FKIP UMPR kembangkan modul konseling berbasis nilai lokal bagi Remaja Broken Home

id FKIP UMPR, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, UMPR, Kalimantan Tengah, Kalteng, modul lilis lamiang

FKIP UMPR kembangkan modul konseling berbasis nilai lokal bagi Remaja Broken Home

Dr Asep Solikin MA selaku Dosen FKIP UMPR sekaligus Ketua Tim pengembang modul konseling berbasis kearifan lokal bernama Lilis Lamiang. ANTARA/HO-UMPR.

Palangka Raya (ANTARA) - Sejumlah dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR), Kalimantan Tengah, kembali melahirkan inovasi dan berhasil mengembangkan modul konseling berbasis kearifan lokal bernama 'Lilis Lamiang'.

Pengembangan modul konseling 'Lilis Lamiang' itu ditujukan kepada para remaja yang berasal dari keluarga broken home agar mampu beradaptasi dan menghadapi tekanan psikososial dengan lebih baik, kata Dr Asep Solikin MA selaku Dosen FKIP UMPR sekaligus Ketua Tim Pengembang di Palangka Raya, Rabu.

"Modul ini mengintegrasikan pendekatan Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) dengan nilai-nilai budaya Dayak Ngaju, khususnya falsafah Lilis Lamiang yang mengandung makna keteguhan hati, kesabaran, dan kekuatan moral dalam menghadapi cobaan hidup," beber dia.

Dikatakan, keluarga broken home merupakan istilah bagi keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis, yang dapat disebabkan oleh perceraian orang tua, kematian salah satu orang tua, atau konflik dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dr Asep pun mengakui bahwa dalam melakukan penelitian dan pengembangan modil konseling itu, berkat dukungan dari Program Bantuan Prototipe Tahun 2025, dan dibantu oleh Andi Setiawan MPd dan Andi Riswandi MPd selaku anggota tim sekaligus dosen di FKIP UMPR.

"Kami ingin menghadirkan model konseling yang tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga membumi dan dekat dengan budaya masyarakat. Nilai-nilai Lilis Lamiang menjadi kekuatan spiritual yang menumbuhkan ketahanan diri remaja," beber dia.

Dosen FKIP UMPR itu menyebut, selain modul utama dalam bentuk cetak dan digital, tim juga menyusun panduan implementasi bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK). Sebanyak 12 guru BK dari sekolah mitra akan dilatih untuk menerapkan modul ini di sekolah masing-masing.

Baca juga: Dosen Psikologi UMPR bagi wawasan ke Guru SD pendamping anak berkebutuhan khusus

Secara sosial, inovasi ini diharapkan dapat mengurangi perilaku menyimpang remaja, memperkuat resiliensi psikologis, serta mendorong kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan komunitas adat. Dari sisi ekonomi, modul ini juga berpotensi dikembangkan secara nasional melalui kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan berbagai platform edutech.

"Lebih jauh, proyek ini menjadi langkah awal pengembangan konseling transkultural di Indonesia," kata Dr Asep.

Tim peneliti berencana melanjutkan proyek serupa dalam seri 'Modul Konseling Nusantara', yang akan mengangkat nilai-nilai lokal dari berbagai daerah, seperti Mapalus dari Sulawesi Utara dan Tri Hita Karana dari Bali.

Dengan lahirnya inovasi 'Lilis Lamiang' ini, FKIP UMPR menegaskan komitmennya dalam mengembangkan pendidikan dan konseling yang berakar pada nilai budaya lokal, sekaligus menjawab tantangan sosial di era modern.

Baca juga: Cegah perundungan sejak dini, UMPR bimbing Guru SDN 6 Langkai literasi hukum

Baca juga: Gelar yudisium, lulusan FBI UMPR diingatkan pentingnya attitude

Baca juga: Mahasiswa UMPR bawa budaya Kalteng tampil di World Expo Osaka 2025


Pewarta :
Uploader : Admin 2
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.