Jakarta (ANTARA News) - Koor penonton terdengar padu dengan alunan musik
White Shoes and the Couples Company saat melantunkan lagu Matahari pada
saat acara "Senin Malam di Petogogan" di Paviliun 28, Jakarta, Senin
Malam (16/3).
Lagu berlirik bahasa Inggris yang dilantunkan dengan aksen
Indonesia timur berhasil membawa pendengar merasakan nuansa eksotisnya
Pulau Cendrawasih.
"We're going back to Jayapura
No more pretend no pura-pura
Drinkin to samandoye
Black Brothers all the way"
"The boys play football in Manokwari
Under our sun the matahari
When he scored a goal and lost in the tree
Like Captain Kaboo our football hero"
Tubuhpun refleks
bergoyang mengikuti irama, sebagian dari penonton ada yang sibuk
mengambil foto atau video, untuk diunggah ke media sosial.
Ada pula yang tidak meperdulikan sekelilingnya yang penting bernyanyi bersama grup musik kesayangannya.
"Seneng rasanya kalau ada yang nyanyi bareng, jadi ngerasa ada yang
bantuin," kata penyanyi White Shoes and the Couple Company Aprilia
Apsari, seusai bernyanyi.
Malam itu, mereka membawakan sekitar 20 lagu dari album pertama
hingga album terakhir, termasuk single Lembe-Lembe (Perebeye Version)
yang dirilis dalam 50 kaset, malam itu.
Beberapa lagu yang dibawakan mereka antara lain, Windu & Defrina
yang menjadi single debut mereka, Pelan Tapi Pasti dari album Skenario
Masa Muda, Selangkah Kesebarang gubuahan Fariz RM yang berada pada album
Vakansi, hingga lagu permainan tradisional Tam Tam Buku yang menjadi
single pertama pada mini album "White Shoes and the Couples Company
Menyanyikan Lagu2 Daerah".
Tak lupa pula lagu Aksi Kucing karya Oey Yok Siang dari era 1960-an yang menjadi penutup acara.
Pada saat membawakan Tam Tam Buku suasana jadi lebih meriah, suara
gitar beradu dengan suara keyboard bernuansa psikadelika a la era 60-an
memperlihatkan pengaruh musik The Ventures grup asal Amerika tahun 1958
pada aransemen lagu tersebut.
Ditambah lagi, tempo lagu yang semakin cepat dan liar pada bagian akhir mengundang sorak sorai dari penonton.
Dalam konser ini secara tidak langsung, kita merasakan transformasi musik grup yang dibentuk pada 2002 silam di Jakarta.
Di awal karir mereka, kelompok musik yang diisi oleh Ricky
Virgana(bas), Saleh bin Husein (gitar), Aprilia Apsari (penyanyi),
Yusmario Farabi (gitar), John Navid (drum), Aprimela Prawidyanti
(keyboard) konsisten menyuguhkan musik bernuansa Pop Indonesia dekade
1960 hingga 1970.
Tidak hanya lagu mereka yang catchy, dandanan klasik dan tak lupa
sepatu putih menjadi yang menjadi ciri khas mereka sejak awal selalu
menjadi perhatian para penggemarnya.
Itu tercermin di albumWhite Shoes and The Couples Company yang
dirilis tahun 2005 yang masuk dalam 150 album Indonesia terbaik
sepanjang masa nomor 84 versi majalah Rolling Stones Indonesia 2007 dan
mini album Skenario Masa Muda yang dirilis 2007 lalu.
Dan setelahnya, mereka semakin progresif dan eksperimental, sangat
terasa pada mini album White Shoes and the Couples Company Menyanyikan
Lagu2 Daerah yang dirilis pada 2013.
Acara yang mereka gelar setiap awal tahun ini dikemas dengan sangat
intim dan hangat, tanpa pagar pembatas antara penampil dan penonton
membuat mereka yang hadir leluasa mengapresiasi setiap penampilan yang
disuguhkan White Shoes and The Couples Company.
Kapasitas penontonnya pun dibatasi 150 orang, dengan tiket yang terjual habis.
Selama konser berlangsung, tak ada satu pun lagu yang tidak diketahui
oleh penonton, bahkan lagu yang tidak menjadi single hits mereka juga
ikut dinyanyikan.
Konser berdurasi kurang lebih dua jam itu, juga disiarkan langsung
melalui radio streaming Ruang Rupa, sehingga penggemar yang tidak
kebagian tiket atau berhalangan hadir tetap bisa merasakan kemeriahan
"Senen Malam Di Petegogan".
Lembe-Lembe
Mereka merilis kembali lagu daerah Lembe-Lembe asal Maluku dalam single
yang berjudul sama dengan lagu tersebut, sebelumnya mereka telah
menyanyikan lagu itu dalam album "White Shoes And The Couple Company
Menyanyikan Lagu2 Daerah".
"Lagu Lembe-Lembe yang ini berbeda dengan album sebelumnya, lebih ada
nuansa latinnya," kata penyanyi White Shoes And The Couples Company
Aprilia Sari pada saat acara "Senen Malam di Petogogan", Jakarta, Senin
malam.
Ia mengatakan proses rekaman dan mixing dilakukan di Perebeye, Mauritius, Afrika.
Single yang dirilis malam ini dalam bentuk kaset, berisi dua lagu
yaitu Lembe-Lembe pada sisi A dan Runaway Song pada sisi B dijual hanya
50 kaset.
Ia berpendapat tidak masalah mengeluarkan rilisan dengan jumlah sedikit, yang penting ide dan kreativitas dapat tersalurkan.
"Banyak musisi saat ini terbentur masalah dana, buat kami yang
penting mengeluarkan karya, dalam jumlah terbatas juga tidak apa-apa.
Suatu saat ada dana lebih kita bisa reproduksi karya tadi. Yang penting
tidak kependam saja," kata dia seusai penampilan.
Selain menikmati musik, penonton juga dapat menyaksikan 15 video
musik dari White Shoes and the Couples Company di ruang menonton.
Pada acara tersebut ada juga pameran foto White Shoes and the Couples Company dari waktu ke waktu.
Beberapa foto yang dipajang dalam pameran foto yang bertanjuk
Memorabilia itu dilelang, pameran tersebut berlangsung hingga 26 Maret
2015.