Balai Taman Nasional Sebangau maksimalkan peran MPA cegah Karhutla
Palangka Raya (ANTARA) - Balai Taman Nasional Sebangau (BTNS) bersama Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia terus memaksimalkan peran Masyarakat Peduli Api (MPA), dalam upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang berpotensi terjadi saat kemarau.
"Upaya memaksimalkan peran MPA ini, salah satunya melalui kegiatan pelatihan dan penyegaran masyarakat dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi karhutla," kata Kepala BTNS Andi M Khadafi di Palangka Raya, Jumat.
Pelatihan yang dilaksanakan dua hari ini sendiri diikuti puluhan orang yang terdiri dari anggota MPA, anggota Manggala Agni daerah operasi Katingan dan anggota tim serbu api.
Materi yang disampaikan dimulai dari teori dan praktik berupa simulasi dan praktik teknik pencegahan, pemadaman dan pengenalan alat-alat pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
"Sebenarnya MPA ini telah ahli di bidangnya. Namun memanfaatkan tidak adanya kejadian Karhutla, kami manfaatkan untuk semakin meningkatkan kapasitas sehingga nanti saat ada kejadian mereka semakin siap siaga saat terjun ke lapangan," kata Andi.
Dia mengatakan, 30 persen dari luas wilayah Provinsi Kalteng merupakan lahan gambut yang sangat rawan terjadi kebakaran saat musim kemarau.
Untuk itu, dalam upaya antisipasi kebakaran lahan dan hutan, MPA melakukan patroli rutin untuk memetakan potensi karhutla dan mendeteksi potensi titik api.
Dia mengatakan, di wilayah kerja BTNS terdapat 625 sumur bor. Kondisi saat ini siap digunakan dan juga secara rutin dimanfaatkan untuk melakukan pembasahan lahan.
Selain itu, jika menemukan kejadian kebakaran, MPA akan melakukan upaya pemadaman serta berkoordinasi dengan BTNS serta tim pemadam api di sekitar wilayah setempat.
Baca juga: Pemprov Kalteng aktifkan 19 posko di wilayah rawan karhutla
Kepala Perencanaan, monitoring dan evaluasi BNF Indonesia Tjatur Setyo Basuki saat memberikan materi para pelatihan itu mengatakan Karhutla akan berdampak pada situasi yang tidak menguntungkan bagi seluruh elemen masyarakat.
"Bahwa pengembalian input adalah upaya pencegahan dan upaya output adalah penanggulangan. Efisiensi skema pengendalian adalah di pengelolaan pencegahan. Artinya mencegah lebih murah dan mudah dibanding penanggulangan," katanya.
Dia pun berharap, keberadaan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau serta masyarakat yang tergabung dalam MPA semakin mampu mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: Kalteng antisipasi karhutla menjelang puncak kemarau
Baca juga: DLH Palangka Raya cegah karhutla dengan pembasahan lahan
"Upaya memaksimalkan peran MPA ini, salah satunya melalui kegiatan pelatihan dan penyegaran masyarakat dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi karhutla," kata Kepala BTNS Andi M Khadafi di Palangka Raya, Jumat.
Pelatihan yang dilaksanakan dua hari ini sendiri diikuti puluhan orang yang terdiri dari anggota MPA, anggota Manggala Agni daerah operasi Katingan dan anggota tim serbu api.
Materi yang disampaikan dimulai dari teori dan praktik berupa simulasi dan praktik teknik pencegahan, pemadaman dan pengenalan alat-alat pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
"Sebenarnya MPA ini telah ahli di bidangnya. Namun memanfaatkan tidak adanya kejadian Karhutla, kami manfaatkan untuk semakin meningkatkan kapasitas sehingga nanti saat ada kejadian mereka semakin siap siaga saat terjun ke lapangan," kata Andi.
Dia mengatakan, 30 persen dari luas wilayah Provinsi Kalteng merupakan lahan gambut yang sangat rawan terjadi kebakaran saat musim kemarau.
Untuk itu, dalam upaya antisipasi kebakaran lahan dan hutan, MPA melakukan patroli rutin untuk memetakan potensi karhutla dan mendeteksi potensi titik api.
Dia mengatakan, di wilayah kerja BTNS terdapat 625 sumur bor. Kondisi saat ini siap digunakan dan juga secara rutin dimanfaatkan untuk melakukan pembasahan lahan.
Selain itu, jika menemukan kejadian kebakaran, MPA akan melakukan upaya pemadaman serta berkoordinasi dengan BTNS serta tim pemadam api di sekitar wilayah setempat.
Baca juga: Pemprov Kalteng aktifkan 19 posko di wilayah rawan karhutla
Kepala Perencanaan, monitoring dan evaluasi BNF Indonesia Tjatur Setyo Basuki saat memberikan materi para pelatihan itu mengatakan Karhutla akan berdampak pada situasi yang tidak menguntungkan bagi seluruh elemen masyarakat.
"Bahwa pengembalian input adalah upaya pencegahan dan upaya output adalah penanggulangan. Efisiensi skema pengendalian adalah di pengelolaan pencegahan. Artinya mencegah lebih murah dan mudah dibanding penanggulangan," katanya.
Dia pun berharap, keberadaan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau serta masyarakat yang tergabung dalam MPA semakin mampu mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: Kalteng antisipasi karhutla menjelang puncak kemarau
Baca juga: DLH Palangka Raya cegah karhutla dengan pembasahan lahan