Sampit (ANTARA) - Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Rinie meminta pemerintah kabupaten bijak dalam menyikapi aspirasi masyarakat terkait renovasi gerbang di Jalan Tjilik Riwut yang saat ini menjadi sorotan.
"Saya berharap renovasi gerbang itu tidak menjadi polemik berkepanjangan. Aspirasi masyarakat bisa saja jadi pertimbangan, khususnya untuk penambahan ornamen yang mencerminkan karakter budaya lokal kita," kata Rinie di Sampit, Jumat.
Renovasi gerbang yang berlokasi di depan Stadion 29 November Sampit menjadi sorotan warga. Selain biayanya sangat besar, desainnya juga dinilai kurang menggambarkan ciri khas budaya lokal.
Renovasi atau peningkatan gerbang tersebut rencananya mencapai 50 persen dari kondisi saat ini. Biaya yang akan dikeluarkan diperkirakan mencapai Rp697 juta.
Hal ini menjadi sorotan masyarakat karena momennya dinilai tidak tepat. Dana sebesar itu lebih bermanfaat untuk kegiatan lain yang lebih mendesak seperti optimalisasi penanganan pandemi COVID-19 dan dampaknya, maupun membangun infrastruktur di kawasan pelosok yang jauh lebih membutuhkan.
Rinie menilai aspirasi masyarakat sangat wajar dan perlu mendapat perhatian pemerintah daerah. Namun Rinie juga memahami bahwa perencanaan renovasi gerbang ini sudah dibuat sejak pemerintahan sebelumnya saat dipimpin Bupati Supian Hadi, namun pelaksanaannya di masa pemerintahan Bupati Halikinnor saat ini.
Baca juga: Dinsos Kalteng salurkan bantuan di dua kabupaten terdampak banjir
Rinie juga mengaku memahami keputusan Bupati Halikinnor yang memilih mempertahankan nama gerbang tersebut dengan nama Gerbang Sahati. Nama tersebut diberikan saat gerbang itu dibangun di masa pemerintahan Bupati Supian Hadi dan Wakil Bupati Muhammad Taufiq Mukri atau sering disebut pasangan Sahati.
Menurutnya, masyarakat perlu juga memahami keputusan tersebut. Hal itu merupakan bentuk sikap Bupati Halikinnor menghargai pemerintahan terdahulu yang telah memberi nama Sahati pada gerbang tersebut.
“Saya cenderung melihat bupati lebih menghargai pendahulunya. Mungkin lebih kepada perasaan tidak enak untuk menghilangkan apa yang sudah menjadi hasil pembangunan pemerintahan sebelumnya,” kata Rinie.
Rinie berpesan kepada pihak eksekutif untuk tetap bijak dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Dia menilai masukan masyarakat sangat penting agar pembangunan yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Baca juga: Rencana pengerukan alur Mentaya disambut antusias pelaku usaha