Bank Mandiri terima 1 juta serangan siber per hari

id Bank Mandiri,serangan siber,Kalteng, Bank Mandiri terima 1 juta serangan siber per hari

Bank Mandiri terima 1 juta serangan siber per hari

Ilustrasi - Peretas menggunakan perangkat untuk melakukan serangan siber. (ANTARA/freepik.com/aa)

Jakarta (ANTARA) - Vice President Digital Retail Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Harry Sofri Putranda mengungkapkan bahwa setiap harinya terdapat satu juta kali percobaan serangan siber terhadap infrastruktur digital perseroan.

Sehingga, perseroan berinisiatif membentuk tim khusus yang menjadi 'satpam digital' terdiri dari 200 orang sejak tahun 2021.

"Tugas mereka day to day memonitor dan mengantisipasi cyber attack. Ibarat sebuah rumah, kami menyiapkan lapisan keamanan dari satpam, anjing penjaga, pagar, CCTV, alarm, hingga sniper juga ada serangan yang masuk. Biaya 15 persen kita alokasikan untuk memastikan keamanan siber melalui investasi di bidang TI,” ujar Harry dalam Media Briefing bertajuk “Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas” di Sarinah Jakarta, Kamis.

Di sisi lain, Harry menjelaskan bahwa proses digitalisasi telah mempermudah nasabah untuk mengakses layanan perbankan dari mana dan kapan saja, misalnya, proses pembukaan rekening.

"Dulu prosesnya dalam hitungan hari. Misalnya, kita buka rekening hari ini, baru bisa dipakai keesokan harinya. Tapi, melalui aplikasi Livin by Mandiri, cukup 15 menit dan rekening bisa langsung dipakai hari itu juga," ujar Harry.

Dalam kesempatan sama, Ekonom Senior Samuel Sekuritas Fithra Faisal Hastiadi menyebut digitalisasi perbankan telah berdampak terhadap meningkatnya produktivitas, dimana saat ini kontribusi sektor digital perbankan mencapai Rp1.000 triliun, dan pada 2030 diharapkan akan meningkat mencapai Rp4.500 triliun.

Fithra mewanti-wanti bahwa saat ini paling penting yaitu membuat masyarakat melek literasi keuangan di tengah terus berkembangnya perbankan digital di tanah air.

"Banyak masyarakat terjerat pinjol. Utang mereka dibayar pakai utang. Habis penghasilan mereka untuk membayar utang. Risiko kurangnya literasi keuangan ini menjadi tanggung jawab semua pihak. Kita harus menciptakan manusia yang paham digital teknologi," ujar Fithra.