Produktivitas pangan turun karena El Nino

id El Nino,Produktivitas pangan turun,Kalteng,Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi,kekeringan

Produktivitas pangan turun karena El Nino

Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri BUMN Erick Thohir (ketiga kanan), Mensesneg Pratikno (kedua kanan), Dirut Perum Bulog Budi Waseso (kelima kanan), Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi (keempat kanan) dan Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin (kanan) saat meninjau persediaan beras di Gudang Bulog Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/Spt/aa.

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menyiapkan mitigasi turunnya produktivitas tanaman pangan karena dampak kekeringan dan El Nino tahun ini.

“Ini (justru) kesempatan negara kita untuk memproduksi pangan di negara sendiri,” kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi ketika ditemui di Gudang Bulog Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin.

Menurut dia, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan sejumlah kementerian teknis untuk menjalankan upaya mitigasi.

Sebagai contoh, kata dia, Kementerian PUPR sudah membangun 60 waduk, 1.250 sumur bor, 5.000 embung, dan 50 sumur untuk mendukung infrastruktur penanaman pangan.

Selain itu, Kementerian Pertanian telah diminta menyiapkan benih yang tahan suhu panas, persiapan tanam di rawa-rawa, serta mempercepat waktu tanam.

“Sementara Badan Pangan (Nasional) diminta untuk menyiapkan cadangan pangan pemerintah. Food reserve ini sangat penting disiapkan, tentunya (bekerja sama) dengan Bulog,” kata Arief.

Lebih lanjut, kata Arief, pemerintah juga memajukan upaya penganekaragaman pangan dengan mengutamakan kearifan pangan lokal di masing-masing daerah.

Dengan begitu, seluruh pemerintah daerah didorong untuk menyiapkan pangan di daerahnya masing-masing, serta aktif bekerja sama dengan daerah lain untuk memastikan ketahanan pangan bagi masyarakat.

“Jadi nanti ada kerja sama antardaerah di mana daerah yang surplus menjadi penyangga daerah yang defisit, karena tidak ada satu daerah yang bisa sepenuhnya memenuhi sumber pangannya sendiri,” kata Arief.

“Apalagi Jakarta, sudah pasti pangannya bergantung dari Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah—sehingga daerah-daerah pendukung ini harus bekerja sama dengan daerah yang defisit,” katanya.