Lebak (ANTARA) - Omzet pendapatan penampung uang rusak di Kabupaten Lebak, Banten meningkat di tengah pandemi COVID-19, sehingga mampu menyumbangkan ekonomi keluarga.
"Kami sejak pandemi COVID-19 bisa menghasilkan dua kali lipat dibandingkan biasanya," kata Saripudin, seorang penampung uang rusak, di Lebak, Rabu.
Omzet pendapatan dua kali lipat itu, kini bisa menghasilkan Rp225 ribu dari sebelumnya Rp75 ribu per hari.
Untuk mendapatkan uang rusak itu dengan berkeliling masuk kampung keluar kampung hingga 20 kilometer berjalan kaki tiap hari.
Selama berkeliling itu dengan menawarkan pada warga yang memiliki uang rusak, seperti sobek, hilang warna, dan lusuh, sehingga bisa dibelinya.
"Kami hari ini menampung uang rusak sebesar Rp750 ribu dengan meraup keuntungan sekitar 30 persen atau Rp220 ribu," katanya menjelaskan.
Menurut dia, penampungan penjualan uang rusak rata-rata keuntungannya mencapai 30 persen dari nilai total uang rusak.
Apabila, menampung uang rusak sebesar Rp1 juta, maka dijual ke bandar di Kota Serang bisa menghasilkan Rp300 ribu.
Selama ini, penampungan uang rusak dari warga cukup banyak, mulai uang kisaran pecahan Rp2.000 sampai Rp100 ribu.
Baca juga: Jangan buang uang lusuh, ini saran Bank Indonesia
Pekerjaan yang digeluti 10 tahun itu, kata dia, kerapkali menerima uang palsu karena tidak memiliki alat deteksi keaslian uang tersebut.
"Kami sekarang penuh hati-hati jika menampung uang rusak itu, karena khawatir tertipu," katanya menjelaskan.
Begitu juga Sam'un, seorang penampung uang rusak mengaku bahwa dirinya kini bisa menghasilkan dua kali lipat keuntungan selama masa pandemi COVID-19.
Kebanyakan uang yang ditampung itu dalam kondisi rusak dan lusuh, bahkan uang sobek dengan setengah kertas.
"Kami membeli uang rusak pecahan Rp100 ribu ditampung harga Rp70 ribu," katanya menegaskan.
Dia mengatakan, bandar penerima uang rusak itu berada di Pasar Lama, Kota Serang dan mereka setiap hari membelinya dari penampung keliling.
Penampung uang rusak keliling tersebar di Provinsi Banten dan bandar yang menerima uang rusak kembali dijual ke Bank Indonesia.
"Kami sebagai penampung uang rusak keliling sudah 15 tahun dan bisa menyekolahkan anak," kata warga Serang sambil berkeliling di Rangkasbitung.
Udin, seorang warga Sentral Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya merasa terbantu adanya penampung uang rusak yang datang ke rumah, sehingga bisa membeli bahan pokok.
"Kami menjual uang pecahan Rp100 ribu dengan nominal Rp200 ribu dan kondisi sobek ditampung seharga Rp140 ribu," katanya pula.
Baca juga: BI perkirakan kinerja investasi Kalteng pada triwulan III membaik
Baca juga: Program Food estate angin segar pembangunan ekonomi Kalteng
Baca juga: Bocah laki-laki Papua di pecahan uang Rp75 ribu
Berita Terkait
Kritik uang kuliah tinggi, Rektor UNRI cabut laporan mahasiswanya
Kamis, 9 Mei 2024 23:45 Wib
Penyidik KPK sita uang Rp48,5 miliar terkait Bupati Labuan Batu Erik Adtrada
Senin, 29 April 2024 17:29 Wib
Benarkah BRI gunakan uang nasabah untuk bantu bansos pemerintah di Pemilu 2024?
Kamis, 25 April 2024 11:29 Wib
Mantan pejabat Kementan akui serahkan uang Rp850 juta dari SYL ke NasDem
Rabu, 24 April 2024 19:59 Wib
DPRD Palangka Raya dorong masyarakat berpartisipasi dalam pengelolaan sampah
Rabu, 24 April 2024 7:40 Wib
Benarkah uang keluaran terbaru setara satu juta rupiah? Ini faktanya
Jumat, 19 April 2024 8:57 Wib
Eks ajudan Mentan akui Firli Bahuri minta uang Rp50 miliar ke SYL
Rabu, 17 April 2024 17:17 Wib
Pemprov Kalteng beri bantuan sembako dan uang ke korban kebakaran di Palangka Raya
Selasa, 9 April 2024 16:38 Wib