Legislator Kotim dukung pelestarian seni bela diri tradisional
Sampit (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Dadang Siswanto mendukung pelestarian seni bela diri tradisional lokal yaitu kuntau agar tidak tergerus oleh masuknya kebudayaan luar.
"Kita harus menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan pelestarian kebudayaan kita yang menjadi identitas dan kebanggaan sebagai masyarakat lokal,” kata Dadang di Sampit, Jumat.
Kotawaringin Timur merupakan salah satu daerah yang kaya budaya, salah satunya seni bela diri kuntau. Upaya pelestarian pun terus dilakukan terhadap seni bela diri tersebut, salah satunya melalui perlombaan.
Bela diri kuntau bangkui masih lestari di tengah munculnya berbagai jenis seni bela diri dari luar daerah, bahkan luar negeri. Berbagai upaya terus dilakukan untuk melestarikan kuntau, salah satunya oleh perguruan bela diri tradisional Kuntau Bangkui Salamat.
Seperti awal pekan tadi, Dadang selalu pembina perguruan itu turut menghadiri seremonial kenaikan tingkat untuk peserta bela diri tradisional di Kecamatan Kota Besi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari tahap akhir bagi murid yang sudah menempuh pelatihan dan pendidikan seni bela diri khas Suku Dayak tersebut.
Baca juga: Drainase Sampit perlu penataan ulang cegah banjir
Kuntau Bangkui Salamat saat ini berinduk di Kota Sampit dan telah memiliki 14 ranting dengan jumlah anggota 1.100 orang.
Perguruan ini berupaya untuk terus merekrut generasi-generasi muda di daerah itu untuk bisa memahami dan melestarikan secara bersama-sama bela diri tersebut.
Seni bela diri kuntau bangkui merupakan seni bela diri yang gerakannya terinspirasi dari gerakan kera, yang oleh warga setempat disebut dengan nama bangkui.
Bangkui digunakan sebagai jurus pamungkas untuk mematikan dan mengunci gerakan lawan, karena gerakan bangkui sendiri banyak mempunyai gerakan melumpuhkan lawan dengan hanya satu kali serangan, sehingga sangat berbahaya jika disalahgunakan.
Bangkui mengandalkan kelincahan tangan kosong dan terkadang menggunakan tongkat atau toya. Bangkui cenderung menyerang musuh dari bagian bawah dan langsung menyerang titik pertahanan lawan.
Baca juga: DPRD dorong Pemkab Kotim segera bangun pabrik kelapa sawit
Baca juga: DPRD Kotim prihatin sangat banyak desa belum menyediakan perpustakaan
Baca juga: Pajak walet bisa dioptimalkan tingkatkan PAD Kotim
"Kita harus menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan pelestarian kebudayaan kita yang menjadi identitas dan kebanggaan sebagai masyarakat lokal,” kata Dadang di Sampit, Jumat.
Kotawaringin Timur merupakan salah satu daerah yang kaya budaya, salah satunya seni bela diri kuntau. Upaya pelestarian pun terus dilakukan terhadap seni bela diri tersebut, salah satunya melalui perlombaan.
Bela diri kuntau bangkui masih lestari di tengah munculnya berbagai jenis seni bela diri dari luar daerah, bahkan luar negeri. Berbagai upaya terus dilakukan untuk melestarikan kuntau, salah satunya oleh perguruan bela diri tradisional Kuntau Bangkui Salamat.
Seperti awal pekan tadi, Dadang selalu pembina perguruan itu turut menghadiri seremonial kenaikan tingkat untuk peserta bela diri tradisional di Kecamatan Kota Besi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari tahap akhir bagi murid yang sudah menempuh pelatihan dan pendidikan seni bela diri khas Suku Dayak tersebut.
Baca juga: Drainase Sampit perlu penataan ulang cegah banjir
Kuntau Bangkui Salamat saat ini berinduk di Kota Sampit dan telah memiliki 14 ranting dengan jumlah anggota 1.100 orang.
Perguruan ini berupaya untuk terus merekrut generasi-generasi muda di daerah itu untuk bisa memahami dan melestarikan secara bersama-sama bela diri tersebut.
Seni bela diri kuntau bangkui merupakan seni bela diri yang gerakannya terinspirasi dari gerakan kera, yang oleh warga setempat disebut dengan nama bangkui.
Bangkui digunakan sebagai jurus pamungkas untuk mematikan dan mengunci gerakan lawan, karena gerakan bangkui sendiri banyak mempunyai gerakan melumpuhkan lawan dengan hanya satu kali serangan, sehingga sangat berbahaya jika disalahgunakan.
Bangkui mengandalkan kelincahan tangan kosong dan terkadang menggunakan tongkat atau toya. Bangkui cenderung menyerang musuh dari bagian bawah dan langsung menyerang titik pertahanan lawan.
Baca juga: DPRD dorong Pemkab Kotim segera bangun pabrik kelapa sawit
Baca juga: DPRD Kotim prihatin sangat banyak desa belum menyediakan perpustakaan
Baca juga: Pajak walet bisa dioptimalkan tingkatkan PAD Kotim