Festival Tunas Bahasa Ibu sarana pelestarian bahasa daerah di Kobar
Pangkalan Bun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat mengapresiasi diselenggarakannya Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) oleh Balai Bahasa provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) di Kota Pangkalan Bun.
"Setelah melalui serangkaian tahapan panjang revitalisasi bahasa daerah, sejak awal tahun Pangkalan Bun dipilih menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Provinsi Kalimantan Tengah," kata Asisten I Sekretariat Daerah Kotawaringin Barat, Tengku Ali Syahbana di Pangkalan Bun, Selasa.
Pemkab Kobar sangat mengapresiasi peran aktif pemerintah kabupaten dan kota yang telah turut menyukseskan kegiatan revitalisasi bahasa daerah yang sudah berjalan dua tahun. Saat ini sampai di tahapan terakhir, yakni Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat provinsi ini.
Ali Syahbana mengatakan, maksud dan tujuan dari pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu ini yaitu bagaimana agar generasi muda tetap mencintai dan melestarikan bahasa daerah.
"Karena apabila bahasa ini tidak kita sayangi tentu nantinya akan hilang atau akan punah," ucapnya.
Dia mengungkapkan, dalam hal ini pemkab akan mendukung serta mendorong dinas terkait untuk mensosialisasikan bahasa daerah tersebut agar tetap lestari dan dicintai oleh regenerasi. Pihaknya juga akan melaksanakan kegiatan festival tersebut hingga di tingkat kecamatan.
Baca juga: Plh Sekda: Kuliner Kotawaringin Barat berpotensi mengangkat sektor pariwisata
"Ini sebagai upaya kita untuk tetap melestarikan bahasa daerah, dan bagaimana agar generasi muda dan anak-anak kita untuk tetap mencintai bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan identitas dan juga cikal-bakal dari adanya suatu budaya yang tumbuh di daerah itu sendiri." ungkapnya.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalteng Muhammad Muis mengatakan, jumlah bahasa yang banyak yaitu 28 bahasa, Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat provinsi ini di bagi menjadi tiga wilayah.
"Untuk di minggu ini yang pertama di Kabupaten Kobar, selanjutnya Kabupaten Barito Selatan dan minggu berikutnya dilaksanakan di Kota Palangka Raya," bebernya.
Muis menyampaikan, FTBI ini merupakan kelanjutan kegiatan dari revitalisasi bahasa daerah yang sudah diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada 2 Februari 2022 yang lalu, dalam episode merdeka belajar yang ke 17. Tahun ini dilaksanakan revitalisasi bahasa daerah di 22 provinsi di seluruh Indonesia.
"Tahun sebelumnya itu ada 12 provinsi, sementara itu di Provinsi Kalimantan Tengah, kita merevitalisasi 8 bahasa daerah antara lain bahasa Melayu dialek Kotawaringin Tengah, bahasa Danum, bahasa Ngaju, bahasa Katingan, bahasa Sampit, bahasa Siang," ucapnya.
Dia mengungkapkan, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini bukan tentang festival ataupun lombanya, tetapi yang menjadi sasarannya adalah bagaimana supaya bahasa daerah selalu digunakan.
Bahasa daerah diharapkan tetap dicintai oleh generasi muda, terutama jajaran TK, SD, SMP supaya bahasa daerah itu lestari.
"Sebab, jangan ada lagi bahasa daerah kita yang punah di telan kuasa sejarah, seperti sebelas bahasa yang sudah punah pada tempo hari. Sementara jumlah bahasa daerah kita sudah tervalidasi ada 718 bahasa, sebagian terbesar bahasa daerah itu ada di Indonesia bagian timur," demikian Muhammad Muis.
Baca juga: Pojok Anggur jadi wadah edukasi pertanian di Kobar
Baca juga: Syamsudin Danuri kembali dipercaya pimpin PWI Kobar
Baca juga: Tanggulangi inflasi, Pemkab Kobar luncurkan pojok horti dan pojok anggur
"Setelah melalui serangkaian tahapan panjang revitalisasi bahasa daerah, sejak awal tahun Pangkalan Bun dipilih menjadi tuan rumah untuk pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Provinsi Kalimantan Tengah," kata Asisten I Sekretariat Daerah Kotawaringin Barat, Tengku Ali Syahbana di Pangkalan Bun, Selasa.
Pemkab Kobar sangat mengapresiasi peran aktif pemerintah kabupaten dan kota yang telah turut menyukseskan kegiatan revitalisasi bahasa daerah yang sudah berjalan dua tahun. Saat ini sampai di tahapan terakhir, yakni Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat provinsi ini.
Ali Syahbana mengatakan, maksud dan tujuan dari pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu ini yaitu bagaimana agar generasi muda tetap mencintai dan melestarikan bahasa daerah.
"Karena apabila bahasa ini tidak kita sayangi tentu nantinya akan hilang atau akan punah," ucapnya.
Dia mengungkapkan, dalam hal ini pemkab akan mendukung serta mendorong dinas terkait untuk mensosialisasikan bahasa daerah tersebut agar tetap lestari dan dicintai oleh regenerasi. Pihaknya juga akan melaksanakan kegiatan festival tersebut hingga di tingkat kecamatan.
Baca juga: Plh Sekda: Kuliner Kotawaringin Barat berpotensi mengangkat sektor pariwisata
"Ini sebagai upaya kita untuk tetap melestarikan bahasa daerah, dan bagaimana agar generasi muda dan anak-anak kita untuk tetap mencintai bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan identitas dan juga cikal-bakal dari adanya suatu budaya yang tumbuh di daerah itu sendiri." ungkapnya.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalteng Muhammad Muis mengatakan, jumlah bahasa yang banyak yaitu 28 bahasa, Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat provinsi ini di bagi menjadi tiga wilayah.
"Untuk di minggu ini yang pertama di Kabupaten Kobar, selanjutnya Kabupaten Barito Selatan dan minggu berikutnya dilaksanakan di Kota Palangka Raya," bebernya.
Muis menyampaikan, FTBI ini merupakan kelanjutan kegiatan dari revitalisasi bahasa daerah yang sudah diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada 2 Februari 2022 yang lalu, dalam episode merdeka belajar yang ke 17. Tahun ini dilaksanakan revitalisasi bahasa daerah di 22 provinsi di seluruh Indonesia.
"Tahun sebelumnya itu ada 12 provinsi, sementara itu di Provinsi Kalimantan Tengah, kita merevitalisasi 8 bahasa daerah antara lain bahasa Melayu dialek Kotawaringin Tengah, bahasa Danum, bahasa Ngaju, bahasa Katingan, bahasa Sampit, bahasa Siang," ucapnya.
Dia mengungkapkan, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini bukan tentang festival ataupun lombanya, tetapi yang menjadi sasarannya adalah bagaimana supaya bahasa daerah selalu digunakan.
Bahasa daerah diharapkan tetap dicintai oleh generasi muda, terutama jajaran TK, SD, SMP supaya bahasa daerah itu lestari.
"Sebab, jangan ada lagi bahasa daerah kita yang punah di telan kuasa sejarah, seperti sebelas bahasa yang sudah punah pada tempo hari. Sementara jumlah bahasa daerah kita sudah tervalidasi ada 718 bahasa, sebagian terbesar bahasa daerah itu ada di Indonesia bagian timur," demikian Muhammad Muis.
Baca juga: Pojok Anggur jadi wadah edukasi pertanian di Kobar
Baca juga: Syamsudin Danuri kembali dipercaya pimpin PWI Kobar
Baca juga: Tanggulangi inflasi, Pemkab Kobar luncurkan pojok horti dan pojok anggur