Sri Mulyani: Porsi investor asing di SBN anjlok jadi 16,42 persen
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan porsi investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia menurun tajam menjadi 16,42 persen per 19 Mei 2022.
Adapun pada tahun 2021 porsi investor asing dalam SBN adalah sebanyak 19 persen dan tahun 2020 mencapai 25 persen.
"Pasar obligasi domestik kita mengalami imbas dari perubahan ekonomi global," ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Mei 2022 di Jakarta, Senin.
Menurut dia, adanya pernyataan mengenai kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mencapai 50 basis poin untuk satu kali pertemuan dan akan terjadi tujuh kali perubahan pada tahun ini membuat modal asing keluar dari negara-negara pasar berkembang (emerging market), termasuk di Indonesia.
Penurunan jumlah SBN yang dipegang oleh asing memang menimbulkan dampak positif berupa stabilitas karena pasar obligasi Indonesia tak mengalami gejolak dengan perubahan aliran modal asing.
Namun Sri Mulyani mengingatkan terdapat dampak negatif penurunan porsi asing dalam SBN berupa kompetisi harga yang perlu diwaspadai.
"Untuk itu kita harus terus menjaga kecenderungan kenaikan suku bunga AS akan turut berimbas kepada imbal hasil atau yield SBN domestik," ungkap dia.
Kenaikan yield SBN Indonesia, lanjut dia, memiliki arti bahwa biaya untuk utang atau cost of fund juga akan mengalami kenaikan.
Adapun saat ini imbal hasil SBN Indonesia tenor 10 tahun meningkat sebesar 13,2 persen menjadi 7,2 persen per 19 Mei 2022 jika dibandingkan dengan awal tahun (year-to-date/ytd).
Kendati kenaikan tersebut cukup tinggi, Menkeu menilai peningkatan yield SBN tenor 10 tahun negara lain pun lebih besar lagi, seperti yield SBN Mexico yang meningkat 14,7 persen (ytd), Malaysia 21,7 persen (ytd), Filipina 36,7 persen (ytd), dan AS 84,2 persen (ytd).
Adapun pada tahun 2021 porsi investor asing dalam SBN adalah sebanyak 19 persen dan tahun 2020 mencapai 25 persen.
"Pasar obligasi domestik kita mengalami imbas dari perubahan ekonomi global," ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Mei 2022 di Jakarta, Senin.
Menurut dia, adanya pernyataan mengenai kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mencapai 50 basis poin untuk satu kali pertemuan dan akan terjadi tujuh kali perubahan pada tahun ini membuat modal asing keluar dari negara-negara pasar berkembang (emerging market), termasuk di Indonesia.
Penurunan jumlah SBN yang dipegang oleh asing memang menimbulkan dampak positif berupa stabilitas karena pasar obligasi Indonesia tak mengalami gejolak dengan perubahan aliran modal asing.
Namun Sri Mulyani mengingatkan terdapat dampak negatif penurunan porsi asing dalam SBN berupa kompetisi harga yang perlu diwaspadai.
"Untuk itu kita harus terus menjaga kecenderungan kenaikan suku bunga AS akan turut berimbas kepada imbal hasil atau yield SBN domestik," ungkap dia.
Kenaikan yield SBN Indonesia, lanjut dia, memiliki arti bahwa biaya untuk utang atau cost of fund juga akan mengalami kenaikan.
Adapun saat ini imbal hasil SBN Indonesia tenor 10 tahun meningkat sebesar 13,2 persen menjadi 7,2 persen per 19 Mei 2022 jika dibandingkan dengan awal tahun (year-to-date/ytd).
Kendati kenaikan tersebut cukup tinggi, Menkeu menilai peningkatan yield SBN tenor 10 tahun negara lain pun lebih besar lagi, seperti yield SBN Mexico yang meningkat 14,7 persen (ytd), Malaysia 21,7 persen (ytd), Filipina 36,7 persen (ytd), dan AS 84,2 persen (ytd).