Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mencatat sejumlah kerusakan akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah setempat, menyusul adanya peringatan akan ancaman bencana hidrometeorologi yang telah diumumkan oleh BMKG.
“Cuaca ekstrem melanda wilayah Kotim pada Kamis siang, berupa hujan disertai angin kencang. Sejauh ini tidak ada laporan korban jiwa, namun ada sejumlah kerusakan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Kamis.
Sejumlah kerusakan yang terpantau antara lain, kerusakan sejumlah bangunan di Kecamatan Cempaga Hulu, khususnya Desa Pelantaran. Atap baja ringan dari salah satu minimarket di wilayah tersebut copot dan terhempas angin kencang hingga menimpa rumah warga di dekatnya.
Selanjutnya, pohon tumbang di jalan raya yang berlokasi di Desa Bajarum, Kecamatan Kota Besi yang menyebabkan arus lalu lintas sempat macet total, sehingga terjadi antrean panjang dari arah Sampit menuju Palangka Raya maupun sebaliknya.
Robohnya salah satu papan reklame berukuran besar di Kota Sampit, tepatnya di simpang tiga Jalan Tjilik Riwut dan Jalan Kaswari. Multazam pun segera meluncur ke lokasi yang terdampak cukup parah untuk memastikan kondisi di lapangan secara langsung.
“Informasinya minimarket masih buka namun terbatas, sementara menggunakan atap terpal, ada dua unit rumah di belakang minimarket yang terdampak dan penanggung jawab akan melakukan perbaikan rencananya mulai besok. Dua rumah itu yang satunya bocor karena atap genteng sedangkan satu lagi atap seng,” lanjutnya.
BPBD Kotim juga berkoordinasi dengan BMKG setempat terkait kondisi ini. Adapun berdasarkan keterangan BMKG Kotim, kecepatan angin saat cuaca ekstrem tersebut mencapai 56km/jam, di atas kategori normal yang berkisar 5-30 km/jam.
Baca juga: DLH Kotim dapat penghargaan kinerja pengelolaan sampah
Terpisah, Prakirawan BMKG Kotim melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit Rizaldo Raditya menyampaikan bahwa penyebab utama terjadinya hujan deras disertai angin kencang di wilayah Kotim karena adanya beberapa fenomena yang terjadi berbarengan.
Adanya aktivitas awan cumulonimbus (CB) dengan suhu puncak sangat rendah hingga lebih dari minus 100 derajat celcius yang berpotensi menghasilkan hujan lebat, kilat, petir, hingga angin kencang akibat dorongan udara dingin dari atas ke bawah atau yang dikenal dengan istilah downdraft.
“Sempat terpantau suhu puncak awan lebih dari minus 100 derajat celcius. Kondisi itu menyebabkan potensi besar terjadinya hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Kotim,” ujarnya.
Meski begitu, Rizaldo memastikan saat ini awan CB penyebab hujan deras dan angin kencang di Kotim sudah melemah.
Selanjutnya, adanya pengaruh fenomena global yang ikut berdampak ke wilayah Kalimantan Tengah, yakni Southern Oscillation, Madden Julian Oscillation (MJO), dan Gelombang Kelvin.
Gangguan fenomena MJO terpantau di Fase 5 (Maritime Continent) yang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau di wilayah Kalimantan Tengah.
Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Didukung oleh kelembaban udara yang cukup basah, labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal juga meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.
Sebagian wilayah Kalimantan Tengah diimbau waspada terhadap potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir, kilat dan angin kencang hingga tiga hari k edepan. Kotim termasuk salah satu wilayah yang mendapat peringatan dini tersebut.
“Masyarakat diimbau tetap waspada potensi hujan lokal dengan durasi singkat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang maupun angin puting beliung di wilayah Kalimantan Tengah. Serta, berhati-hati terhadap dampak bencana yang ditimbulkan seperti genangan air, banjir, tanah longsor dan pohon tumbang,” demikian Rizaldo.
Baca juga: Pemkab Kotim gandeng Bank Tanah optimalkan pengelolaan pertanahan
Baca juga: Polres Kotim perkuat sinergi hadapi ancaman bencana hidrometeorologi
Baca juga: DPRD Kotim: Perlindungan pasar harus selaras dengan daya saing dan digitalisasi
