Pertahankan Adat Dayak Ma'anyan, ritual Bontang Hajat digelar di Bartim
Tamiang Layang (ANTARA) - Pembina Dewan Adat Dayak Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah Rudek Udir mengapresiasi langkah keluarga besar Hengky A Garu yang menggagas dan melaksanakan Bontang Hajat, salah satu ritual adat Dayak Maanyan Kedemangan Paju Sepuluh yang sudah semakin langka diselenggarakan.
Bontang Hajat yang sarat akan nilai budaya tak ternilai tersebut merupakan ritual pemberian makanan berbagai jenis kepada leluhur dan biasanya dilaksanakan selama sembilan hari sembilan malam, kata Rudek di Tamiang Layang, Rabu.
"Ritual Bontang terdiri dari dua kegiatan, yakni Hajat dan Siwah. Bontang Hajat biasanya dilaksanakan seseorang atau keluarga, merupakan ungkapan syukur karena apa yang diinginkan telah tercapai. Sedangkan Bontang Siwah, ritual adat pada acara puncak syukuran setelah selesainya seluruh proses kematian di dalam suatu keluarga," beber dia.
Menurut pria yang juga Mantir Balai di Kabupaten Bartim itu, apabila seseorang atau keluarga melaksanakan ritual Bontang Hajat, dipercaya akan mendapat kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta umur panjang.
Rudek mengatakan untuk ritual Bontang Hajat yang digagas dan digelar kali ini, keluarga besar Hengky A Garu menyediakan seekor kerbau, empat ekor babi, dua ekor kambing, 20 ekor bebek, dan 80 ekor ayam.
Ritual ini dimulai dengan prosesi Papas Pali yang ditandai dengan memasukan tengkora leluhur ke balai, sebagai tempat pusat acara ritual dengan diiringi tarian kegembiaraan sepanjang acara berlangsung," kata Dia.
Dalam prosesi ritual itu, warga yang melaksanakan Bontang Hajat akan dirasuki roh-roh leluhur. Tanpa kesadaran, warga yang sudah dimasuki roh leluhur itu nantinya akan ikut menari di balai bersama para mantir.
Mantir adat yang terlibat dalam ritual itupun nantinya menyediakan seekor ayam berwarna hitam yang masih hidup dan mantera-mantera. Ayam hitam itu nantinya akan dimakan secara hidup-hidup oleh roh leluhur melalui raga warga yang dirasuki.
Baca juga: Bupati Bartim harapkan kinerja Polri semakin promoter
"Prosesi Netek Tumpang dan Ngampuharung Gawi yang merupakan tahapan Hajat Bontang sudah diselesaikan. Dan, sekarang ini dilaksanakan Pasewetan dan Ngele Hiang," katanya.
Untuk acara puncak ritual Bontang Hajat akan dilaksanakan, Minggu (14/7)siang. Acara puncak di siang hari mengadakan iparapah yang terdiri dari Nyungkat Sadai dan Munu Karewaw, Iwek, Kaming dan Manu. Sedangkan untuk puncakmalam harinya diadakan Hiang Wadian Bontang dengan acara persiapan Tanya Manru.
Kumperson selaku Panitia pelaksana ritual adat Bontang Hajat mengatakan, acara ini dilaksanakan sebagai ucapan syukur dari keluarga besar Hengky A Garu karena ada hajat yang tercapai.
"Sebenarnya ingin dilaksanakan sejak tahun 2016, karena ada halangan maka disepakati keluarga dan para mantir adat untuk ditunda dan dilaksanakan pada Juli 2019 ini," demikian Kumperson.
Baca juga: Pertanian berkelanjutan wajib manfaatkan teknologi modern, kata Legislator Bartim
Bontang Hajat yang sarat akan nilai budaya tak ternilai tersebut merupakan ritual pemberian makanan berbagai jenis kepada leluhur dan biasanya dilaksanakan selama sembilan hari sembilan malam, kata Rudek di Tamiang Layang, Rabu.
"Ritual Bontang terdiri dari dua kegiatan, yakni Hajat dan Siwah. Bontang Hajat biasanya dilaksanakan seseorang atau keluarga, merupakan ungkapan syukur karena apa yang diinginkan telah tercapai. Sedangkan Bontang Siwah, ritual adat pada acara puncak syukuran setelah selesainya seluruh proses kematian di dalam suatu keluarga," beber dia.
Menurut pria yang juga Mantir Balai di Kabupaten Bartim itu, apabila seseorang atau keluarga melaksanakan ritual Bontang Hajat, dipercaya akan mendapat kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta umur panjang.
Rudek mengatakan untuk ritual Bontang Hajat yang digagas dan digelar kali ini, keluarga besar Hengky A Garu menyediakan seekor kerbau, empat ekor babi, dua ekor kambing, 20 ekor bebek, dan 80 ekor ayam.
Ritual ini dimulai dengan prosesi Papas Pali yang ditandai dengan memasukan tengkora leluhur ke balai, sebagai tempat pusat acara ritual dengan diiringi tarian kegembiaraan sepanjang acara berlangsung," kata Dia.
Dalam prosesi ritual itu, warga yang melaksanakan Bontang Hajat akan dirasuki roh-roh leluhur. Tanpa kesadaran, warga yang sudah dimasuki roh leluhur itu nantinya akan ikut menari di balai bersama para mantir.
Mantir adat yang terlibat dalam ritual itupun nantinya menyediakan seekor ayam berwarna hitam yang masih hidup dan mantera-mantera. Ayam hitam itu nantinya akan dimakan secara hidup-hidup oleh roh leluhur melalui raga warga yang dirasuki.
Baca juga: Bupati Bartim harapkan kinerja Polri semakin promoter
"Prosesi Netek Tumpang dan Ngampuharung Gawi yang merupakan tahapan Hajat Bontang sudah diselesaikan. Dan, sekarang ini dilaksanakan Pasewetan dan Ngele Hiang," katanya.
Untuk acara puncak ritual Bontang Hajat akan dilaksanakan, Minggu (14/7)siang. Acara puncak di siang hari mengadakan iparapah yang terdiri dari Nyungkat Sadai dan Munu Karewaw, Iwek, Kaming dan Manu. Sedangkan untuk puncakmalam harinya diadakan Hiang Wadian Bontang dengan acara persiapan Tanya Manru.
Kumperson selaku Panitia pelaksana ritual adat Bontang Hajat mengatakan, acara ini dilaksanakan sebagai ucapan syukur dari keluarga besar Hengky A Garu karena ada hajat yang tercapai.
"Sebenarnya ingin dilaksanakan sejak tahun 2016, karena ada halangan maka disepakati keluarga dan para mantir adat untuk ditunda dan dilaksanakan pada Juli 2019 ini," demikian Kumperson.
Baca juga: Pertanian berkelanjutan wajib manfaatkan teknologi modern, kata Legislator Bartim