Kasus stunting di Kalteng terburuk keempat se-Indonesia

id Pemerintah provinsi kalimantan tengah,Dinas kesehatan,Kasus stunting,Nota kesepahaman,Perguruan tinggi kesehatan,Suyuti syamsul,Pemberian makanan tamb

Kasus stunting di Kalteng terburuk keempat se-Indonesia

Ilustrasi.

Kasus stunting menjadi salah satu fokus utama kami, meskipun sebenarnya telah mengalami penurunan...
Kalimantan Tengah (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengakui, kasus stunting yang terjadi di wilayahnya menempati peringkat keempat terburuk se-Indonesia.

"Kasus stunting menjadi salah satu fokus utama kami, meskipun sebenarnya telah mengalami penurunan dari 40 persen menjadi sekitar 34 persen dari total anak," katanya di Palangka Raya, Senin.

Stunting merupakan kondisi tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan normal. Penyebab utamanya, yakni kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun.

Suyuti menjelaskan, kasus stunting terbanyak terjadi di tiga kabupaten, yakni Barito Timur, Kapuas dan Kotawaringin Timur. Namun yang menjadi fokus pihaknya pada tahun ini adalah Barito Timur, baru nantinya dilanjutkan dengan kabupaten lainnya.

Bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI, tahun ini pihaknya akan memberikan bantuan berupa pemberian makanan tambahan ibu hamil dan anak usia di bawah dua tahun untuk menghindari stunting.

"Penyediaan bantuan berupa pemberian makanan tambahan itu, rencananya menggunakan dana sekitar Rp2 miliar yang berasal dari pemerintah pusat dan juga daerah," jelasnya kepada awak media.

Ia menjelaskan, saat ini pihaknya masih menduga-duga penyebab banyaknya kasus stunting di Bartim. Untuk itu pihaknya juga akan melaksanakan penelitian secara khusus, bekerjasama dengan perguruan tinggi kesehatan setempat.

Pelibatan pihak perguruan tinggi nantinya akan ditindaklanjuti dengan sebuah nota kesepahaman untuk menentukan daerah binaan. Pihaknya juga akan melakukan kolaborasi pembiayaan antara pemerintah pusat dan daerah untuk pelaksanaannya.

Jika suatu daerah ditemukan banyak kasus stunting, maka mahasiswa dari perguruan tinggi kesehatan akan ditugaskan kesana untuk melakukan pendampingan dibawah koordinasi atau pengawasan dosennya.

"Mereka akan mendampingi seribu hari pertama usia kehidupan dan semuanya dipantau sejak awal kelahiran," papar Suyuti.