Sampit (ANTARA) - Tangis Trisia Handayani seketika pecah. Harapan yang belasan tahun digantungkannya kini terkabul dengan cara yang tidak disangka-sangka dan di momen yang tidak biasa.
Perempuan berjilbab yang mengaku sudah mengabdi selama 16 tahun sebagai guru honorer itu dijanjikan diangkat menjadi tenaga kontrak terhitung 1 Januari 2022 nanti. Janji itu disampaikan Bupati Halikinnor disaksikan puluhan guru yang menghadiri diskusi pendidikan di SMPN 3 Sampit, Selasa (7/12).
"Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah. Terima kasih Pak Bupati," ucap Trisia Handayani dengan terbata-bata dan berurai air mata.
Suasana haru terasa di tengah riuh tepuk tangan para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Wakil Ketua I DPRD Kotawaringin Timur Rudianur, Kepala Dinas Pendidikan Suparmadi, serta sejumlah camat yang hadir juga turut larut dalam suasana tersebut.
Bupati Halikinnor yang juga terlihat terharu, langsung memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan Suparmadi menindaklanjutinya secara administrasi. Dia memastikan Trisia Handayani diangkat menjadi tenaga kontrak terhitung 1 Januari 2022.
Trisia Handayani adalah seorang guru honorer yang bertugas di SMPN 6 Sampit di Kecamatan Seranau. Selama ini dia dan rekan-rekannya sesama guru honorer sudah berulang kali mengusulkan agar mereka diangkat jadi tenaga kontrak, namun belum juga dikabulkan.
Diskusi pendidikan yang dihadiri puluhan guru dari Kecamatan Baamang dan Seranau menjadi momen berharga bagi Trisia Handayani karena bisa menyampaikan keluh kesahnya secara langsung kepada Halikinnor yang baru menjabat sebagai bupati sejak 26 Februari 2021.
Baca juga: Tempat wisata dan hiburan di Kotim tetap dibuka dengan pembatasan
Trisia Handayani memberanikan diri maju ke depan saat sesi dialog. Perempuan berjilbab itu sempat terlihat gugup ketika mikrofon yang digunakannya sempat mati.
Dia semakin terlihat canggung ketika Bupati Halikinnor langsung turun dari panggung menyerahkan mikrofon kepadanya agar suaranya terdengar jelas. Dengan segenap keberanian, Trisia Handayani menyampaikan keluh kesahnya kepada sang kepala daerah yang berada tepat di hadapannya hanya berjarak sekitar satu meter.
Ternyata itu menjadi momen luar biasa yang menjawab harapan dan doanya selama ini. Bupati menjanjikan mengangkat statusnya dari guru honorer sekolah menjadi tenaga kontrak daerah.
"Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas semua ini. Mudah-mudahan teman-teman saya guru honorer lainnya juga segera diangkat menjadi tenaga kontrak," harap Trisia Handayani.
Trisia Handayani mungkin menjadi representasi guru honorer di Kotawaringin Timur yang jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan orang. Mereka diangkat oleh sekolah dan digaji sesuai kemampuan sekolah.
Sudah rahasia umum jika insentif guru honorer di daerah ini masih jauh dari kata layak. Hingga saat ini bahkan diakui masih ada guru honorer yang hanya digaji Rp300 ribu per bulan, meski ada juga yang lebih beruntung menerima gaji di atas Rp1 juta per bulan.
Baca juga: Bupati Kotim: Percepatan penyerapan anggaran akan mendorong pemulihan ekonomi
Dengan usia yang rata-rata di atas 35 tahun atau melebih batas maksimal syarat menjadi pegawai negeri sipil, guru honorer berharap setidaknya mereka bisa diangkat menjadi tenaga kontrak daerah sehingga penghasilan mereka bisa lebih baik.
"Ini memang menjadi keprihatinan kita bersama. Tapi sejak saya dilantik jadi bupati, saya memperhatikan ini secara serius melalui kebijakan yang saya buat. Mudah-mudahan secara bertahap kita bisa membantu mereka untuk diangkat menjadi tenaga kontrak," kata Halikinnor yang sebelumnya menjabat Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur.
Halikinnor memerintahkan Dinas Pendidikan mendata seluruh guru honorer sekolah, termasuk dengan masa kerja masing-masing. Dia berharap keuangan daerah bisa terus meningkat sehingga secara bertahap bisa mengangkat guru honorer menjadi tenaga kontrak daerah.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Suparmadi mengakui, kesejahteraan guru honorer memang perlu perhatian. Mereka diangkat dan digaji oleh sekolah sesuai kemampuan keuangan sekolah masing-masing.
Tidak heran jika ada guru honorer yang hanya digaji Rp300.000 hingga Rp500.000 per bulan. Jika bisa diangkat menjadi tenaga kontrak, maka penghasilan mereka bisa lebih baik yaitu menjadi sekitar Rp2 juta per bulan.
"Beginilah kondisi yang terjadi saat ini. Tapi yang jelas, pemerintah daerah terus berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan para guru-guru kita ini, termasuk guru honorer agar menjadi lebih baik," demikian Suparmadi.
Baca juga: Setiap desa di Kotim didorong kembangkan produk unggulan