Maka dari itu, katanya, Asia harus berinvestasi lebih untuk peningkatan produktivitas yang merupakan sumber pertumbuhan paling lestari.
"Baik investasi untuk pendidikan, tenaga kerja, kebijakan makro, atau infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pergerakan dan produktivitas masyarakat," ucap Sri Mulyani dalam akun instagram resmi @smindrawati, seperti dikutip di Jakarta, Kamis.
Adapun seminar tersebut turut dihadiri oleh Gubernur Bank Korea Chang Yong Rhee, Menkeu India Nirmala Sitharaman, Parliamentary State Secretary to the Federal Minister for Economic Cooperation and Development of Germany Niels Annen; dan Presiden Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) Masatsugu Asakawa
Di sisi lain, Sri Mulyani menuturkan di dunia yang saling terkoneksi saat ini, multilateralisme merupakan cara terbaik untuk kita bangkit dan pulih dari krisis, saat mendapatkan pertanyaan terkait peran multilateralisme dalam pemulihan di Asia.
Baca juga: Belanda dan Indonesia sepakat perkuat penerapan keuangan transisi
Agar multilateralisme ini efektif, seluruh anggota harus bisa menunjukkan tata kelola yang baik dan membangun kepercayaan masyarakat. Dengan demikian, semangat kerja sama dalam forum multilateral maupun regional seperti di G20, ADB, ASEAN, ASEAN+3, maupun forum multilateral lainnya menjadi modal terkuat untuk menghadapi berbagai gejolak global.
Hal lain yang juga ditanyakan oleh penyiar sekaligus President of SOAS London University Zeinab Badawi dalam acara tersebut yakni cara menurunkan ketimpangan yang makin terlihat di kawasan Asia. Sri Mulyani pun berbagi pengalaman dari sisi kebijakan fiskal Indonesia.
"Ada banyak instrumen kebijakan fiskal untuk mengatasi ketimpangan, baik dari sisi penerimaan maupun belanja," tuturnya.
Dari sisi penerimaan, kata dia, kebijakan pajak harus dirancang cukup progresif tanpa mengurangi motivasi untuk memperoleh penghasilan. Di sisi belanja, ada banyak dukungan yang bisa diberikan baik untuk penurunan kemiskinan, memutus kemiskinan antar generasi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Di Indonesia, pemerintah juga menggunakan tambahan penerimaan dari ledakan harga komoditas (comodity boom) untuk berinvestasi di wilayah terluar, termiskin, terpencil, serta kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi digital Asia Tenggara sangat pesat, kata Sri Mulyani
Baca juga: Pemerintah realisasikan pembiayaan investasi Rp15 triliun untuk BLU LPDP
Baca juga: Sinkronkan hasil laporan, Komisi III DPR gelar rapat hadirkan Mahfud-Sri Mulyani