Kenaikan Harga Di Sampit Dahului Kenaikan BBM

id Kenaikan Harga Di Sampit Dahului Kenaikan BBM, Sembako

Kenaikan Harga Di Sampit Dahului Kenaikan BBM

Ilustrasi (Ist)

...Kalau harga BBM naik, harga barang pasti naik lagi,"
Sampit, Kalteng, 18/6 (Antara) - Kenaikan harga bahan bakar minyak belum diberlakukan oleh pemerintah, namun harga sejumlah barang kebutuhan di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, justru lebih dulu naik.

"Harga beberapa barang dari kemarin dan hari ini naik tajam, padahal kenaikan harga BBM belum diberlakukan oleh pemerintah. Kalau harga BBM naik, harga barang pasti naik lagi," kata Amin, pedagang telur di Pusat Perbelanjaan Mentaya Sampit, Selasa.

Sejumlah barang yang harganya naik yaitu telur, minyak goreng curah, beras, emping dan lainnya. Kenaikan ini makin tinggi tiga hari terakhir, seiring makin kencangnya wacana kenaikan harga BBM.

Di tingkat agen, harga satu set telur ayam isi 30 butir kini naik menjadi Rp 37.000 dari harga sebelumnya Rp 32.000 per set. Kenaikan ini diperkirakan akan terus terjadi seiring meningkatnya permintaan menjelang Ramadan, terlebih jika kenaikan harga BBM diberlakukan.

"Tiga minggu ini kan tiga kali datang pasokan, dan tiga kali itu pula harga terus naik. Saat ini saja sudah naik, apalagi kalau harga BBM naik maka harga telur pasti akan naik lagi. Omzet kami mulai menurun," kata Amin.

Harga minyak goreng curah juga mengalami kenaikan. Jika sebelumnya harganya Rp 13.000 per botol isi 1,5 liter, kini naik menjadi Rp 15.000 per botol. Kenaikan sangat tinggi terjadi pada emping yang sebelumnya Rp 40.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 50.000 per kilogram.

"Saat ini pembeli sepi, apalagi harga barang naik seperti ini pembeli bisa tambah sepi. Harga BBM naik ini pasti akan diikuti kenaikan harga barang karena kenaikan ongkos angkut juga tidak bisa dihindari," ucap Maria, pedagang lainnya.

Sementara itu, harga gula masih bertahan Rp 12.000 per kilogram, sedangkan bawang merah berkisar Rp 25.000 hingga Rp 27.000 per kilogram tergantung kualitas. Pedagang mengeluh karena pembeli mulai sepi.

"Pembeli sih tetap ada, tapi kemampuan membelinya turun. Yang tadinya biasa membeli dua kilogram, kini mengurangi hanya satu kilogram karena harga naik. Artinya kalau omzet berkurang, maka keuntungan kami juga menurun," kata Maria.

Pedagang di pasar terbesar di Kotim tersebut berharap agar pemerintah membantu menekan biaya ongkos angkut sehingga kenaikan harga BBM tidak terlalu berimbas pada kenaikan harga. Jika harga terus naik, tidak hanya masyarakat selaku konsumen yang terbebani, pedagang juga menjadi susah karena keuntungan akan merosot.



(T.KR-NJI/C/S006/S006)