Psikolog sebut razia masker diperlukan karena rendahnya kesadaran masyarakat
Medan (ANTARA) - Psikolog yang juga Direktur Minauli Consulting Medan Dra Irna Minauli MSi mengatakan penegakan disiplin protokol kesehatan seperti razia masker masih perlu dilakukan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat.
"Kesulitan lain dalam menerapkan protokol kesehatan ini adalah budaya kolektivistik pada masyarakat Indonesia sehingga banyak orang yang senang berkumpul bersama sahabat dan sanak keluarganya," ujar Minauli, di Medan, Kamis.
Ia menyebutkan, mereka senang berbicara tatap muka dibandingkan harus melalui internet, misalnya via zoom. Budaya lisan melalui bercerita dan mendengar tampaknya lebih menarik dibandingkan membaca.
"Jadi, tidak mengherankan jika tingkat literasi masyarakat tergolong rendahnya," ujarnya.
Baca juga: Razia masker di Medan, gubernur-kapolda-pangdam langsung turun tangan
Minauli mengatakan, mereka yang cenderung ekstrovert juga umumnya tidak tahan jika harus berlama-lama di rumah, dan tidak berkumpul dengan temannya.
Kelompok yang senang memamerkan keberadaannya di media sosial (medsos) akan merasa "mati gaya" kalau tidak posting sedang wisata atau makan-makan di restoran.
"Mereka beranggapan bahwa ini adalah cara mereka mengatasi stres akibat pandemi virus corona ini," katanya.
Ia menjelaskan, pada saat orang berkumpul tentunya sulit dijamin bahwa mereka akan tetap menjaga protokol kesehatan.
"Kebersamaan dan euphoria sering melonggarkan kewaspadaan seseorang," katanya.
"Kesulitan lain dalam menerapkan protokol kesehatan ini adalah budaya kolektivistik pada masyarakat Indonesia sehingga banyak orang yang senang berkumpul bersama sahabat dan sanak keluarganya," ujar Minauli, di Medan, Kamis.
Ia menyebutkan, mereka senang berbicara tatap muka dibandingkan harus melalui internet, misalnya via zoom. Budaya lisan melalui bercerita dan mendengar tampaknya lebih menarik dibandingkan membaca.
"Jadi, tidak mengherankan jika tingkat literasi masyarakat tergolong rendahnya," ujarnya.
Baca juga: Razia masker di Medan, gubernur-kapolda-pangdam langsung turun tangan
Minauli mengatakan, mereka yang cenderung ekstrovert juga umumnya tidak tahan jika harus berlama-lama di rumah, dan tidak berkumpul dengan temannya.
Kelompok yang senang memamerkan keberadaannya di media sosial (medsos) akan merasa "mati gaya" kalau tidak posting sedang wisata atau makan-makan di restoran.
"Mereka beranggapan bahwa ini adalah cara mereka mengatasi stres akibat pandemi virus corona ini," katanya.
Ia menjelaskan, pada saat orang berkumpul tentunya sulit dijamin bahwa mereka akan tetap menjaga protokol kesehatan.
"Kebersamaan dan euphoria sering melonggarkan kewaspadaan seseorang," katanya.