Masuknya investasi berdampak positif bagi masyarakat pesisir Kotim
Sampit (ANTARA) - Kehadiran investasi besar yakni perusahaan pemegang izin hutan tanaman industri (HTI) di Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dinilai membawa dampak positif bagi masyarakat di kawasan pesisir tersebut.
"Alhamdulillah dengan adanya perusahaan ini dampaknya cukup positif bagi masyarakat. Terutama pada situasi saat ini kondisi laut tidak bersahabat dan tidak bisa melaut. Kini warga banyak yang ikut bekerja di perusahaan dan mendapatkan penghasilan," kata Camat Teluk Sampit, Juliansyah di Sampit, Kamis.
Saat ini di Kecamatan Teluk Sampit ada perusahaan HTI yaitu PT Siemon Agro menanam pohon akasia. Perusahaan ini mendapatkan izin lahan seluas 10.000 hektare oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan sudah sekitar 2000 hektare ditanami akasia.
Juliansyah menjelaskan, pekan lalu Wakil Bupati Irawati telah meninjau lokasi penanaman akasia tersebut. Saat ini sudah ada pohon akasia berusia sekitar empat bulan yang ditanam di areal tersebut.
Berdasarkan penjelasan pihak perusahaan, kata Juliansyah, saat ini ada sekitar 1.000 orang pekerja di perusahaan itu yang sebagian besar merupakan warga sejumlah desa di kecamatan itu seperti Ujung Pandaran, Lampuyang dan lainnya.
Pekerja tersebut terbagi pada beberapa divisi seperti pembibitan dan penanaman. Pihak perusahaan berkomitmen memprioritaskan merekrut warga lokal sebagai pekerja, khususnya untuk bidang-bidang yang bisa ditangani pekerja lokal, sedangkan untuk bagian teknis tertentu tetap dilakukan oleh pekerja dari luar daerah yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.
Kini warga setempat mendapatkan manfaat dari kehadiran perusahaan HTI tersebut. Warga bisa mendapatkan penghasilan lumayan, termasuk mereka yang bekerja sebagai tenaga kerja harian di perusahaan itu.
"Mereka bekerja di perusahaan ada pendapatan bulanan. Tenaga kerja harian digaji per hari Rp130.000. Jadi kalau dihitung efektif 26 hari kerja maka penghasilan mereka lebih dari Rp3 juta. Itu sudah di atas UMR. Artinya warga ada pendapatan yang sudah pasti," jelas Juliansyah.
Baca juga: Warga Kotim belum divaksinasi tetap bisa mendaftarkan anak sekolah
Kehadiran perusahaan HTI ini dinilai menjadi sebuah kemajuan bagi Teluk Sampit karena selama ini kecamatan ini kurang dilirik oleh perusahaan besar karena struktur tanahnya yang banyak berupa gambut, pasir dan batu granit.
Sementara itu jika masyarakat menanam sendiri, modalnya diperkirakan cukup besar karena tanah tersebut perlu diolah terlebih dulu hingga siap ditanami akasia.
Masa tanam pohon akasia hingga siap dipanen adalah sekitar lima tahun. Pohon keras itu dimanfaatkan untuk pembuatan kertas dan keperluan lainnya.
Juliansyah menambahkan, pihak perusahaan menyampaikan keinginan untuk bermitra dengan masyarakat yang memiliki lahan tidak produktif untuk mereka olah dan ditanami akasia. Dia berharap kerjasama itu bisa terealisasi sehingga bisa membawa manfaat lebih besar bagi masyarakat.
"Kalau perhitungan mereka luasan lahan yang didapat lagi nanti memenuhi standar, kemungkinan akan dibangun pabrik. Tapi kalau belum sampai maka akasia hasil panen dikirim ke perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri yang siap menampung," demikian Juliansyah.
Baca juga: Seorang warga Kotim selamat saat mobilnya terbakar
"Alhamdulillah dengan adanya perusahaan ini dampaknya cukup positif bagi masyarakat. Terutama pada situasi saat ini kondisi laut tidak bersahabat dan tidak bisa melaut. Kini warga banyak yang ikut bekerja di perusahaan dan mendapatkan penghasilan," kata Camat Teluk Sampit, Juliansyah di Sampit, Kamis.
Saat ini di Kecamatan Teluk Sampit ada perusahaan HTI yaitu PT Siemon Agro menanam pohon akasia. Perusahaan ini mendapatkan izin lahan seluas 10.000 hektare oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan sudah sekitar 2000 hektare ditanami akasia.
Juliansyah menjelaskan, pekan lalu Wakil Bupati Irawati telah meninjau lokasi penanaman akasia tersebut. Saat ini sudah ada pohon akasia berusia sekitar empat bulan yang ditanam di areal tersebut.
Berdasarkan penjelasan pihak perusahaan, kata Juliansyah, saat ini ada sekitar 1.000 orang pekerja di perusahaan itu yang sebagian besar merupakan warga sejumlah desa di kecamatan itu seperti Ujung Pandaran, Lampuyang dan lainnya.
Pekerja tersebut terbagi pada beberapa divisi seperti pembibitan dan penanaman. Pihak perusahaan berkomitmen memprioritaskan merekrut warga lokal sebagai pekerja, khususnya untuk bidang-bidang yang bisa ditangani pekerja lokal, sedangkan untuk bagian teknis tertentu tetap dilakukan oleh pekerja dari luar daerah yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.
Kini warga setempat mendapatkan manfaat dari kehadiran perusahaan HTI tersebut. Warga bisa mendapatkan penghasilan lumayan, termasuk mereka yang bekerja sebagai tenaga kerja harian di perusahaan itu.
"Mereka bekerja di perusahaan ada pendapatan bulanan. Tenaga kerja harian digaji per hari Rp130.000. Jadi kalau dihitung efektif 26 hari kerja maka penghasilan mereka lebih dari Rp3 juta. Itu sudah di atas UMR. Artinya warga ada pendapatan yang sudah pasti," jelas Juliansyah.
Baca juga: Warga Kotim belum divaksinasi tetap bisa mendaftarkan anak sekolah
Kehadiran perusahaan HTI ini dinilai menjadi sebuah kemajuan bagi Teluk Sampit karena selama ini kecamatan ini kurang dilirik oleh perusahaan besar karena struktur tanahnya yang banyak berupa gambut, pasir dan batu granit.
Sementara itu jika masyarakat menanam sendiri, modalnya diperkirakan cukup besar karena tanah tersebut perlu diolah terlebih dulu hingga siap ditanami akasia.
Masa tanam pohon akasia hingga siap dipanen adalah sekitar lima tahun. Pohon keras itu dimanfaatkan untuk pembuatan kertas dan keperluan lainnya.
Juliansyah menambahkan, pihak perusahaan menyampaikan keinginan untuk bermitra dengan masyarakat yang memiliki lahan tidak produktif untuk mereka olah dan ditanami akasia. Dia berharap kerjasama itu bisa terealisasi sehingga bisa membawa manfaat lebih besar bagi masyarakat.
"Kalau perhitungan mereka luasan lahan yang didapat lagi nanti memenuhi standar, kemungkinan akan dibangun pabrik. Tapi kalau belum sampai maka akasia hasil panen dikirim ke perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri yang siap menampung," demikian Juliansyah.
Baca juga: Seorang warga Kotim selamat saat mobilnya terbakar