Cegah warga diserang buaya, desa ini siapkan 120 tandon air
Sampit (ANTARA) - Kemunculan buaya besar di Sungai Mentaya perairan Desa Bangkuang Makmur Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, ternyata sudah sering terjadi, sehingga pemerintah desa setempat melakukan berbagai upaya mencegah serangan satwa ganas tersebut.
"Tahun ini kami sudah mengalokasikan anggaran dari APBDes untuk pembelian tandon air. Dengan tandon itu, kami berharap warga tidak perlu sering turun ke sungai, khususnya saat hari gelap sehingga bisa mencegah serangan buaya," kata Kepala Desa Bangkuang Makmur, Fitriannur di Sampit, Rabu.
Fitriannur bersama Ketua RT dan warga setempat menunjukkan lokasi kemunculan buaya besar yang kedapatan memakan bangkai biawak pada Rabu pagi. Kejadian ini menjadi perhatian karena ada warta yang sempat mengabadikannya dan videonya dengan cepat tersebar.
Fitriannur saat mendampingi Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Muriansyah, mengatakan bahwa selama ini warganya cukup sering melihat kemunculan buaya, namun baru kali ini ada yang sempat merekam video.
Warga setempat kini semakin berhati-hati saat beraktivitas di sungai karena khawatir diserang buaya. Terlebih, saat sungai pasang besar, air naik bahkan hingga merendam jalan desa tersebut sehingga warga sangat khawatir.
Pengadaan tandon air untuk warga, khususnya yang tinggal di pinggir sungai, diharapkan bisa menghindarkan warga dari ancaman serangan buaya. Ini untuk mengurangi aktivitas warga di sungai.
Tahun 2019 lalu ada 55 tandon air yang dibagikan kepada warga, sedangkan 2021 ini rencananya akan dibagikan sebanyak 120 tandon air berkapasitas 1.200 liter kepada warga setempat.
"Tahun 2020 kemarin anggaran difokuskan untuk penanganan pandemi COVID-19 makanya baru tahun ini kembali bisa dialokasikan. Mudah-mudahan ini bisa membantu warga agar tidak sering ke sungai karena rawan serangan buaya," kata Fitriannur.
Sementara itu, Komandan Jaga BKSDA Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah yang turun ke lokasi mengatakan, buaya yang sempat terekam video itu cukup besar, diperkirakan panjang sekitar empat meter.
Saat itu buaya diduga sedang memakan bangkai biawak. Itu terlihat dari sisa tubuh biawak yang ditemukan di lokasi kemunculan buaya. Sisa bangkai biawak itu kemudian mereka kubur.
Keberadaan kandang ternak ayam dan lainnya dekat sungai, diduga juga menjadi pemicu buaya besar itu mengincar kawasan permukiman. Begitu pula ditemukan sejumlah sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai, juga dapat memancing kedatangan buaya yang sedang mencari makan.
"Kami meminta warga berhati-hati saat beraktivitas di sungai. Kami juga mengingatkan warga untuk menghindari tiga hal itu agar buaya tidak mendekat ke permukiman. Kalau di sini ada makanannya maka buaya akan sering kembali ke sini," kata Muriansyah.
Setelah memeriksa lokasi kemunculan buaya, Muriansyah dibantu aparatur pemerintah desa memasang dua spanduk imbauan untuk mewaspadai kemunculan buaya. BKSDA juga masih memantau perkembangan untuk mempertimbangkan apakah perlu memasang pancing atau perangkap untuk menangkap buaya tersebut.
Muriansyah mengapresiasi inisiatif pemerintah desa untuk menyediakan tandon air untuk mengurangi aktivitas warga di sungai sehingga potensi diserang buaya juga berkurang. Pemerintah desa juga berinisiatif membuat spanduk pengumuman di beberapa lokasi untuk mengingatkan warga agar selalu mewaspadai serangan buaya.
Baca juga: Warga Sampit kaget dapati buaya memakan bangkai dekat permukiman
"Tahun ini kami sudah mengalokasikan anggaran dari APBDes untuk pembelian tandon air. Dengan tandon itu, kami berharap warga tidak perlu sering turun ke sungai, khususnya saat hari gelap sehingga bisa mencegah serangan buaya," kata Kepala Desa Bangkuang Makmur, Fitriannur di Sampit, Rabu.
Fitriannur bersama Ketua RT dan warga setempat menunjukkan lokasi kemunculan buaya besar yang kedapatan memakan bangkai biawak pada Rabu pagi. Kejadian ini menjadi perhatian karena ada warta yang sempat mengabadikannya dan videonya dengan cepat tersebar.
Fitriannur saat mendampingi Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Muriansyah, mengatakan bahwa selama ini warganya cukup sering melihat kemunculan buaya, namun baru kali ini ada yang sempat merekam video.
Warga setempat kini semakin berhati-hati saat beraktivitas di sungai karena khawatir diserang buaya. Terlebih, saat sungai pasang besar, air naik bahkan hingga merendam jalan desa tersebut sehingga warga sangat khawatir.
Pengadaan tandon air untuk warga, khususnya yang tinggal di pinggir sungai, diharapkan bisa menghindarkan warga dari ancaman serangan buaya. Ini untuk mengurangi aktivitas warga di sungai.
Tahun 2019 lalu ada 55 tandon air yang dibagikan kepada warga, sedangkan 2021 ini rencananya akan dibagikan sebanyak 120 tandon air berkapasitas 1.200 liter kepada warga setempat.
"Tahun 2020 kemarin anggaran difokuskan untuk penanganan pandemi COVID-19 makanya baru tahun ini kembali bisa dialokasikan. Mudah-mudahan ini bisa membantu warga agar tidak sering ke sungai karena rawan serangan buaya," kata Fitriannur.
Sementara itu, Komandan Jaga BKSDA Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah yang turun ke lokasi mengatakan, buaya yang sempat terekam video itu cukup besar, diperkirakan panjang sekitar empat meter.
Saat itu buaya diduga sedang memakan bangkai biawak. Itu terlihat dari sisa tubuh biawak yang ditemukan di lokasi kemunculan buaya. Sisa bangkai biawak itu kemudian mereka kubur.
Keberadaan kandang ternak ayam dan lainnya dekat sungai, diduga juga menjadi pemicu buaya besar itu mengincar kawasan permukiman. Begitu pula ditemukan sejumlah sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai, juga dapat memancing kedatangan buaya yang sedang mencari makan.
"Kami meminta warga berhati-hati saat beraktivitas di sungai. Kami juga mengingatkan warga untuk menghindari tiga hal itu agar buaya tidak mendekat ke permukiman. Kalau di sini ada makanannya maka buaya akan sering kembali ke sini," kata Muriansyah.
Setelah memeriksa lokasi kemunculan buaya, Muriansyah dibantu aparatur pemerintah desa memasang dua spanduk imbauan untuk mewaspadai kemunculan buaya. BKSDA juga masih memantau perkembangan untuk mempertimbangkan apakah perlu memasang pancing atau perangkap untuk menangkap buaya tersebut.
Muriansyah mengapresiasi inisiatif pemerintah desa untuk menyediakan tandon air untuk mengurangi aktivitas warga di sungai sehingga potensi diserang buaya juga berkurang. Pemerintah desa juga berinisiatif membuat spanduk pengumuman di beberapa lokasi untuk mengingatkan warga agar selalu mewaspadai serangan buaya.
Baca juga: Warga Sampit kaget dapati buaya memakan bangkai dekat permukiman