264 Hektare Lahan Terbakar di Kotim

id karhutla, kebakaran lahan di kotim, BPBD kotim, sutoyo

264 Hektare Lahan Terbakar di Kotim

Kebakaran lahan masih marak di Kotim. Hujan deras Minggu (17/9/2017) sore diharapkan dapat mengurangi potensi kebakaran lahan. (Istimewa)

Sampit (Antara Kalteng) - Kebakaran lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah, sejak awal Agustus hingga saat ini, sudah menghanguskan lebih dari 264 hektare lahan.

"Kebakaran lahan memang kembali meningkat, bahkan kini marak di sekitar kota yakni di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang. Kami mengimbau masyarakat tidak membakar lahan dan membantu memadamkan api jika mengetahui ada kebakaran lahan," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur, Sutoyo saat dikonfirmasi di posko terpadu di Sampit, Minggu.

Sejak kebakaran mulai terjadi dan pemerintah daerah menyatakan siaga darurat bencana asap pada 4 Agustus lalu, tim gabungan bersiaga di posko terpadu yang didirikan di halaman Museum Kayu Sampit. Tim gabungan dari berbagai satuan dan instansi terus berjaga bergantian, bahkan mereka tetap bertugas memadamkan api saat hari raya.

Dua pekan terakhir, kebakaran lahan kembali marak. Pemadaman kebakaran sempat dilakukan lewat udara dengan cara "water bombing" atau bom air di Kecamatan Teluk Sampit dan Mentaya Hilir Selatan karena lokasi kebakaran sangat sulit dijangkau melalui jalur darat dan sungai.

Sepekan terakhir, kebakaran marak di sekitar pusat kota. Bahkan Sabtu (16/9), kebakaran lahan mencapai 10 hektare tersebar di beberapa lokasi seperti Jalan Pramuka Gang Gawi, Jalan Muhammad Hatta atau Lingkar Selatan, HM Arsyad Desa Eka Bahurui dan Tidar Baru Bok B.

Banyaknya kebakaran membuat tim gabungan harus memadamkan kebakaran lahan hingga malam hari. Bahkan anggota tim yang seharusnya libur atau tidak piket, terpaksa juga dikerahkan untuk membantu pemadaman kebakaran lahan.

Sutoyo mengharapkan peran serta seluruh instansi terkait untuk berkerjasama menjaga Kotawaringin Timur sesuai fungsinya masing-masing agar bencana kabut asap seperti tahun 2015 lalu tidak terjadi lagi. Sangat tidak mungkin jika pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan hanya mengharapkan tim posko gabungan karena jumlah personel, peralatan dan anggaran yang sangat terbatas dan tidak sebanding dengan luas wilayah Kotawaringin Timur.

"Semoga ke depan ada penambahan peralatan karena yang ada saat ini sangat terbatas. Jatah konsumsi anggota dan operasional diharapkan disesuaikan dengan kejadian kebakaran yang cenderung meningkat. Anggota terkadang harus memadamkan api hingga malam. Bahkan subuh masih harus berjaga," kata Sutoyo.

Anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Dadang Siswanto H Syamsu mengaku prihatin dengan kondisi tim gabungan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang bertugas di lapangan. Dia meminta pihak eksekutif memperhatikan nasib mereka karena tugas yang dijalankan sangat berat, bahkan mempertaruhkan nyawa.

"Anggarannya jangan sampai ditunda-tunda. Insentif mereka harus ditambah. Kita jangan hanya menuntut kerja mereka tapi nasib dan kesejahteraan mereka tidak kita perhatikan dan hargai," kata Dadang.

Aspirasi itu juga disuarakan Dadang saat rapat paripurna akhir pekan tadi. Menurutnya nasib tim penanggulangan kebakaran hutan dan lahan harus diperhatikan agar mereka bisa menjalankan tugas secara maksimal di lapangan.