Kotim mulai dilanda musim hujan, diperkirakan berlangsung 10 bulan
Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit menyampaikan bahwa saat ini Kotim telah memasuki musim hujan yang diperkirakan durasinya berlangsung sembilan hingga sepuluh bulan ke depan.
"Untuk wilayah Kalteng, khususnya Kotim sudah memasuki awal musim hujan sejak dasarian II September kemarin, yakni pada tanggal 11-20 September," kata Prakirawan BMKG Kotim Windy di Sampit, Senin.
Pernyataan Windy ini menjadi jawaban dari meningkatnya intensitas curah hujan di Kotim dalam dua pekan terakhir.
Windy menjelaskan, Kalimantan Tengah dibagi dalam 13 Zona Musim (ZOM), yakni daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Khususnya wilayah Kotim terdapat empat ZOM, yakni Kalteng 8, Kalteng 9, Kalteng 10 dan Kalteng 13. Berdasarkan ZOM tersebut diketahui bahwa musim hujan yang melanda wilayah Kotim terjadi secara bertahap.
September dasarian II, musim hujan terjadi pada Kalteng 8 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang, Bukit Santuai bagian utara, Telaga Antang bagian utara dan Tualan Hulu bagian utara.
September dasarian III, musim hujan merambat ke Kalteng 9 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang bagian Selatan, Telaga Antang bagian selatan, Bukit Santuai bagian selatan, Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Parenggean, Cempaga Hulu, sebagian kecil Cempaga bagian barat, Kota Besi bagian barat, Telawang dan Mentaya Hilir Utara bagian barat.
Kemudian, Oktober dasarian II musim hujan memasuki wilayah Kalteng 10 dan Kalteng 13 meliputi Kecamatan Cempaga hulu bagian selatan, Cempaga, Kota Besi bagian timur, sebagian kecil Telawang bagian timur, Mentaya Hilir Utara, Baamang, Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
"Jadi untuk saat ini Kotim pada posisi awal musim hujan, mulai dasarian II September sampai dasarian II Oktober nanti. Sedangkan, untuk puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada November-Desember 2024," ujarnya.
Ia melanjutkan, berdasarkan pantauan sementara sifat musim hujan tahun ini masih terbilang normal, tetapi durasinya diprediksi berlangsung sembilan hingga sepuluh bulan, lebih lama dibanding tahun sebelumnya. Namun, ia menegaskan kondisi cuaca bisa berubah sesuai dengan perubahan alam dan sebagainya.
Baca juga: DPRD jembatani aspirasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Kotim dan Pemda
Sehubungan dengan dimulainya musim hujan ini, potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kotim menurun, walaupun di sebagian wilayah utara dan tengah masih ada potensi kemudahan terjadinya kebakaran.
Berikutnya, untuk titik panas atau hotspot dalam 24 jam terakhir terpantau nihil. Sedangkan, untuk potensi terjadinya banjir belum begitu besar dikarenakan curah hujan yang masih terbilang normal.
Kendati demikian, ia mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap bahaya banjir, terutama di daerah-daerah rawan seperti wilayah utara.
Ia juga menyarankan masyarakat secara aktif memantau informasi perkembangan cuaca yang disampaikan melalui media sosial maupun website atau laman resmi BMKG agar bisa mengambil langkah antisipasi.
"Website kami selalu update, informasi prakiraan berbasis dampak hujan lebat di wilayah Kalteng disampaikan lewat website itu, termasuk kategori awas, siaga dan waspada berdasarkan potensi hujan yang terjadi," demikian Windy.
Baca juga: Forkab KORMI Kotim padukan olahraga tradisional dan modern
Baca juga: Tepian Mentaya Festival sarat makna budaya, seni dan ekonomi kreatif
Baca juga: Disdik Kotim terima bantuan Rp5 miliar dari APBN untuk rehabilitasi sekolah
"Untuk wilayah Kalteng, khususnya Kotim sudah memasuki awal musim hujan sejak dasarian II September kemarin, yakni pada tanggal 11-20 September," kata Prakirawan BMKG Kotim Windy di Sampit, Senin.
Pernyataan Windy ini menjadi jawaban dari meningkatnya intensitas curah hujan di Kotim dalam dua pekan terakhir.
Windy menjelaskan, Kalimantan Tengah dibagi dalam 13 Zona Musim (ZOM), yakni daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Khususnya wilayah Kotim terdapat empat ZOM, yakni Kalteng 8, Kalteng 9, Kalteng 10 dan Kalteng 13. Berdasarkan ZOM tersebut diketahui bahwa musim hujan yang melanda wilayah Kotim terjadi secara bertahap.
September dasarian II, musim hujan terjadi pada Kalteng 8 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang, Bukit Santuai bagian utara, Telaga Antang bagian utara dan Tualan Hulu bagian utara.
September dasarian III, musim hujan merambat ke Kalteng 9 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang bagian Selatan, Telaga Antang bagian selatan, Bukit Santuai bagian selatan, Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Parenggean, Cempaga Hulu, sebagian kecil Cempaga bagian barat, Kota Besi bagian barat, Telawang dan Mentaya Hilir Utara bagian barat.
Kemudian, Oktober dasarian II musim hujan memasuki wilayah Kalteng 10 dan Kalteng 13 meliputi Kecamatan Cempaga hulu bagian selatan, Cempaga, Kota Besi bagian timur, sebagian kecil Telawang bagian timur, Mentaya Hilir Utara, Baamang, Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
"Jadi untuk saat ini Kotim pada posisi awal musim hujan, mulai dasarian II September sampai dasarian II Oktober nanti. Sedangkan, untuk puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada November-Desember 2024," ujarnya.
Ia melanjutkan, berdasarkan pantauan sementara sifat musim hujan tahun ini masih terbilang normal, tetapi durasinya diprediksi berlangsung sembilan hingga sepuluh bulan, lebih lama dibanding tahun sebelumnya. Namun, ia menegaskan kondisi cuaca bisa berubah sesuai dengan perubahan alam dan sebagainya.
Baca juga: DPRD jembatani aspirasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Kotim dan Pemda
Sehubungan dengan dimulainya musim hujan ini, potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kotim menurun, walaupun di sebagian wilayah utara dan tengah masih ada potensi kemudahan terjadinya kebakaran.
Berikutnya, untuk titik panas atau hotspot dalam 24 jam terakhir terpantau nihil. Sedangkan, untuk potensi terjadinya banjir belum begitu besar dikarenakan curah hujan yang masih terbilang normal.
Kendati demikian, ia mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap bahaya banjir, terutama di daerah-daerah rawan seperti wilayah utara.
Ia juga menyarankan masyarakat secara aktif memantau informasi perkembangan cuaca yang disampaikan melalui media sosial maupun website atau laman resmi BMKG agar bisa mengambil langkah antisipasi.
"Website kami selalu update, informasi prakiraan berbasis dampak hujan lebat di wilayah Kalteng disampaikan lewat website itu, termasuk kategori awas, siaga dan waspada berdasarkan potensi hujan yang terjadi," demikian Windy.
Baca juga: Forkab KORMI Kotim padukan olahraga tradisional dan modern
Baca juga: Tepian Mentaya Festival sarat makna budaya, seni dan ekonomi kreatif
Baca juga: Disdik Kotim terima bantuan Rp5 miliar dari APBN untuk rehabilitasi sekolah