Pumpunan - Berubah dan Berinovasi dalam Menjawab Tantangan Era Digital

id BI Kalteng, Berubah dan Berinovasi dalam Menjawab Tantangan Era Digital, Bank Indonesia, Asisten Gubernur Bank Indonesia, Dyah Nastiti

Pumpunan - Berubah dan Berinovasi dalam Menjawab Tantangan Era Digital

Sejumlah wartawan asal Kalimantan Tengah turut mengikuti pelatihan Wartawan Daerah yang dilaksanakan Bank Indonesia, di DKI Jakarta.

Palangka Raya (Antara Kalteng) - Sekarang ini 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia berada di usia 39 tahun ke bawah atau generasi yang dibesarkan di era digital. Alhasil, kebiasaan 65 persen itu dalam mencari atau mendapatkan informasi mengalami perubahan yang signifikan.

Orang-orang yang sebelumnya mendapatkan informasi selalu mengandalkan televisi dan koran, sedangkan sekarang ini kecenderungan melalui internet, baik itu media sosial maupun website. Hasil penelitian bahkan membuktikan bahwa orang-orang sekarang ini menghabiskan waktunya berselancar di internet minimal 3 jam 44 menit per hari.

"Generasi yang dibesarkan di era digital ini kecenderungan cara berpikirnya lebih banyak pada gambar dan suara. Perlu komunikasi yang lebih inovatif di era digital seperti saat ini," kata Asisten Gubernur Bank Indonesia, Dyah Nastiti usai membuka Pelatihan Wartawan Daerah di Jakarta, Senin (20/11/17).

Perubahan signifikan dalam mendapatkan informasi di era digital ini tentunya membuat Bank Indonesia harus mengubah cara berkomunikasi dalam menyampaikan kebijakan yang telah dan akan dibuat, agar mudah dipahami serta dilaksanakan semua umur.

Hanya langkah untuk berubah tersebut juga perlu diikuti seluruh media yang ada di Indonesia. Sebab, keberadaan dan peran Bank Indonesia selaku Bank Sentral di negara ini sangat penting, bahkan bersentuhan langsung dengan hajat hidup masyarakat, sehingga berbagai kebijakan yang telah dan akan dibuatnya menjadi penting pula bagi media untuk dijadikan bahan berita untuk publik.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia bertujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang merupakan mata uang resmi negara berideologi Pancasila ini. Upaya mewujudkan tujuan tersebut ada tiga pilar utama sebagai pendukung, yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta stabilitas sistem keuangan.

"Kita menginginkan program yang ada dapat diketahui oleh masyarakat luas, baik nasional maupun internasional. Jadi, media massa merupakan jembatan yang menghubungkan Bank Indonesia dengan masyarakat," kata Dyah.

Menyadari keberadaan dan peran media massa yang sangat strategis itu, Bank Indonesia pada tahun 2016 dan 2017 menyelenggarakan pelatihan terhadap wartawan daerah dari seluruh Indonesia, dipusatkan di Jakarta. Pelatihan di tahun 2016 dilaksanakan dua gelombang dengan membagi wartawan dari Indonesia Barat dan Timur. Sedangkan di tahun 2017, pelatihannya digabung, sehingga ada 580 wartawan yang berasal dari 46 kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia yang mengikutinya.

Pelatihan di tahun 2016 tersebut bertujuan meningkatkan pemahaman wartawan agar lebih mengenal tujuan dan tugas Bank Sentral Indonesia pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sekaligus merangsang ketertarikan meliput serta menulis berita tentang ekonomi, termasuk kebijakan-kebijakan diterbitkan Pemerintah terkait perekonomian negara ini.

Sementara di tahun 2017, pelatihan bertujuan meningkatkan wawasan wartawan terhadap berbagai kebijakan moneter, sistem pembayaran dan sistem keuangan, termasuk berbagai program dan capaian yang telah diraih BI. Pelatihan ini juga mengajak awak media, khususnya para wartawan agar semakin menyadari telah terjadi perubahan signifikan masyarakat Indonesia mendapatkan informasi, serta bersama-sama berubah dan berinovasi dalam menjawab tantangan di era digital.

"Sekarang ini BI telah memanfaatkan info grafis dalam menyampaikan berbagai kebijakan. Itu dilakukan karena masyarakat, khusus anak-anak era digital, sangat menyukai visual atau gambar, dan audio atau suara. Selain info grafis, apa lagi. Ini perlu dipikirkan bersama, termasuk media," kata Dyah.

Pelatihan di tahun 2017 dipimpin langsung Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman tersebut berlangsung dari, Senin (20/11) hingga Selasa (21/11).

Selain materi tantangan era digital, dalam pelatihan ini disajikan beragam materi, yakni Pengendalian Inflasi Daerah untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat dan Program Klaster Pengendalian Inflasi, Perkembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Sinergitas Lembaga dalam Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.

Sementara narasumber yang dihadirkan antara lain, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan BI Iskandar Simorangkir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelistyoningsih, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI Suhaerdi.

Kemudian Kepala Satuan Tugas Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 Peter Jacobs, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Linda Amunisinya Hakim, Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Resmi Sari.

Walau materi yang disajikan di pelatihan ini relatif berat dan membutuhkan keseriusan karena bertabur angka-angka, namun tetap memberikan manfaat luar biasa bagi awak media, khususnya para wartawan di daerah untuk bisa menyampaikan informasi ekonomi yang tepat istilahnya dan mudah dipahami publik.

Bersamaan itu pula, di era digital saat ini, perlu inovasi dalam penyampaian informasinya kepada publik yang didominasi generasi millenial.

"Era digital ini, penyampaian informasi harus singkat dan padat, tapi tetap mendalam dan tajam, serta ditampilkan melalui fitur menarik berupa gambar atau grafis yang mudah menarik perhatian. Inilah kunci menjawab tantangan di era digital," jelas Agusman selaku Ketua Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia tahun 2017.