hari saja kami tidak mampu," ungkap Jamilah dengan nada sedih saat dikonfirmasi ANTARA Kalteng, Rabu.

Keterbatasan ekonomi ini bahkan memaksa Jamilah berpikir untuk menghentikan pendidikan anaknya karena tidak mampu membiayai kebutuhan sekolah.

"Suami saya sudah tidak bekerja lagi karena sakit, dan saya sendiri juga tidak bisa banyak berbuat apa apa dengan kondisi saya," tambahnya pilu.

Seorang ibu penyandang disabilitas bernama Jamilah (30), warga Desa Pelantaran, RT 10/RW 5, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah saat mendampingi sang suami yang lagi terbaring sakit. ANTARA/HO

Ia menceritakan sedikit, bahwa pada tahun 2024, ibu satu orang anak ini mendapatkan musibah besar yang mengharuskan kaki kananya di amputasi.

"Kecelakaan yang saya alami terjadi pada tahun 2024 di Desa Luwuk Bunter. Namun pada saat itu pihak RS Murjani Sampit meminta biaya operasi dan pasang pen sebesar Rp70 juta, oleh dikarenakan kami keluarga dari tidak mampu, harus terpaksa pulang ke rumah," ucapnya.

Beberapa bulan setelah kejadian nahas itu, Jamila merasakan kakinya mulai membusuk dan menimbulkan aroma bau hingga ulat bermunculan. Bulan selanjutnya, ada dari pihak keluarga kami meminta bantuan dengan Dinsos Kotim, sehingga baru bisa dioperasi dengan amputasi.

Ia berharap semoga ada bentuk perhatian dari pemerintah untuk bisa memberikan bantuan kaki palsu.

Kisah Jamilah menjadi cerminan dari banyak penyandang disabilitas di Kotawaringin Timur yang membutuhkan perhatian dan bantuan nyata.

Dukungan dari pemerintah, baik dalam bentuk bantuan sosial, pelatihan keterampilan, maupun akses pekerjaan, serta uluran tangan dari para dermawan, sangat diharapkan untuk meringankan beban keluarga seperti Jamilah.

Semoga perhatian dan kebaikan hati dari berbagai pihak dapat membawa harapan baru bagi mereka yang sedang berjuang di tengah keterbatasan.

Yusuf (75) suami dari ibu Jamilah (30) penyandang disabilitas Desa Pelantaran, RT 10/RW 5, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. ANTARA/HO


Pewarta :
Uploader : Ronny
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.